Madinah

.......................

Mekah

.....................

Bertaubatlah

Ajal tidaklah menunggu kita untuk bertaubat, tetapi kitalah yang menunggu ajal dengan bertaubat.

ADAB MENUNTUT ILMU

Akan aku jelajahi semua negeri untuk mencari ilmu, atau aku akan mati sebagai orang asing, jika diriku harus mati. Aku tidak menyesal karena ALLAH pasti merahmati aku, Tetapi jika selamat, Aku akan segera kembali.

Senin, 27 Oktober 2014

Perlunya Mempelajari Organisasi

AN-NAS

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.
1.       Katakanlah, “Aku berlindung kepada Tuhannya manusia;
2.       Raja manusia;
3.       Sembahan manusia;
4.       Dari kejahatan (bisikan) setan yang ber-sembunyi;
5.       Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia;
6.       Dari (golongan) jin dan manusia.

Pemimpin suatu kaum adalah pelayan mereka (HR Abu Na’im).

MENGAPA MEMPELAJARI TEORI ORGANISASI ?

Organisasi adalah bentuk lembaga yang dominan dalam masyarakat kita;

Anda mungkin dilahirkan di sebuah Rumah Sakit, dan mungkin akan dimakamkan oleh suatu yayasan social yang bergerak di bidang pemakaman;

Kedua-duanya adalah organisasi;

Sekolah yang mendidik kita adalah organisasi, seperti juga took tempat kita membeli makanan, perusahaan yang membuat mobil kita, dan orang yang memungut pajak penghasilan, mengumpulkan sampah, melaksanakan pertahanan militer serta yang mencetak surat kabar harian;

Organisasi meresap ke dalam semua aspek kehidupan-masyarakat secara menyeluruh, baik ekomi dan bahkan kehidupan pribadi kita;

Adalah masuk akal jika diharapkan dari kita untuk mengerti fenomena tersebut yang terjalin sedemikian rupa dalam kehidupan kita;

Meskipun anda tidak mempunyai keinginan untuk menerapkan pengetahuan, anda mungkin akan mencari jawaban mengapa organisasi yang berinteraksi dengan anda (dan melaluinya anda mungkin akan dipekerjakan) disusun dengan cara seperti itu;

Pada tingkatan yang lebih rumit, anda mungkin ingin mengganti teori intuisi anda tentang organisasi dengan teori lain yang diformulasikan secara ilmiah dan sistematis;

Baik mempelajari Teori Organisasi secara formal maupun tidak, anda “menggantungi” sekumpulan teori menganai bagaimana organisasi beroperasi;

Anda pergi ke kepolisian untuk memperbaharui SIM, anda memesan tiket kepada perusahaan penerbangan, anda berbicara dengan petugas kredit bank mengenai cara pengambilan kredit mahasiswa, and a memesan hamburger menurut selera anda pada sebuah kantin fast-food;

Anda melakukan semua aktivitas ini dengan menggunakan “teori” tentang bagaimana masing-masing organisasi tersebut beroperasi dan mengapa para anggotanya berperilaku demikian.

Jadi permasalahannya adalah bukan apakah anda harus menggunakan teori  untuk menghadapi organisasi-kenyataan mengatakan bahwa kita menggunakan teori tersebut setiap hari;

Bukankah masuk akal untuk menggunakan teori yang telah melewati tahapan kajian sistematis ?

Dengan kata lain, Anda mengharapkan akan mempraktekan desain organisasi sebagai seorang manajer, seorang administrator, seorang analis personalia, seorang spesialis organisasi atau lainnya.

Sumber:
Stephen P. Robbins, 1994, Teori Organisasi, Struktur, Desain & Aplikasi, Penerbot Arcan, Jakarta.


Teori Organisasi

AL-FALAQ

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.
1.       Katakanlah “Aku berlindung kepada Tuhan yang mengusai subuh (fajar);
2.       Dari kejahatan (makhluk yang) Dia ciptakan;
3.       Dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita;
4.       Dan dari kejahatan (perempua-perempuan) penyihir yang meniup pada buhul-buhul (tali-nya);
5.       Dan dari kejahatan orang yang dengki apabila dia dengki”

Setiap orang di antaramu adalah pemimpin dan setiap pemimpin bertanggung jawab atas kepemimpinannya (HR. Bukhari-Muslim).

APA ITU TEORI ORGANISASI ?

Teori organisasi adalah disiplin ilmu yang mempelajari:
1.       Struktur; dan
2.       Desain organisasi;
Teori organisasi menunjuk aspek-2 deskriptif maupun preskriptif dari disiplin ilmu tersebut;
Teori itu menjelaskan:
1.       Bagaimana  organisasi sebenarnya distruktur; dan
2.       Menawarkan tentang bagaimana organisasi dapat dikonstruksi guna meningkatkan keefektifan mereka.

Sumber:
Stephen P. Robbins, 1994, Teori Organisasi, Struktur, Desain & Aplikasi, Penerbot Arcan, Jakarta.


Struktur Organisasi

AL-IKHLAS
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.
1.       Katakanlah (Muhammad), “Dialah Allah, Yang Maha Esa;
2.       Allah tempat meminta segela sesuatu;
3.       (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan;
4.       Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.”

