Perilaku Arogansi Legislatif dan Sikap Apatisme Masyarakat bagi Perancangan Model Jaring Aspirasi Masyarakat yang efektif, adaptif dan fleksibel.
(Arrogant Legislative Behavior and Apathetic Society Attitude for Society Aspiration Net Model that efective, adaptable and flexible)
Sugeng Rusmiwari/Endang Murti/Retno Iswati
Dosen FISIP UNMER
Madiun
ABSTRAK
Perilaku Legislatif yang cenderung tidak baik atau arogan disebabkan oleh beberapa faktor atau motif yaitu faktor atau motif: berafiliasi, berkuasa, berprestasi, institusi yang kurang baik dan Sikap Masyarakat yang Apatisme dipengaruhi oleh aspek kognitif, aspek afektif, aspek konatif juga kurang baik. Dampaknya Pola Komunikasi tidak baik atau tidak efektif, sehingga pelaksanaan Jaring Aspirasi Masyarakat tidak: efektif, adaptif dan fleksibel, sebagaimana yang diharapkan.
(Legislative Behavior that prefer be bad or Arrogant are caused by some factors. Those ara affilating, powerful and well achievement. The under average institution ang the apathetic. Society attitude are influenced by cognate aspect and the confiding aspect. The will effect the bad communication pattern or uneffectively, adaptable and flexible. For those need model that can help solving the problem)
Kata kunci: Perilaku Legislatif, Sikap Masyarakat, Pola Komunikasi, Jaring Aspirasi Masyarakat.
Key word: Legislative behaviour, Society attitude, Communication pattern, Society Aspiration Net.
PENDAHULUAN
Rumor yang berkembang di masyarakat yang menyebutkan anggota DPR/D semakin saja tidak aspiratif, arogan, hanya bisa bilang pokoknya tidak dan masih banyak lagi lainnya yang pada intinya mengarah pada satu wacana bahwa perangai DPR/D sangat memprihatinkan dan tidak lebih baik dibanding sebelumnya adalah benar. Pembenaran tersebut setidaknya merujuk pada beberapa temuan/kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan terdahulu maupun sumber-sumber lain yang secara ilmiah dapat dipertanggungjawabkan.
Terkait dengan sinyalemen yang satu itu, wakil presiden Yusuf Kalla di dalam sebuah forum yang diselenggarakan CSIS sempat mengkritik masih lemahnya kemampuan DPR/D sebagai political representation, yakni masih lemahnya kemampuan mereka untuk bertindak dan berjuang dalam urusan membuat kebijakan-kebijakan publik bahkan secara spesifik ia mengeluhkan mengenai ketidak becusan wakil rakyat tersebut di bidang pembuatan Undang-Undang (Jawa Pos, 23 Maret 2006).
Hasil survei oleh Lembaga Survei Indonesia (LSI) selama 2 (dua) tahun dalam rentang waktu April 2004 – Maret 2006, terhadap kinerja berbagai lembaga/institusi publik berkesimpulan bahwa DPR berpredikat sebagai lembaga yang berkinerja terburuk bersama Partai Politik dibandingkan dengan lembaga lain (Jawa Pos, 24 Maret 2006) dan umumnya para politisi hanya memikirkan kepentingan masing-masing, tidak banyak diantara mereka yang memikirkan rakyat yang memilihnya dalam pemilu, Kacung Marijan dengan meminjam istilah Jane Mansbridge lalu mempertanyakan kesungguhan komitment anggota DPR/D sebagai promissory representation dan anticipatory representation (Jawa Pos, 24 Maret 2006).
Pertanyaannya, jikalau dicermati dan ditelaah secara mendalam benarkah akar persoalannya memang demikian? Tidak mungkinkah terdapat faktor determinan lain yang sangat mungkin lebih dominan yang sejauh ini lepas dari pengamatan? Bagaimana dengan kondisi konstituen atau masyarakatnya sendiri? Bagaimana pula dengan pola komunikasi yang dibangun selama ini, sudah efektifkah? Ini sesuatu yang menarik untuk dikaji.
PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang pemikiran di atas perumusan masalahan disusun sebagai berikut: “Bagaimanakah Perilaku Legislatif dan Sikap Masyarakat dalam pelaksanaan Jaring Aspirasi Masyarakat” ?
