Madinah

.......................

Mekah

.....................

Bertaubatlah

Ajal tidaklah menunggu kita untuk bertaubat, tetapi kitalah yang menunggu ajal dengan bertaubat.

ADAB MENUNTUT ILMU

Akan aku jelajahi semua negeri untuk mencari ilmu, atau aku akan mati sebagai orang asing, jika diriku harus mati. Aku tidak menyesal karena ALLAH pasti merahmati aku, Tetapi jika selamat, Aku akan segera kembali.

Jumat, 30 Maret 2012

Materi 12 Et. & Fil. Kep. Kepemimpinan sbg Seni dan Ilmu





MATERI  12


Bahan Kuliah Etika dan Fils. Kepemimpinan

Renungan:
1.       Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, Dan sesungguhnya merugilah orang-orang yang mengotorinya.  (QS. Al-Syams [91], 7-10).
2.       Dari Abdullah bin Umar ra. bahwa  Rasulullah Saw, bersabda “sungguhnya salah seorang di antara kalian jika  mati diperlihatkan di depannya tempatnya (di surge atau di neraka) pad pagi dan petang hari. Jika orang yang diperlihatkan itu termasuk penduduk surge maka termasuk penduduk surge maka termasuk penduduk surge, dan jika yang diperlihatkan itu termasuk penduduk neraka dikatakan padanya: ”ni adalah tempatnya sehingga Allah membangkitkanmu pada hari kiamat” (Muttafaq Alaih / Al Lu’lu’ wal Marjan: 1822).


Sugeng Rusmiwari
081 334 995 112

KEPEMIMPIN SEBAGI SENI DAN ILMU

1.      Kepemimpinan sebagai seni.
Kepemimpinan sebagai seni, mendapatkan bakat sebagai faktor penting dan berpengaruh besar terhadap kemampuan mewujudkannya, artinya kepemimpinan akan efektif dan efisien bila di tangan orang-orang yang berkualitas, bakatnya besar, dan tinggi;

2.      Kepemimpinan sebagai ilmu
Kepemimpinan sebagai ilmu lebih menitik beratkan pada proses belajar dan latihan, artinya kepemimpinan akan efektif dan efisien, bilamana di tangan orang yang terampil / terlatih dan ahli dalam memimpin. Kemampuan itu dapat diperoleh melalui proses belajar dan melatih diri secara intensif.

Sumber:
Veithzal Rivai dan Deddy Mulyadi, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Rajawali Pers, Jakarta, 2009, h. 29.

Materi 11 Et & Fils Kep Pemimpin Formal dan Informal




MATERI  11


Bahan Kuliah Etika dan Fils. Kepemimpinan

Renungan:
1.       Barang siapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka sesungguhnya Dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri, dan barang siapa yang sesat maka sesungguhnya Dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri, dan orang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan meng’azab sebelum Kami mengutus seorang rasul (QS. Al-Isra’ [17], 15).
2.       Barang siapa mengangkat seseorang berdasarkan kesukuan atau fanatisme, sementara disampingnya adal orang lain yang lebih disukai Allah daripadanya, maka ia telah mengkianati Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman” (HR. Imam Al-Hakim).


Sugeng Rusmiwari
081 334 995 112

PEMIMPIN FORMAL DAN INFORMAL

Pemimpin Formal:
Lembaga Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif, artinya seseorang yang ditunjuk sebagai pemimpin, atas dasar keputusan dan pengangkatan resmi untuk memangku suatu jabatan dalam struktur organisasi dengan segala hak dan kewajiban yang melekat berkaitan dengan posisinya, seperti:
a.      Memiliki dasar legalitasnya diperoleh dari penunjukkan pihak yang berwenang, artinya memiliki legitimasi;
b.      Harus memenuhi beberapa persyaratan tertentu;
c.       Mendapat dukungan dari organisasi formal ataupun atasannya;
d.      Memperoleh balas jasa / kompensasi baik materiil atau immaterial tertentu;
e.      Kemungkinan mendapat peluang untuk promosi, kenaikan pangkat / jabatan, dapat dimutasikan, diberhentikan, dal lain-lain;
f.        Mendapatkan reward dan punishment;
g.      Memiliki kekuasaan atau wewenang.