Al-Hadis
Diriwayatkan dari Abu Musa r.a., dia berkata: Orang-orang bertanya kepada Rasulullah Saw., “Ya Rasulullah ! siapa muslim yang terbaik?” Beliau menjawab, “Muslim yang lidah dan tangannya tidak menyakiti muslim lain.” (Hadis ini diriwayatkan oleh Al-Bukhari, nomor hadis: 11).

APA ITU STRUKTUR ORGANISASI ?

Struktur organisasi menetapkan:
1.       Bagaimana tugas akan dibagi;
2.       Siapa melapor kepada siapa; dan
3.       Mekanisme organisasi yang formal; serta
4.       Pola interaksi yang akan diikuti.

Kita menetapkan bahwa sebuah struktur organisasi mempunyai tiga komponen:
1.       Kompleksitas;
2.       Formalisasi; dan
3.       Sentralisasi.

Kompleksitas mempertimbangkan tingkat diferensiasi yang ada dalam organisasi.
Termasuk di dalamnya:
1.       Tingkat  spesialisasi; atau
2.       Tingkat  pembagian kerja;
3.       Jumlah tingkatan di dalam hierarki organisasi; serta
4.       Tingkat sejauh mana unit-2 organisasi tersebar secara geografis.

Tingkat sejauh mana sebuah organisasi menyandarkan dirinya kepada peraturan dan prosedur untuk mengatur perilaku dari para pegawainya disebut formalisasi;

Beberapa organisasi beroperasi dengan pedoman yang telah distandarkan secara minimum; yang lainnya, di antaranya organisasi yang berukuran kecilpun, mempunyai segala macam peraturan yang memerintahkan kepada pegawainya mengenai apa yang dapat dan tidak dapat mereka lakukan;

Sentralisasi mempertimbangkan di mana letak dari pusat pengambilan keputusan;

Di beberapa organisasi, pengambilan keputusan sangat disentralisasi;

Masalah-2 dialirkan ke atas, dan para eksekutor senior memilih tindakan yang tepat;

Pada kasus lainnya, pengambilan keputusan didesentralisasi.

Kekuasaan disebar ke bawah di dalam hierarkhi;

Perlu diketahui bahwa sebagaimana halnya dengan kompleksitas dan formalisasi, sebuah organisasi bukan disentralisasi ataupun didesentralisasi;

Sentralisasi dan desentralisasi merupakan dua ujung dari sebuah rangkaian kesatuan (continuum);

Organisasi cenderung untuk disentralisasi atau cenderung didesentralisasi;

Namun, menetapkan letak organisasi di dalam rangkaian keputusan tersebut, merupakan salah satu faktor utama di dalam menentukan apa jenis struktur yang aka nada.

Sumber:

Stephen P. Robbins, 1994, Teori Organisasi, Struktur, Desain & Aplikasi, Penerbot Arcan, Jakarta.

Apa itu organisasi

AL- FATIHAH
1.       Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang;
2.       Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam;
3.       Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang;
4.       Pemilik hari pembalasan;
5.       Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan;
6.       Tunjukanlah kami jalan yang lurus;
7.       (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula) jalan mereka yang sesat.

AL-HADIS
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi Saw., beliau bersabda: “Iman itu bercabang menjadi enam puluh lebih, dan rasa malu (untuk berbuat maksiat) adalah satu cabang iman.” (Hadis ini diriwayatkan oleh Al-Bukhari, nomor hadis: 9).

APA ITU ORGANISASI ?

Organisasi adalah kesatuan (entity) social yang:
1.       Dikoordinasikan secara sadar;
2.       Dengan sebuah batasan yang relative dapat diidentifikasi;
3.       Yang bekerja atas dasar yang relative terus menerus;
4.       Untuk mencapai tujuan bersama; atau
5.       Sekelompok orang.

Sumber:
Stephen P. Robbins, 1994, Teori Organisasi, Struktur, Desain & Aplikasi, Penerbot Arcan, Jakarta.



Apa itu desain organisasi

AL-BAQARAH

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. “Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. AL-BAQARAH : 30

APA ITU DESAIN ORGANISASI

Desain organisasi mempertimbangkan konstruksi dan mengubah struktur organisasi untuk mencapai tujuan-2 organisasi;
Mengkonstruksi dan mengubah sebuah organisasi sama seperti membangun atau memperbaharui sebuah rumah;
Keduanya mulai dengan tujuan akhir;
Perancang kemudian menciptakan suatu cara atau rencana untuk mencapai tujuan tersebut;
Pada pembangunan rumah, rencana tersebut adalah sebuah cetak biru;
Pada pembentukan sebuah organisasi, dokumen tersebut adalah bagan organisasi;

Sumber:
Stephen P. Robbins, 1994, Teori Organisasi, Struktur, Desain & Aplikasi, Penerbot Arcan, Jakarta.


Teori Interaksi Simbolik

AL-ANFAL

(Siksaan) yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan mengubah sesuatu  nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu mengubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui (QS. Al-Anfal: 53)

TEORI INTERAKSI SIMBOLIK

Konsep teori interaksi simbolik ini diperkenalkan oleh Herbert Blumer sekitar tahun 1939.

Karakteristik teori ini adalah suatu hubungan yang terjadi secara alami antara manusia dalam masyarakat dan hubungan masyarakat dengan individu;

Interaksi yang terjadi antar individu berkembang melalui simbol-2 yang mereka ciptakan.

