Madinah

.......................

Mekah

.....................

Bertaubatlah

Ajal tidaklah menunggu kita untuk bertaubat, tetapi kitalah yang menunggu ajal dengan bertaubat.

ADAB MENUNTUT ILMU

Akan aku jelajahi semua negeri untuk mencari ilmu, atau aku akan mati sebagai orang asing, jika diriku harus mati. Aku tidak menyesal karena ALLAH pasti merahmati aku, Tetapi jika selamat, Aku akan segera kembali.

Selasa, 29 Mei 2012

Mutiara salaf

  • Mutiara Salaf

    Salah seorang ulama ditanya :

    “Mengapa perkataan Salafus Shalih lebih bermanfaat dari perkataan kita?”

    Maka iapun menjawab :
    “Karena mereka berbicara untuk kemulian Islam, untuk keselamatan jiwa, untuk mencari ridho Allah Yang Maha Pemurah, sedangkan kita berbicara untuk kemuliaan diri, mencari dunia dan mencari keridhaan mahluk”
    [Sifatu Sofwah karya Ibnul Jauzi 4/122]

Materi 46, EFK, Efektivitas Sebuah Organisasi

46     Efektivitas Sebuah Organisasi

Efektivitas sebuah organisasi ditentutan oleh kondisi dan karakter setiap individu yang terlibat di dalamnya.

Bagaimana pola piker, perilaku, dan kerjasama yang terjadi dalam sebuah tim sangat memegang peranan dalam pembentukan efektifitas dan performa tersebut;

Para pemimpin sebuah organisasi yang handal dan jeli dalam melihat sebuah permasalahan dapat menyadari  bahwa setiap individu yang ada di dalam organisasinya harus dapat menjadi “pelaku aktif” dalam memberikan kontribusi kepada organisasinya agar  dapat berkembang dan bersaing.

Sumber:
www.paketrupiah.com/travel agents/adventure indonesia/ - 10k, dalam Mas’ud Said, Kepemimpinan Pengembangan Organisasi Team Building dan Perilaku Inovatif, UIN-Maliki Press, 2010, h. 33.


Materi 45, EFK, PENGEMBANGAN TIM (TEAM BUILDING)


45  PENGEMBANGAN TIM (TEAM BUILDING)
               
Sugeng Rusmiwari
Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang

Untuk menghasilkan Kepemimpinan Yang Efektif, organisasi harus meningkatkan kemampuan sumber daya manusianya agar mampu bekerja secara tim. Peningkatan sumber daya manusia ini berkenaan dengan perilakunya, baik secara individu maupun ketika berinteraksi di dalam Tim;

Keunggulan organisasi berbasis tim, dikarenakan makin terspesialisasinya kemampuan yang dimiliki oleh seseorang. Kenyataan ini menunjukkan kedalaman kompetensi dan indepedensi kerja, tetapi sekligus mengidentifikasikan makin tingginya saling ketergantungan antar individu, antar unit, antar bagian dan seterusnya, agar sasaran akhir organisasi dapat tercapai. Jadi bekerja secara tim tampaknya bukan lagi sekedar pilihan, melainkan sutau keharusan yang perlu ditempuh.

Sumber:
Miftah Thoha, Pembinaan Organisasi: Proses Diagnosa dan Intervensi (Cet. III; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), h. 196.    


Senin, 28 Mei 2012

Materi 44, EFK, Kepemimpinan Ulul Albab (Ulul Albab Leadership)


44  KEPEMIMPINAN   ULUL  ALBAB (Ulul Albab Leadership Style)

            Pendekatan Gaya Kepemimpinan Ulul Albab, di antaranya memiliki cirri-ciri:
1.       Love approach (pendekatan kasih sayang);
2.       Leadership by example approach (pendekatan keteladanan);
3.       Appreciation Approach (pendekatan apresiasi);
4.       Brotherhood and Humanity Approach (pendekatan persaudaraan);

Sumber:
Jamal Lulail Yunus, Leadership Model, Konsep Dasar, Demensi Kinerja, dan Gaya Kepemimpinan, UIN-Malang Press, 2009, hlm. 146.