Pemimpin informal
Tokoh  masyarakat, pemuka agama, adat, LSM, guru, bisnis, dll.
Artinya seseorang yang ditunjuk memimpin secara tidak formal, karena memiliki kualitas unggul, di mencapai kedudukan sebagai seorang yang mampu memengaruhi kondisi psikis dan perilaku suatu kelompok / komunitas tertentu, seperti:
a.      Sebagian tidak / belum memiliki acuan formal atau legitimasi sebagai pemimpin;
b.      Masa kepemimpinannya sangat tergantung pada pengakuan dari kelompok atau komunitasnya;
c.       Tidak di back up dari organisasi secara formal;
d.      Tidak mendapatkan imbalan / kompensasi;
e.      Tidak mendapat promosi, kenaikan pangkat, mutasi, dan tidak memiliki atasan;
f.        Tidak ada reward dan punishment.

Sumber:
Vethzal Rivai, Deddy Mulyadi, Kepemimpinan dan Pelilaku Organisasi, Rajawali Pers, 2009, h. 3-4.

Materi 10 Etika & Fils. Kep. Daya Kepemimpinan





MATERI  10


Bahan Kuliah Etika dan Fils. Kepemimpinan

Sugeng Rusmiwari
081 334 995 112

DAYA  KEPEMIMPINAN
Daya disini adalah alih bahasa dari “power’, diartikan sebagai kemampuan untuk membujuk atau mempengaruhi perilaku.

1.       John French dan Bentran Raven, membedakan daya ada 5 macam yaitu:
a.       Reward power         = daya menghargai
b.      Coercive power        = daya memaksa
c.       Legitimate power      = daya sah
d.      Expert power            = daya ahli
e.      Referent power         = daya referensi
Sumber:
Fred Luthans, Organizationa; Behavior, Edisi ke – 3, Mc Graw – Hill Book Company, 1981, p. 400.

2.       Kae H. Chung dan Lenon C. Megginson, sumber daya kepemimpinan, yaitu:
a.       Position power         = daya jabatan
b.      Reward power          = daya menghargai
c.       Coercive power        = daya memaksa
d.      Expert power            = daya ahli
e.      Charismatic power     = daya charisma
f.        Association power     = daya hubungan
Sumber:
Kae H. Chung & Lenon C. Megginson, Organizational Behavior Developing Manageria; Skill, Harper & Row, Publisher, New York, 1981 p. 338.


3.       Amitai Etzioni, Sumber daya Kepemimpinan dibedakan adanya 2 macam, yaitu:
a.       Position power         = daya jabatan
b.      Personal power        = daya pribadi
Sumber:
Paul Hersey & Kennet H. Blanchard, Management of Organizational Behavior, Utilizing Human Resources, edisi ke-4, Prestice-Hall, Inc. Englewood Cliffs, New Jersey, 1982 p. 176.

4.       Menurut Sutarto, sumber daya kepemimpinan terdapat 7 macam:
a.       Daya menghargai
b.      Daya memaksa
c.       Daya  sah
d.      Daya ahli
e.      Daya kharisma
f.         Daya hubungan
g.       Daya informasi.
Sumber:
Sutarto, Dasar-dasaar Kepemimpinan Administrasi, Gajah  Mada University Press, 1986, h. 9.

Materi 9 Etika dan Fils. Kep. Teori X Y Z





MATERI  9

Renungan:
1.       Allah Swt, berfirman “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah” (QS. Ali-‘Imran [3] 10).
2.       Tidak boleh iri, kecuali kedua orang, yaitu lelaki yang diberi harta oleh Allah, lantas ia menguasainya sampai habis dalam kebenaran, dan lelaki yang diberi hikmah (kebijaksanaan) oleh Allah lantas mempraktikkan dan mengajarkannya” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dan tolong-menolonglah kam dalam (mengerjakan) kebajikan
Bahan Kuliah Etika dan Fils. Kepemimpinan

Sugeng Rusmiwari
081 334 995 112

KEHIDUPAN MANUSIA
Menurut pendapat Henry P. Knowles dan Borje O Saxberg,  bahwa dalam kehidupan ini terdapat orang yang bersifat baik dan orang yang memiliki sifat buruk.
Tetapi dalam kenyataannya sebenarnya tidak ada orang yang baik mutlak demikian pula tidakTetapi dalam kenyataannya sebenarnya tidak ada orang yang baik mutlak demikian pula tidak ada orang yang buruk mutlak.
Dengan kata lain tidak ada orang yang memiliki sifat ekstrem. Pada umumnya orang akan memiliki sifat keduanya.
Sumber:
Fremont E. Kast & James E. Rosenzweigh, Organization and Management a System Approach, Edisi ke – 2, McGraw-Hill Kogakusha, Tokyo, 1984, p. 259.