Realitas social merupakan rangkaian peristiwa yang terjadi pada beberapa individu dalam masyarakat.
Interaksi yang dilakukan antar individu itu berlangsung secara sadar;

Interaksi simbolik juga berkaitan dengan:
1.       Gerak  tubuh, antara lain:
2.       Suara  atau vocal;
3.       Gerakan fisik;
4.       Ekspresi tubuh;
Yang semua itu mempunyai maksud dan disebut dengan “simbol”;

Pada awal perkembangannya, interaksi simbolik lebih menekankan studinya tentang perilaku manusia pada hubungan interpersonal, bukan pada keseluruhan kelompok atau masyarakat.

Proposisi paling mendasar dari interaksi simbolik adalah perilaku dan interaksi manusia itu dapat dibedakan, karena dapat ditampilkan lewat symbol dan maknanya.

Mencari makna di balik yang sensual menjadi penting di dalam interaksi simbolis.

Secara umum, ada enam proposisi yang dipakai dalam konsep interaksi simbolik, yaitu:
1.       Perilaku manusia mempunyai makna di balik yang menggejala;
2.       Pemaknaan kemanusiaan perlu dicari sumber pada interaksi sosial manusia;
3.       Masyarakat merupakan proses yang berkembang holistik, tak terpisah, tidak linier, dan tidak terduga;
4.       Perilaku manusia itu berlaku berdasar penafsiran fenomenologik, yaitu berlangsung atas maksud, pemaknaan, dan tujuan, bukan didasarkan atas proses mekanik dan otomatis;
5.       Konsep mental manusia itu berkembang dialektik; dan
6.       Perilaku manusia itu wajar dan konstruktif reaktif.

Sumber:
I.B. Wirawan, 2013, Teori-Teori Sosial Dalam Tiga Paradigma, Penerbit Kencana, Jakarta.




Pokok Pikiran Interaksi Simbolik

AL-ANKABUT

Barang siapa yang berjihad, Maka Sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-2 Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari alam semesta alam. (QS Al-Ankabut : 6).

POKOK PIKIRAN INTERAKSI SIMBOLIK

Menurut Blumer, pokok pikiran interaksi simbolik ada tiga:
1.       Bahwa manusia bertindak (act) terhadap sesuatu (thing) atas dasar makna (meaning);
2.       Makna itu berasal dari interaksi social seseorang dengan sesamanya;
3.       Makna itu diperlakukan atau diubah melalui sesuatu proses penafsiran (interpretative process), yang digunakan orang dalam menghadapi sesuatu yang dijumpainya.
Intinya, Blumer hendak mengatakan bahwa makna yang muncul dari interaksi tersebut tidak begitu saja diterima seseorang, kecuali setelah individu itu menafsirkannya terlebih dahulu.

Sumber:
I.B. Wirawan, 2013, Teori-Teori Sosial Dalam Tiga Paradigma, Penerbit Kencana, Jakarta.



Metodologi Interaksi Simbolik

AN-NISAA’

Wahai manusia, bertakwalah kepada Rabbmu yang telah menciptakanmu dari diri yang satu, dan dari padanya Allah menciptakan istrinya, dan dari pada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-2 dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (menggunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasinmu. (QS: AN-NISAA’: 1).

METODOLOGI INTERAKSI SIMBOLIK

Prinsip metodologi interaksi simbolik ini sebagai berikut:
1.       Simbol dan interaksi itu menyatu;
Tak cukup bila kita hanya merekam fakta;
Kita juga harus mencari yang lebih jauh dari itu, yaitu mencari konteks sehingga dapat ditangkap simbol dan makna yang sebanarnya.
2.       Karena simbol dan makna itu tak lepas dari sikap pribadi, maka jati diri subjek perlu “ditangkap.”
Pemahaman mengenai konsep jati diri subjek yang demikian itu adalah penting;
3.       Peneliti harus sekligus mengaitkan antara simbol dan jati diri dengan lingkungan yang menjadi hubungan sosialnya;
Konsep jati diri terkait dengan konsep sosiologis tentang struktur social, dan lainnya;
4.       Hendaknya direkam situasi yang menggambarkan simbol dan maknanya, bukan hanya merekan fakta social;
5.       Metode yang digunakan hendaknya mampu merfleksikan bentuk perilaku dan prosesnya;
6.       Metode yang dipakai hendaknya mampu menangkap makna di balik interaksi;
7.       Sensitizing, yaitu sekedar mengarahkan pemikiran, itu yang cocok dengan interaksionisme simbolik, dan ketika mulai memasuki lapangan perlu dirumuskan menjadi yang lebih operasional, menjadi scientific concepts.

Sumber:
I.B. Wirawan, 2013, Teori-Teori Sosial Dalam Tiga Paradigma, Penerbit Kencana, Jakarta.

   

Faktor Interaksi

AL-AHZAB

“Wahai orang-orang yang beriman bertakwalakamu kepada Allah dan katakanla perkataan yang benar niscaya Alla memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu dan barang siapa mentaati Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.” (QS. Al-Azhab: 71-71).


FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTERAKSI

Karp dan Yoels menyebutkan faktor-2 yang mempengaruhi interaksi, yaitu:
1.       Ciri yang dibawa sejak lahir, misalnya:
a. jenis kelamin;
b. usia;
c. ras;
2.       Penampilan;
3.       Bentuk tubuh yang dipengaruhi oleh pakaian; dan
4.       Apa yang diucapkan oleh aktor (pelaku).