Materi 42, PIP, MODEL DALAM MEMBANGUN PEMERINTAHAN


42  MODEL DALAM MEMBANGUN PEMERINTAHAN

Douglas Yates (1982) menyatakan bahwa ada dua model yang kotradiktif yang bisa dipergunakan  untuk membuat bagaimana pemerintahan bisa bekerja dan terstruktur;

Model pertama disebutnya  sebagai model pluralist – democracy, model kedua dinamakan model  administrative – efficiency.

Dua model ini cenderung diartikan sebagai ideology yang menjadi doktrin dalam mengatur negara atau  pemerintahan;

Dua model ini menjadi bagian dari apa yang dikatakan oleh Hussel (1990) sebagai natural attitude, dan Schultz (1962, 1967) menyebutkan sebagai Lebenswelt atau every day life world;

Dua model itu merupakan antithetical dan bisa hidup jika model satunya  tidak ada.

Upaya untuk menghidupkan atau mempergunakan model yang satu akan berakibat pada menghilangkan yang lain;

Walaupun dua model itu berimplikasi yang amat penting bagi pemerintahan tidak satupun mempunyai subyek yang eksplisit;

Model Pluralist – democracy berasumsi sebagai berikut:
1.       Bahwa di dalam masyarakat itu terdapat banyak sekali kelompok-kelompok kepentingan (ineterst groups) yang berbeda satu sama lain dan saling bersaing;
2.       Bahwa pemerintah itu harus menawarkan suatu akses dan sarana partisipasi yang sama kepada kelompok-kelompok kepentingan tersebut;
3.       Bahwa pemerintah harus mempunyai banyak pusat-pusat kekuasaan yang menyebar baik vertical maupun horizontal untuk menjamin keseimbangan (a balance of power);
4.       Bahwa pemerintahan dan politik itu harus bisa dipahami sebaga suatu sarana kompetisi di anatara kepentingan-kepentingan minoritas;
5.       Bahwa ada probabilitas yang tinggi bahwa suatu kelompok yang aktif dan legitimate dalam suatu populasi bisa membuat dirinya mendengar  secara efektif  terhadap tahapan-tahapan yang krusial dalam proses pembuatan kebijaksanaan;
6.       Bahwa kompetensi di antara institusi pemerintah dan kelompok-kelompok kepentingan nonpemerintah bisa menyebabkan terjadinya suatu bargaining dan kompromi, dan juga bisa menghasilkan suatu keseimbangan kekuasaan dalam msyarakat.

Yates dalam model  pluralist – democracy, menyarankan agar birokrasi pemerintah mewujudkan hal-hal berikut:
1.       Menyediakan banyak pusat-pusat kekuasaan  sebagai sarana keseimbangan dan untuk mengecek jika terjadi konsentrasi kekuasaan;
2.       Memberikan fasilitas atau kemudahan kepada kelompok-kelompok kepentingan agar terwakili  dengan menyediakan titik-titik akses yang berlipat ganda;
3.       Mempunyai kemauan dan elemen yang kuat untuk melakukan desentralisasi;
4.       Pemerintah harus menyediakan diri secara internal bias bersaing;
5.       Pemerintah harus terbuka dan partisipatif;
6.       Pemerintah harus mampu menghasilkan proses bargaining yang luas;

Masih menurut Yates, model yang lainnya dinamakan “Administrative efficiency” asumsi dasarnya:
1.       Model ini menentang “pluralist democracy”, karena model pluralis tidak mampu memberikan dasar yang kuat dan cocok terhadap kebijakan publik yang rasional dan bebas nilai (value free);
2.       Bahwa nilai utama dari proses kebijaksanaan publik itu ialah efisiensi, yakni diperoleh suatu hasil yang terbesar dengan biaya yang terkecil;
3.       Bahwa birokrat haruslah pejabat yang professional dipilih dan diangkat secara kompetitif berdasarkan kompetensi dan merit;
4.       Bahwa system merit  dan keahlian ditata dan diorganisasikan secara efektif ke dalam suatu hierarki yang memuat spesialisasi fungsi dengan pertanggung jawaban dan kewajiban yang jelas;
5.       Bahwa politik dan administrasi, demikian pula kenyataan (fact) dan nilai (values) harus bias dipisahkan;
6.       Bahwa perencanaan merupakan proses yang esensial bagi proses pembuatan keputusan yang baik dan sentralisasi menejemen fiscal merupakan hal yang esensial bagi tercapainya kejujuran dan efektivitas;
7.       Bahwa kemampuan melakukan koordinasi yang menyeluruh dan energized sehingga menjadi bagian dari suatu system birokrasi publik yang kuat haruslah diletakkan kepada eksekutif yang dipilih sebagai wakil dari kepentingan rakyat.
  