"TEORI X, Y, Z"

Orang yang memiliki memiliki sifat buruk ditumbuhkan teori X, dan sehubungan dengan adaya orang yang memiliki sifat baik diciptakan teori Y. Teori ini diciptakan oleh Douglas Mc Gregor.
Menurut  Anthony G. Atos dan Robert E. Coffey,

“Theory X”:
1.       Kebanyakan orang secara alami menentang kerja dan bersifat malas.  Oleh karena itu, mereka harus diberi motivasi dengan perangsang dari luar.
2.       Tujuan kebanyakan orang bertentangan dengan tujuan organisasi, oleh karena itu orang harus diarahkan, diberi motivasi, dipaksa, dikontrol agar supaya mempertanggungkan kesamaan mereka dengan kebutuhan organisasi.
3.       Kebanyakan orang didorang terutama oleh perangsang-perangsang yang bersifat ekonomis. Karena sumber ekonomi   organisasi ada di bawah pengontrolan para mmenejer, para menejer memiliki alat kekuasaan untuk mendorong dan mengontrol para pekerja, yang harus menerima secara pasif nasib mereka jika mereka mengharapkan untuk mencapai imbalan-imbalan ekonomi.
4.       Kebanyakan orang mencari kemananan dan ingin menghindarkan tanggung jawab, oleh karena itu mereka rela menerima pengarahan dari para manajer.
5.       Perilaku didasarkan perasaan adalah irasional, dan karena banyak orang berperilaku menguntungkan pada perasaan mereka, mereka tidak dapat dipercaya untuk mengarahkan perilaku mereka sendiri. Tetapi mereka orang mampu mengontrol perasaan mereka dan berperilaku rasional. Kerana organisasi harus mempertanggung jawabkan bahwa perasaan tidak bercampur dengan rasio dan kebanyakan hal-hal yang berkenaan dengan ekonomi, perilaku yang didasarkan pada perasaan mereka sebaik pikiran mereka.
Sumber:  
Sutarto, Dasar-dasaar Kepemimpinan Administrasi, Gajah  Mada University Press, 1986, h.98-100.

“Theory Y”:
1.       Kebanyakan orang senang akan bermacam-macam pekerjaan dan bersedia secara sukarela berupaya dengan kekuatan mental dan fisik dalam melakukan pekerjaan.
2.       Kebanyakan orang mempunyai alasan-alasan lain dari pada sekedar alas an uang di dalam bekerja, dan alasan-alasan ini pada akhirnya sama penting dengan alas an uang bagi mereka.
3.       Kebanyakan orang mampu mengarahkan  dan mengontrol pekerjaan mereka sendiri dalam mencapai tujuan organisasi yang mereka amanatkan.
4.       Kebanyakan orang bersedia menerima dan bahkan merusaha mencari tanggung jawab di bawah syarat-syarat yang pasti.
5.       Kebanyakan orang lebih mampu menunjukkan kemampuan kreativitasnya dan kecerdasannya dari pada mereka bekerja dalam ikatan organisasi.
6.       Kebanyakan orang ingin, mencari, dan merasakan persahabatan, perhubungan saling membantu dengan orang lain.
Sumber:  
Sutarto, Dasar-dasaar Kepemimpinan Administrasi, Gajah  Mada University Press, 1986, h.100-101.