Erving Goffman melanjutkan pernyataan yang terakhir mengenai faktor-2 yang mempengaruhi interaksi di atas;
Goffman inilah yang telah berjasa memperkenalkan konsep “dramaturgi”, yaitu (definisi) oleh Margaret Poloma) pendekatan yang menggunakan bahasa dan khayalan teater untuk menggambarkan fakta subjektif dan objektif dari suatu interaksi sosial;
Dalam suatu perjumpaan masing-2 pihak, secara sengaja maupun tidak, salah satu pihak membuat pernyataan atau ekspresi (axpression) dan pihak lain memperoleh kesan (impression) tertentu dari perjumpaan itu;

Sumber:
I.B. Wirawan, 2013, Teori-Teori Sosial Dalam Tiga Paradigma, Penerbit Kencana, Jakarta.


Minggu, 26 Oktober 2014

Tugas ke 3, UTS MK Teori-Teori Ilmu Sosial

TUGAS KE 3, UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS).

Pada pertemuan ke 7

MATA KULIAH TEORI-TEORI ILMU SOSIAL

Pertanyaan;
Berikan analisis kritis, Apa dan Bagaimanakah Hakekat Teori-Teori Ilmu Sosial bilamana dihubungakan dengan Kompetensi yang akan dibentuk untuk atau pada Saudara dari Mata Kuliah ini, dengan bersandarkan kepada Teori Interaksi Simbolik  serta teori terpilih faforit yang lain pilihan Saudara ?

Keterangan:
1.       Hasil analisis kritis diunggah pada Blogg masing-masing mahasiswa, sebagai Karya Ilmiah (Artikel) !;
2.       Hasil unggah dari Blogg, diprint dan diserahkan pada dosen pengajar untuk bukti laporan dan penilaian UTS, pada pertemuan ke 8, tidak diijinkan terlambat;
3.       Benang merah / Abstrak dari artikel, tugas ke tiga dimasukkan pada komentar langsung di blog ini (milik dosen pengampu/pengajar);

Terimakasih, selamat bekerja.

Rabu, 22 Oktober 2014

Faktor-2 Reformasi

AL-ANFAL

(Siksaan) yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan mengubah sesuatu  nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu mengubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui (QS. Al-Anfal: 53)

FAKTOR-2 REFORMASI

Faktor-2 Yang Mempengaruhi Penyempurnaan Administrasi

Menurut Haka Been Lee, ada 3 faktor yang mempengaruhi penyempurnaan/administrasi organisasi pada umumnya yaitu:

1.       Keadaan perubahan;
Termasuk di dalamnya:
a.       Tujuan;
b.      Area ruang linkup perubahan;
Hal ini erat kaitannya dengan:
a.       Kebijakan;
b.      Strategi perubahan;

2.       Agen perubahan;
Yang pebting adalah:
a.       Sifat;
b.      Pengalaman;
c.       Pengetahuan;
d.      Hubungan;
e.      Hubungan birokrasi pemerintah secara keseluruhan;
f.        Dukungan yang mereka peroleh dalam melakukan usaha penyempurnaan;
g.       Apakah agen perubahan ini berasal dari dalam atau luar negeri;

Kalau agen purubahan itu berasal dari dalam negeri maka mereka lebih mengetahui banyak tetang kebudayaan birokrasi di negerinya;

Kalau agen purbahan itu berasal dari luar negeri, mereka akan memasukkan ide-2 administrasi luar negeri tanpa mengetahui keadaan setempat, sehingga usaha mereka menyempurnakan administrasi di negara yang bersangkutan sering mengalami kegagalan.

Khusus di negara berkembang lebih tepat menggunakan agen pembaharu yang berasal dari dalam negara itu sendiri yang mengkin memperoleh pendidikan dari luar negeri sehingga mereka dapat menerapkan pengetahuannya dengan menyesuaikan dengan kondisi setempat.

Di samping itu agen pembaharu lain lebih baik berasal dari pimpinan politik atau sekurang-kurangnya mendapat dukungan dari kekuatan politik yang sedang berkuasa.

3.      Faktor lingkungan;
Factor lingkungan yang besar pengaruhnya adalah:
a.       Struktur politik dan keadaannya;
b.      Apakah stabil atau krisis pada waktu penyempurnaan akan dilakukan;

Walaupun demikian, faktor lain seperti:
a.       Kondisi ekonomi juga manentukan karena perubahan administrasi menghendaki dana besar;
b.      Demikian kondisi sosial juga ikut menentukan karena perubahan administrasi itu tidak hanya umum mempengaruhi aparat birokrasi tetapi juga mempengaruhi masyarakat yang mengurus urusannya dan berhubungan dengan birokrasi;

Misalnya:
Ada kebijakan untuk membersihkan administrasi dari aspek:
a.       Sogok;
b.      Uang pelican, dsb;

Hal ini tidak hanya membersihkan aparat birokrasi saja tetapi juga mental masyarakat yang sudah terbiasa dengan cara-2 tersebut di atas.

Yang penting adalah bahwa hasilnya penyempurnaan administrasi ini tergantung pada berapa banyak jumlah orang yang berpartisipasi secara langsung atau tidak langsung dalam proses perubahan yang sedang dilaksanakan.