Sumber:
Miftah Thoha, Birokrasi Politik, di Indonesia, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2010, hlm. 30-33.

Materi 43, EFK, GAYA KEPEMIMPINAN (LEADERSHIP STYLE)


GAYA KEPEMIMPINAN (LEADERSHIP STYLE)
Menurut Brooks (2007) menyatakan, “Jika ada satu aspek dalam diri pemimpin epos (energy positif) baru yang telah muncul dalam penelitian yang telah dilakukan, maka itu adalah gaya kepemimpinan (leadership style);

Sumber:
Brooks, Donna dan Lynn Brooks, 2007. 10 Secrets of Successful Leaders, Jakarta: PT Bhuana Ilmu Poluler.


Leadership Style, membicarakan tentang:
1.       Bagaimana cara pemimpin memperlakukan orang lain;
2.       Bagaimana energy yang dimiliki oleh seorang pemimpin itu;
3.       Bagaimana gairah sang pemimpin terhadap apa yang ia yakini;
4.       Bagaimana kemampuan sang pemimpin untuk mengilhami orang lain agar bersedia mengikutinya;
5.       Bagaimana kepandaian pemimpin dalam mendengarkan bawahannya;
6.       Bagaimana pemimpin itu tampil meyakinkan;
7.       Bagaimana pula pemimpin itu mampu mengendalikan egonya (rendah hati tetapi tetap percaya diri);

Siapa pemimpin yang sesungguhnya itu ?
Menurut Blanchard, 2007;
Jenis kepemimpinan yang berkembang selama ini  yaitu: Otoriter dan demokratis, yang masing-masing mengklaim yang lebih baik.
Pemimpin yang sesungguhnya adalah pemimpin yang memiliki sifat fleksibelitas dan mampu mengadaptasi gaya kepemimpinan terhadap situasi yang sedang terjadi.
Sumber:
Blanchard, Ken. 2007. “Leading: At A Higher Level: Konsep Blancard”. Dalam Kepemimpinan dan Bagaiaman Menciptakan Perusahaan Berkinerja Tinggi, Jakarta: PT. Gramedia.


Minggu, 27 Mei 2012

Pengertian Motivasi


PENGERTIAN MOTIVASI
 
Renungan:
1.      Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw, pernah bersabda: “Sesungguhnya agama itu mudah (ringan), siapa yang memperberat dirinya dalam beragama, maka ia tidak akan bias melaksanakannya, karena itu amalkanlah agama sesuai tuntunannya, berusahalah mendekatkan diri kepada Allah, bergembiralah dengan pahala yang akan kau terima, dan kerjakanlah salat pada pagi hari, siang dan penguhujung malam”. (HR. Al Bukhari, no. 39).
2.      Orang yang sukses sebenarnya dibentuk dari kebiasaan melakukan sesuatu yang tidak dilakukan oleh orang yang pernah gagal. (John C. Maxwell, Kepemimpinan 101, Mitra Media, 2002, h. 62)

Pengertian Motivasi

Kata kata yang umum dimasukkan dalam definisi motivasi: hasrat, keinginan, harapan, tujuan, sasaran, kebutuhan, dorongan, motivasi dan insentif.

Kata motivasi dari Latin movere, yang berarti bergerak.

Arti ini adalah bukti definisi komprehensif berikut ini:

Motivasi adalah proses yang dimulai dengan defisiensi fisiologis atau   psikologis yang menggerakkan perilaku atau dorongan yang ditujukan untuk tujuan atau insentif.