“Teori X”
Menurut Sutarto,  dirumuskan sbb:
Di dalam suatu organisasi para pekerja pada umumnya berusaha bekerja sedikit mungkin, mereka tidak mempunyai ambisi untuk maju, tidak memiliki gairah untuk menemukan cara kerja yang lebih baik, mereka pada umumnya kurang pandai, bekerja secara pasif, senang menghasut, senang menipu diri sendiri, para pekerja melakukan pekerjaan dengan mengutamakan imbalan materi, bekerja hanya berdasarkan perintah, tidak pernah dapat mengemukakan gagasan baru, sering tidak masuk kerja dengan berbagai alas an yang dicari-cari, senang memberikan laporan yang tidak sesuai dengan kenyataan.
Maka pengarahan yang seharusnya dilakukan adalah bersifat keras, hukuman banyak dilakukan terhadap pelanggaran, pengontrolan harus dilakukan secara ketat, dilakukan cara memimpin yang otoriter, sentralistis, tindakan tegas.
Hanya dengan jalan ini organisasi dapat berjalan kearah pencapaian tujuan walaupun dengan susah payah.
Masih menurut Sutarto, Teori Y, yaitu:
Di dalam organisasi para pekerja pada umumnya senang bekerja, mereka merasakan kerja sebagai hobi, bekerja dengan penuh keaktifan, rasa tanggung jawab yangbesar, rajin disiplin, penuh rasa pengabdian, ada gairah untuk maju, selalu berusaha menemukan cara kerja yang lebih baik, banyak gagasan baru dianjukan, para pekerja lebih senang mengarahkan diri sendiri, mengontrol diri sendiri, sehingga pengarahan yang dilakukan lebih bersifat mengikuti, pengontrolan longgar, cara memimpin demokratis, banyak pelimpahan wewenang, banyak mengikut sertakan bawahan dalam mengambil keputusan.
Sumber:  
Sutarto, Dasar-dasaar Kepemimpinan Administrasi, Gajah  Mada University Press, 1986, h.101-102.

Tabel Teori X dan Y.
Teori X
Teori Y
1.
Sifat pekerjaan adalah tidak disukai oleh kebanyakan  orang.
1.
Pekerjaan biasanya adalah sebagai permainan apabila kondisi-kondisi menguntungkan
2.
Kebanyakan orang tidak mempunyai ambisi, mempunyai sedikit keinginan akan tanggung jawab, dan suka diarahkan.
2.
Pengendalian diri sering sangat diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi
3.
Kebanyakan orang mempunyai sedikit kemampuan untuk kreativitas dalam memecahkan masalah-masalah organisasi.
3.
Kemanan untuk kreativitas dalam memecahkan masalah-masalah organisasi dibagikan secara luas kepada banyak orang.
4.
Motivasi hanya terjadi pada tingkat filosofis dan keamanan.
4.
Motivasi terjadi pada tingkat sosial, penghargaan dan aktualisasi diri, maupun pada tingkat filosofis
5.
Kebanykan orang harus dikendalikan secara ketat dan sering dipaksa untuk mencapai tujuan-tujuan oragnisasi.
5.
Orang-orang dapat mengarahkan sendiri dan kreatif pada pekerjaan, apabila dimotivasi secukupnya.

Sumber:
Moekijat, Dasar-dasar Motivasi, Sumur Bandung, 1984, h. 67.

“Teori Z”
Dipopulerkan oleh Lyndall F. Urwick, intinya:
Bahwa apabila semua dalam kondisi kerja yang baik, maka pengarahan yang dilakukan sebaiknya mengambil segi baik dari teori X dan teori Y.
Pada suatu saat seorang pemimpin memang orang harus menggunakan cara halus, hanya sedikit mengontrol, memerintah dengan sikap permintaan, saran ataupun sukarela, lebih bersifat menanyakan dari pada menegur, pada lain kesempatan seorang pemimpin harus berani bertindak tegas, melakukan control secara ketat, memberi  perintah tegas, menyalahkan, dan bahkan bila terpaksa harus berani menghukum sesuai dengan kesalahan yang dibuat oleh bawahannya.
Baik secara halus maupun secara tegas kedua-duanya dilandasi suatu harapan bahwa tujuan organisasi dapat tercapai dengan baik.
Sumber:  
Robert Fulmer, The New Management, McMillan Publi, McMillan Publishing Co, Inc, 1974, p. 355.
Sutarto, Dasar-dasaar Kepemimpinan Administrasi, Gajah  Mada University Press, 1986, h. 102-103.

“Teori Z”
William G. Ouchi, mengemukakan, bahwa:
Produktivitas akan meningkat apabia melibatkan pekerja.
Ciri-ciri organisasi tipe Z:
Pola umum masa jabatan yang panjang, berulang kali tegas melakukan pemeriksaan, keseimbangan antara pemakaian system informasi manejemen modern, perncanaan formal, menejemen berdasarkan sasaran, serta teknik kuantitatif lainnya dan penilaian pokok personal didasarkan pengalaman, da tidk hanya data relevan yang dengan segera.
Sumber:
Sutarto, Dasar-dasaar Kepemimpinan Administrasi, Gajah  Mada University Press, 1986, h. 103.