Jadi dalam penyempurnaan administrasi ke tiga factor tersebut di atas salinh berhubungan dan saling tergantung dalam memberikan pengaruhnya.

Kalau agen pembaharu ingin menetapkan strategi penyempurnaan administrasi maka harus terlebih dahulu melihat keadaan lingkungan dan kepemimpinan politik di negara tersebut.

Sumber:
Bintoro Tjokrohamidjojo, Tahun 1987, Administrasi Pembangunan, Penerbit Karunia, Jakarta





Reformasi Administrasi Publik


AL- FATIHAH

1.       Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang;
2.       Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam;
3.       Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang;
4.       Pemilik hari pembalasan;
5.       Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan;
6.       Tunjukanlah kami jalan yang lurus;
7.       (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula) jalan mereka yang sesat.


ADMINISTRASI PUBLIC SEBAGAI REFORMASI ADMINISTRASI

Berkembangnya paradigm baru, antara lain pandangan mengarah pada administrasi publik yang difokuskan untuk menghasilkan“high quality public goods and service”.

Untuk itu diperlukan birokrasi yang memiliki semangat kewirausahaan.

Menurut David Osbone dan Ted Gebler (1992) dalam bukunya “Reiventing Governance” terdapat sepuluh prinsip yang merupakan komponen paradigm baru yang mengandung perubahan visi, misi, dan strategi administrasi publik untuk disesuaikan dengan perkembangan lingkungan strategi yaitu:

1.       Streering rather than rowing;
Pemerintah berperan sebagai katalisator, yang melaksanakan sendiri pembangunan tapi cukup mengendalikan sumber yang ada di masyarakat;
Dengan demikian pemerintah mengoptimalkan penggunaan dana dan daya sesuai kepentingan publik;

2.       Empower communities to solve their own problems, rather than merely deliver services;
Pemerintah harus memberdayakan masyarakat dalam pemberian pelayanan.
Organisasi-2 kemasyarakat seperti:
a.       Koperasi;
b.      LSM, dsb
Perlu diajak untuk memecahkan permasalahannya sendiri antara lain masalah:
a.       Keamanan;
b.      Kebersihan;
c.       Kebutuhan sekolah;
d.      Pemukiman murah, dll;

3.       Promote and encourage competition rather than monopolies;
Pemerintah harus menciptakan persaingan dalam setiap pelayanan;
Dengan adanya persaingan maka sector swasta dan pemerintah bersaing, dan terpaksa bekerja secara lebih profesioanal dan efisien;

4.       Be driven by missions rather than rules;
Pemerintah harus melakukan aktivitas yang menekan pada pencapaian apa yang merupakan “misinya” dari pada menekankan pada peraturan-2.
Setiap organisasi diberi kelonggaran untuk menghasilkan sesuati sesuai misinya.

5.       Result oriented by funding outcomes rather than outputs;
Pemerintah hendaknya berorientasi kinerja yang baik;
Instansi yang demikian harus diberi kesmpatan lebih besar diabnding instansi yang kinerjanya kurang;

6.       Meet the needs of the customer rather thoce of the bureaucracy;
Pemerintah harus mengutamakan pemenuhan kebutuhan masyarakat, bukan kebutuhan birokrat;

7.       Concentrate on earning money rather than just spending it;
Pemerintah memiliki aparat yang tahu cara yang tepat dengan, menghasilkan yang untuk organisasinya, disamping pandai menghemat biaya.

8.       Invest in preventing problems rather than curing crises;
Pemerintah yang antisipatif, lebih baik mencegah dari pada menanggulangi.
Lebih baik mencegah epiden dari pada mengobati penyakit.
Dengan demikian akan terjadi “mental switch” dalam aparat pemerintah;

9.       Decentralize authority rather than build hierarchy;
Diperlukan desentralisasi pemerintahan, dan berorientasi hierarkhi menjadi partisipatif dengan pengembangan kerjasama tim.
Dengan demikian organisasi bawahan akan leluasa untuk berkreasi dan mengambil inisiatif yang diperlukan.

10.   Solve problem by influencing market force rather than by treating public programs;
Pemerintah harus memperhatikan kekuatan pasar.
Pasokan didasarkan kepada kebutuhan atau permintaan pasar dan bukan sebaliknya.
Untuk itu kebijakan harus berdasarkan kepada kebutuhan pasar.


Sumber:

Sedarmayanti, 2009, Reformasi Administra Publik, Reformasi Birokrasi, dan Kepemimpinan Masa Depan, Mewujudkan Pelayanan Prima dan Kepemerintahan Yang Baik, Penerbit Refika Aditama, Bandung.

Selasa, 21 Oktober 2014

Stres Kerja

AL-IKHLAS

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.
1.       Katakanlah (Muhammad), “Dialah Allah, Yang Maha Esa;
2.       Allah tempat meminta segela sesuatu;
3.       (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan;
4.       Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.”

AL-HADIS

Diriwayatkan dari Umar bin Al-Khaththab ra., dia berkata Saya pernah mendengar Rasulullah Saw. Bersabda “Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung pada niatnya, dan setiap orang akan mendapat balasan sesuai dengan niatnya. Barang siapa berhijrah dengan niat untuk kepentingan duniawi atau untuk mencari perempuan yang akan dikawininya, maka balasan hijrahnya sesuai dengan niatnya.”  (Hadis ini diriwayatkan oleh Al-Bukhari, nomor hadis: 1).