Dengan demikian, kunci untuk memahami proses motivasi bergantung pada pengertian hubungan antara kebutuhan, dorongan, dan insentif.

Rumus proses motivasi:
KEBUTUHAN DORONGAN INSENTIF

Proses Motivasi :              PM = K, D, I. (sugeng r)

Dalam konteks system, motivasi mencakup tiga elemen yang berinteraksi dan saling tergantung:
1.       Kebutuhan.
Kebutuhan tercipta saat tidak adanya keseimbangan fisiologis atau psikologis.
Misalnya, kebutuhan muncul saat sel dalam tubuh kehilangan makanan atau air atau
Ketika tidk ada orang lain yang bertindak sebagai teman atau sehabat.
2.       Dorongan.
Dengan  beberapa pengecualian, dorongan, atau motif (dua istilah yang sering digunakan secara bergantian), terbentuk untuk mengurangi kebutuhan.
Dorongan fisiologis dapat didefinisikan sebagai kehilangan petunjuk.
Dorongan fisiologis dan psikologis adalah tindakan yang berorientasi dan menghasilkan daya dorong dalam meraih insentif.
Hal tersebut adalah proses motivasi.
Contohnya kebutuhan akan makanan dan minuman, diterjemahkan sebagai dorongan lapar dan haus, dan kebutuhan berteman menjadi dorongan untuk berafiliasi.
3.       Insentif.
Semua yang akan mengurangi sebuah kebutuhan dan dorongan.
Dengan demikian, memperoleh insentif akan cenderung memulihkan keseimbangan fisiologis atau psikologis dan akan mengurangi dorongan.
Makan, minum dan berteman cenderung akan memulihkan keseimbangan dan mengurangi dorongan yang ada.

Bacaan:
Fred Luthans, Perilaku Organisasi, Penerbit Andi Yogyakarta, 2006, h. 270.

Motivasi


MOTIVASI (MOTIVATION)

Renungan:
1.        Diriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudriy ra. Dia berkata, Rasulullah Saw, pernah bersabda, “Ketika aka sedang tidur, aku bermimpi ada orang yang berpakaian diperlihatkan kepadaku, mereka ada yang berpakaian sampai ke dada, ada yang berpakaian lebih pendek lagi, dan Umar bin Al-Khathab diperlihatkan kepadaku dalam mimpi itu dengan mengenakan pakaian panjang sampai menyentuh tanah”. Para sahabat bertanya “Ya Rasulullah, bagaimana Anda menafsirkan mimpi tersebut ?” Beliau menjawab: “Pakaian tersebut adalah agama”. (HR. Al-Bukhari, no 23).
2.       Ketika Anda berhenti belajar, Anda berhenti memimpin (Rick Warren, dalam John C. Maxwell, Kepemimpinan 101, Mitra Media, 2002, h. 60)

Motivasi
1.       George R. Terry:
Motivation is the desire within an individual that stimulates him or her to action.
Motivasi adalah keinginan di dalam seorang individu yang mendorong ia untuk bertindak.
(George R. Terry, Principles of Management, Seventh Edition, Richard D. Irvin, Homewood, Illionis, 1977, page 390).

2.       Harold Koontz et al:
Motivation refers to the drive and effort satisfly a want or goal. (Harold Koontz, et al, Management, Seventh Edition, McGraw-Hill Kogakusha, Ltd, Tokyo, 1980, p. 634)
Artinya:
Motivasi menunjukkan dorongan dan usaha untuk memenuhi / memuaskan sutau kebutuhan atau untuk mencapai sutau tujuan.

Motivasi:
Proses atau factor yang mendorong orang untuk bertindak  atau berperilaku dengan cara tertentu.
Proses motivasi mencakup:
a.       Pengenalan dn penilaian kebutuhan yang belum dipuaskan.
b.      Penentu tujuan yang akan memuaskan kebutuhan.
c.       Penentuan / keputusan untuk melakukan tindakan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan.

Sumber:
Moekijat, Dasar-dasar Motivasi, Penerbit Sumur Bandung, 1984, h.10.