TUJUAN PENELITIAN
a. Mendeskripsikan dan menguji pengaruh perilaku arogansi legislatif dan sikap apatisme masyarakat dalam pelaksanaan Jaring Aspirasi Masyarakat;
b. Ditemukan sebuah rancangan Model Jaring Aspirasi Masyarakat yang efektif, fleksibel dan adaptif berbasis perilaku.
METODE PENELITIAN
Sumber data primer diambil dari Wilayah Tapalkuda, Metropolitan, Mataraman, dan Malang Raya dengan teknik observasi, kuesioner dan dokumenter, melalui purposive random sampling yang didasarkan atas ciri-ciri atau sifat tertentu yang berkaitan erat dengan ciri-ciri populasi.
Teknik penyajian dan analisis data menggunakan tabel frekuensi atau tabulasi silang, serta untuk menguji hipotesis penelitian di menggunakan program SPSS dengan gambarkan sebagai berikut :
Keterangan :
X1 : Perilaku legislatif
X2 : Sikap masyarakat
Z : Pola komunikasi
Y : Efektifitas Jaring Aspirasi Masyarakat
HASIL PENELITIAN
Perilaku Legislatif
Perilaku Legislatif, cenderung arogan dipengaruhi oleh faktor: afiliasi, kekuasaan, berprestasi, institusi. ....................Faktor atau motif berafiliasi merupakan motif yang mendorong seseorang untuk mengadakan hubungan yang erat dengan orang lain, hasil penelitian secara komulatif kurang baik atau kurang menyenangkan, namun masih tetap ada upaya untuk memelihara hubungan yang erat sesama kolega.
Motif berkuasa yang mendorong seseorang untuk menguasai atau mendominasi orang lain, tidak terjadi, namun anggota DPRD memiliki skor yang sangat kecil pada sikap membantu orang lain, atau tidak suka membantu orang lain.
Motif berprestasi, berkecenderungan baik atau ingin berprestasi yang lebih baik, namun juga nampak tidak senang berkompetisi dengan diri sendiri, dari sini sudah nampak ada kecenderungan arogan.
Motif Institusi, cenderungan diragukan atau kurang baik, namun masih ada semangat bahwa jaring asmara harus dilaksanakan, meskipun tidak ada jaminan bahwa konstituen akan loyal. Dari data tersebut di atas secara komulatif perilaku legislatif, cenderung kurang baik atau cenderung arogan, namun masih ada harapan untuk memperbaiki diri yaitu semangat untuk berprestasi sangat menonjol.
Sikap Masyarakat
Faktor kognitif yang mendorong untuk memahami jaring aspirasi masyarakat, responden cenderung kurang faham, maka pelaksanaan jaring asmara perlu diinformasikan pada masyarakat, sehingga pembangunan akan lebih baik.
Aspek afektif merupakan kesenangan terhadap jaring aspirasi masyarakat, responden cenderung kurang senang, apa alasannya karena masih diwarnai oleh emosi.
Faktor konatif merupakan perilaku/sikap masyarakat terhadap jaring aspirasi masyarakat, cenderung kurang senang karena masih bersifat tendensius pada hal tertentu. Dari temuan di atas secara umum sikap masyarakat tidak senang atau tidak setuju dengan pelaksanaan jaring asmara saat ini, yang berarti cenderung apatis.
Pola Komunikasi
Faktor-faktor pola komunikasi terdiri dari: faktor komunikasi publik, faktor karakter komunikasi, faktor tujuan komunikasi.
Analisis data komunikasi publik adalah cenderung meragukan atau kurang baik, karena masih ada persepsi jaring asmara kurang penting, meskipun tempat penyelenggaraannya sudah representatif.
Karakter komunikasi juga cenderung meragukan atau kurang baik meskipun dalam jaring asmara diinformasi tentang pembangunan agar dapat dimanfaatkan secara efektif oleh masyarakat.
Tujuan komunikasi cenderung tidak baik / tidak sesuai yang diharapkan, meskipun ada statemen bahwa usulan seoptimal mungkin akan diperjuangkan, meskipun pada akhirnya tidak mampu membangun kepercayaan pada masyarakat. Jadi secara keseluruhan Komunikasi Publik cenderung kurang baik atau diragukan, meskipun karakter komunikasinya jauh di atas rata-rata baik.