STRES KERJA

A.      KEBIJAKAN DAN STRATEGI ADMINISTRASI;
1.       Penyusutan karyawan;
2.       Tekanan kompetitif;
3.       Perencanaan gaji jasa;
4.       Rotasi sift kerja;
5.       Aturan birokrasi;
6.       Teknologi canggih;

B.      STRUKTUR DAN DESAIN ORGANISASI;
1.       Setralisasi dan formalisasi;
2.       Konflik lini-staf;
3.       Spesialisasi;
4.       Ambiguitas peranan dan konflik peranan;
5.       Tidak ada kesempatan untuk maju;
6.       Budaya melarang dan tidak percaya;

C.      PROSES ORGANISASI;
1.       Kontrol kuat;
2.       Hanya komunikasi ke bawah;
3.       Sedikit umpan balik kinerja;
4.       Pengambilan keputusan tersentralisasi;
5.       Kurang partisipasi dalam keputusan;
6.       System penilaian bersifat hukuman;

D.      KONDISI KERJA;
1.       Area kerja ramai;
2.       Bising, panas, atau dingin;
3.       Polusi udara;
4.       Bau yang kuat;
5.       Kondisi tidak aman, berbahaya;
6.       Penerangan kurang;
7.       Tekanan fisik atau mental;
8.       Bahan kimia beracun atauArea kerja ramai;
9.       Bising, panas, atau dingin;
10.   Polusi udara;
11.   Bau yang kuat;
12.   Kondisi tidak aman, berbahaya;
13.   Penerangan kurang;
14.   Tekanan fisik atau mental;
15.   Bahan kimia beracun atau radiasi;


Sumber:
Fred Luthans, 2006, Organizational Behavior, Penerbit Andi, Yogyakarta.


Stres

AL- FATIHAH
1.       Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang;
2.       Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam;
3.       Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang;
4.       Pemilik hari pembalasan;
5.       Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan;
6.       Tunjukanlah kami jalan yang lurus;
7.       (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula) jalan mereka yang sesat.

STRES

Stres biasanya dianggap sebagai istilah negatif.

Stres dianggap disebabkan oleh sesuatu yang buruk (misalnya. Mahasiswa yang terkena sanksi percobaan di kampusnya, orang yang dikasihi menderita sakit parah, teguran formal dari pimpinan atas kinerja yang buruk). Semua hal tersebut adalah bentuk distress (stress yang buruk).

Tetapi, ada juga sisi stres positif dan menyenangkan yang disebabkan oleh hal yang baik (misalnya, mahasiswa membantu membuat tugas dekan, seorang kenalan yang patut diperhitungkan dan menarik mengajak …..; karyawan ditawari promosi kerja di tempat lain). Semua ini adalah bentuk eustres.

Istilah ini diciptakan pelopor penelitian stres dari bahasa Yunani “eu”, yang berarti “baik”.

Diterapkan pada tempat kerja, studi penelitian di Cornell University terhadap 1800 manajer mengidentifikasikan contoh stres “buruk”, seperti kebijakan kantor, prosedur birokrasi, dan karier yang terhambat serta stres “baik” seperti tantangan yang muncul dari tanggung jawab yang meningkat, tekanan waktu, dan tugas berkualitas tinggi.

Gambaran menarik lainnya mencakup dua jenis energy “energy tegang,” adalah keadaan stres yang dikarakteristikan dengan tekanan dan kecemasan konstan, dan “stres tenang,”  adalah stres dengan “aliran” bebas yang dikarakterisasikan dengan sedikit ketegangan otot, keadaan pikiran yang waspada, perasaan badan yang tenang, intelegensi kreatif, vitalitas fisik, dan rasa senang yang meningkat.

Dengan kata lain, stres dapat dipandang dengan cara yang berbeda dan dideskripsikan dengan kata “sin”: “Keduanya adalah kata pendek yang bersifat emosional yang digunakan untuk mengacu pada sesuatu yang perlu dijelaskan dengan banyak kata.”

Meskipun terdapat berbagai definisi dan perdebatan mengenai pengertian stres kerja, Ivancevich dan Matteson mendefinisikan stres sebagai “interaksi individu dengan lingkungannya,” tetapi kemudiam mereka memerinci definisi kerja sebagai berikut: “respon adaptif yang dihubungkan oleh perbedaan eksternal (lingkungan) yang menempatkan tuntutan psikologis dan atau fisik secara berlebihan pada seseorang.

Perhatikan ketiga komponen definisi berikut:
1.       Mengacu pada reaksi terhadap situasi atau kejadian, bukan situasi atau kejadian itu sendiri;
2.       Menekankan bahwa stres dapat dipengaruhi oleh perbedaan individu; dan
3.       Menekankan frasa “kebutuhan psikologi dan atau fisik yang berlebihan,” karena hanya situasi tertentu atau situasi yang tidak biasa (berlawanan dengan penyesuaian hidup minor) yang dapat menghasilkan stres;

Dalam definisi lain, Beehr danNewman mendefinisikan “stres kerja” sebagai kondisi yang muncul dari interaksi antara manusia dan pekerjaan serta dikarakterisasikan oleh perubahan manusia yang memaksa mereka itu menyimpang dari fungsi normal mereka;

Dengan menggunakan dua definisi tersebut, dan menyederhanakannya untuk tujuan bab ini, stres didefinisikan sebagai respons adaptif terhadap situasi ekternal yang menghasilkan penyimpangan fisik, psikologis, dan atau perilaku pada anggota organisasi.

Penting juga untuk menunjukkan bahwa:

1.       Stres bukan hannya masalah kecemasan;
Pada dasarnya, kecemasan terjadi dalam lingkup emosional dan psikologis, sementara stres terjadi dalam lingkup emosional, psikologis, dan juga fisik.

2.       Stres bukan hanya ketegangan saraf;
Seperti kecemasan, ketegangan saraf mungkin dihasilkan oleh stres, tetapi keduanya tidak sama.
Orang yang pingsan menunjukkan stres, dan beberapa orang “mengendalikannya” serta tidak menunjukkannya nelalui ketegangan saraf;

3.       Stres bukan sesuatu yang selalu merusak, buruk, atau dihindari;
Eustres tidak merusak atau buruk.
Tetapi sebaliknya, merupakan sesuatu yang perlu dicari, bukannya dihindari.
Tentu saja kuncinya adalah bagaimana manusia menangani stres.
Stres tidak dapat dielakkan;
Stres dapat dicegah atau dikontrol secara efektif.

Sumber:
Fred Luthans, 2006, Organizational Behavior, Penerbit Andi, Yogyakarta.
  

  

Penyebab Stres

AL-ANFAL

(Siksaan) yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan mengubah sesuatu  nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu mengubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui (QS. Al-Anfal: 53)

PENYEBAB STRES

Anteseden Stres, atau disebut stressor yang mempengaruhi karyawan.

Stres yang dipengaruhi karyawan dan dari karyawan itu sendiri.

Stres Kerja di dalam Stresor individu;

Stresor individu di dalam Stresor Kelompok;

Stresor Kelompok di dalam Stresor Organisasi;

Stresor Organisasi di dalam Stresor Ekstra Organisasi.

Sumber:
Fred Luthans, 2006, Organizational Behavior, Penerbit Andi, Yogyakarta.


Kelompok merupakan sumber Stres

AN-NASR

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.
1.       Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan;
2.       Dan engkau melihat manusia berbondong-bondong masuk agama Allah;
3.       Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampunan kepada-Nya. Sungguh, Dia Maha Penerima tobat.

Iman seseorang hamba tak akan lurus sebelum hatinya lurus (HR Ahmad)

KELOMPOK SUMBER STRES

Kelompok dapat menjadi sumber stres.

Stressor kelompok dapat dikategorikan menjadi dua area:

1.       Kurangnya kohesivitas kelompok;
Sejak studi Hawthorne ..., jelas bahwa kohesivitas atau kebersamaan merupakan hal penting pada karyawan, terutama pada tingkat organisasi yang lebih rendah.
Jika karyawan tidak mengalami kesempatan kebersamaan karena desain kerja, karena penyelia melarang atau membatasinya, atau karena ada anggota kelompok yang menyingkirkan karyawan lain, kurangnya kohesivitas akan menyebabkan stres.

2.       Kurangnya dukungan social;
Karyawan sangat dipengaruhi oleh dukungan anggota kelompok yang jenis dukungan social ini berkurang pada individu, maka situasi akan membuat stres;
Terdapat penelitian yang mengidentifikasikan bahwa kurangnya dukungan social merupakan hal yang membuat stres sehingga menyebabkan pengeluaran biaya perawatan kesehatan;

Sumber:
Fred Luthans, 2006, Organizational Behavior, Penerbit Andi, Yogyakarta.



Pengertian Konflik

AL-KAFIRUN

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.
1.       Katakanlah (Muhammad), “Wahai orang-orang kafir;
2.       Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah;
3.       Dan kamu bukan penyembahapa yang aku sembah;
4.       Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah;
5.       Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah apa yang aku sembah;
6.       Untukmu agamamu, dan untukku agamaku.

Al-Hadis

Diriwayatkan dari Abu Musa r.a., dia berkata: Orang-orang bertanya kepada Rasulullah Saw., “Ya Rasulullah ! siapa muslim yang terbaik?” Beliau menjawab, “Muslim yang lidah dan tangannya tidak menyakiti muslim lain.” (Hadis ini diriwayatkan oleh Al-Bukhari, nomor hadis: 11).

PENGERTIAN KONFLIK

Pengertian konflik dapat dilihat dari beberapa sudut pandang:

1.       Pandangan Tradisional;
Pandangan ini beranggapan bahwa semua konflik adalah buruk dan negatif, disinonomkan dengan istilah kekerasan (violence), yang merugikan, tetapi harus dihindari dan diatasi;

2.       Pandangan Hubungan Manusia;
Pandangan ini berkeyakinan bahwa konflik merupakan hasil wajar dan tidak terelakan dalam setiap kelompok;


3.       Pandangan Interaksional;
Pandangan ini berkeyakinan bahwa konflik tidak hanya suatu kekuatan positif dalam suatu kelompok melainkan juga mutlak perlu untuk suatu kelompok agar dapat berkinerja efektif;

Sumber:
Vethzal Rivai dan Deddy Mulyadi, 2009, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Penerbit Rajawali Pers, Jakarta.



Dikotomi Konflik


AL-IKHLAS
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.
1.       Katakanlah (Muhammad), “Dialah Allah, Yang Maha Esa;
2.       Allah tempat meminta segela sesuatu;
3.       (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan;
4.       Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.”

Setiap orang di antaramu adalah pemimpin dan setiap pemimpin bertanggung jawab atas kepemimpinannya (HR. Bukhari-Muslim).

Pemimpin suatu kaum adalah pelayan mereka (HR Abu Na

DIKOTOMI KONFLIK

Cara Memilih Konflik:
A.      Negatif;
1.       Penghamburan tenaga;
2.       Menurunkan semangat kerja;
3.       Memilah-milahkan kelompok dan anggota-2 nya;
4.       Mempertajam perbedaan;
5.       Merusak kerjasama;
6.       Menimbulkan kecurigaan dan ketidak percayaan;
7.       Mengurangi produktivitas;

B.      Positif;
1.       Permasalahan yang ada menjadi terbuka dan jelas;
2.       Memperbaiki kualitas pemecahan masalah;
3.       Meningkatkan keterlibatan para anggota;
4.       Memberikan kesempatan berkomunikasi secara spontan;
5.       Menciptakan pertumbuhan dan penguatan hubungan;
6.       Meningkatkan produktivitas.

Sumber:
Vethzal Rivai dan Deddy Mulyadi, 2009, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Penerbit Rajawali Pers, Jakarta.


Konflik

AL-BAQARAH : 164
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan sian, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; Sesungguhnya (terdapat) (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.

AL-HADIS
Diriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudriy ra., dia berkata: Rasulullah Saw., pernah bersabda, “Akan tiba suatu masa di mana harta yang terbaik bagi seorang muslim adalah kambing yang dia gembalakan di pucuk-2 gunung dan di lembah-2 tempat hujan turun, yang dengan itu dia menyelamatkan agamanya dari berbagai fitnah.” (Hadis ini diriwayatkan oleh Al-Bukhari, nomor hadis: 19).

KONFLIK

Menuut bahasa, konflik dapat diartikan dengan:
1.       Perbedaan;
2.       Pertentangan; dan
3.       Perselisihan;

Konflik merupakan masalah yang serius dalam setiap organisasi, yang mungkin tidak menimbulkan kematian suatu firma seperti yang terjadi pada Shea & Gould, tetapi pasti dapat merugikan kinerja suatu organisasi maupun mendorong kerugian bagi banyak karyawan yang baik.

Selain itu konflik dapat pula diartikan dengan perbedaan, pertentangan dan perselisihan.

Dalan istilah Al-Qur’an, konflik itu sinonim dengan kata “ikhtilaf”  yang berarti:
1.       Berselisih/berlainan (to be at variance);
2.       Menemukan sebab perbedaan (to find cause of disagreement);
3.       Berbeda (to differ);
4.       Mencari sebab perselisihan (to seek cause of dispute), dsb.

Konflik juga dapat dikatakan merupakan suasana batin yang berisi kegelisahan karena pertentangan dua motif atau lebih, yang mendorong seseorang berbuat dua motif atau lebih keinginan yang saling bertentangan pada waktu yang bersamaan;

Konflik pada hakekatnya adalah segala sesuatu interaksi pertentangan antara dua pihak atau lebih.

Konflik organisasi (organizational conflict) adalah ketidak sesuaian  antara dua atau lebih anggota-anggota atau kelompok-2 organisasi yang timbul karena adanya kenyataan bahwa mereka harus membagi sumber daya- sumber daya yang terbatas atau kegiatan-2 kerja dan/atau karena kenyataan bahwa mereka mempunyai perbedaan:
1.       Status;
2.       Tujuan;
3.       Nilai;
4.       Persepsi.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa konflik adalah pertentangan dalam hubungan kemanusiaan (intrapersonal atau interpersonal) antara satu pihak dengan pihak yang lain dalam mencapai suatu tujuan, yang timbul akibat adanya:
1.       Perbedaan kepentingan;
2.       Emosi;
3.       Psikologis;
4.       Nilai;

Selain itu konflik dikatakan juga sebagai suatu proses yang bila suatu pihak merasakan bahwa pihak lain telah mempengaruhi secara negative, atau akan segera mempengaruhi secara negative sesuatu yang diperhatikan pihak pertama;

Pengertian ini mencakup rentang yang luas dari konflik yang dialami dalam organisasi:
1.       Ketidak cocokan tujuan;
2.       Perbedaan penafsiran fakta;
3.       Ketidak sepakatan yang didasarkan pada pengharapan perilaku, dan semacamnya.
Konflik juga diasumsikan sebagai yang ditentukan, yang dapat timbul pada tingkat yang tersembunyi atau terbuka;

Dengan demikian, konflik dapat didefinisikan sebagai suatu proses di mana A melakukan usaha yang sengaja dibuat untuk menghilangkan usaha-2 B dengan sebentuk usaha untuk menghalangi sehingga mengakibatkan frustrasi pada B dalam mencapai tujuannya atau dalam meneruskan kepentingan-2 nya.

Sumber:
Vethzal Rivai dan Deddy Mulyadi, 2009, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Penerbit Rajawali Pers, Jakarta.