Efektivitas Jaring Aspirasi Masyarakat
Efektivitas pelaksanaan jaring aspirasi masyarakat cenderung tidak baik / tidak efektif, meskipun sudah ada kontrak bahwa setiap masalah pada jaring aspirasi masyarakat harus mendapatkan pemecahan, serta kualitas produk keputusan akan jauh lebih baik, juga sebagai tempat konsultasi, namun juga tidak sedikit yang pesimis bahwa dengan jaring asmara akan dapat berlanjut, tetapi hasilnya tetap tidak efektif.
Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis penelitian digunakan analisis jalur (path analysis), yaitu suatu analisa yang menggambarkan pola hubungan (pengaruh) variabel bebas terhadap variabel terikat baik langsung maupun tidak langsung.
Merancang model berdasarkan konsep dan teori.
Gambar 1
HASIL PENELITIAN
TABULASI SILANG DAN ANALISISJALUR
|
Keterangan:
1. Efektifitas Jaring Asmara dipengaruhi secara langsung oleh Perilaku Legislatif, 0,000 < 0,05.
2. Efektifitas Jaring Asmara juga dipengaruhi oleh Sikap Masyarakat, 0,000 < 0,05.
3. Efektifitas Jaring Asmara tidak dipengaruhi oleh Pola Komunikasi, 0,018 < 0,05.
4. Perilaku Legislatif berpengaruh terhadap Pola Komunikasi, 0,000 < 0,05.
5. Sikap Masyarakat tidak berpengaruh terhadap Pola Komunikasi, 0,956 > 0,05.
6. Perilaku Legislatif tidak berpengaruh terhadap Sikap Masyarakat, 0.587.
7. Koefisien diterminan total perilaku legislatif, sikap masyarakat dan pola komunikasi mampu mempengaruhi jaring asmara sebesar 99,86%. Sedang sisanya yaitu 0,0014% dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa variabel yang digunakan dalam penelitian ini, seluruhnya mempunyai pengaruh secara langsung terhadap Jaring Aspirasi Masyarakat.
Interpretasi Data
1. Perilaku Legislatif, yang diukur dengan parameter atau faktor: motif berafiliasi, motif berkuasa, motif berprestasi, motif institusi, hasil komulatifnya, cenderung kurang baik, atau arogan.
Harapan yang cukup meyakinkan yaitu keinginan atau semangat untuk berprestasi sangat menonjol, maka dari itu perlu ada upaya penambahan ilmu pengetahuan melalui diklat yang berkait dengan tugas-tugas mendatang, hal ini juga didukung senang berkarya, senang bekerja sama dengan orang lain, senang membantu oang lain sekalipun tidak diminta, senang mengembangkan kegiatan yang lebih kreatif karena prinsipnya jaring aspirasi masyarakat harus dilaksanan oleh DPRD.
2. Sikap Masyarakat, yang cenderung Tidak Baik, atau Apatis terhadap Jaring Asmara; yang diukur dengan faktor-faktor Kognitif / Kefahaman, Afektif / Kesenangan, Konatif / Perilaku.
Sisi lain masyarakat banyak berharap atas keberhasilan jaring aspirasi masyarakat, sehingga pelaksanaannya perlu diinformasikan kepada masyarakat,
meskipun juga ada perasaan takut dalam menyampaikan usulan, namun merasa senang bila diundang.
3. Pola Komunikasi, yang juga cenderung Kurang Baik; disebabkan oleh faktor-faktor: komunikasi publik, karakter komunikasi, tujuan komunikasi, yang juga kurang baik.
Tempat penyelenggaraan menjadi sorotan yang serius, yang lebih mengharapkan dilakukan ditempat formal dari pada yang tidak formal karena ditengarai ada yang dilakukan secara diam-diam sehingga sulit dipantau keberadaannya, untuk itu perlu ada perbaikan.
4. Jaring Aspirasi Masyarakat, yang cenderung Tidak Baik, atau Tidak Efektif masih menyisakan harapan yang baik yaitu bahwa setiap masalah harus mendapatkan kesempatan pemecahan yang optimal sehingga akan menciptakan kualitas produk keputusan yang lebih baik serta sebagai wadah dan proses masyarakat melakukan konsultasi.
Merancang Model Jaring Aspirasi Masyarakat Berdasarkan Konsep Teori:
Merancang Model Jaring Aspirasi Masyarakat Berdasarkan Konsep Teori disederhanakan:
Merancang Model Jaring Aspirasi Masyarakat Berdasarkan Konsep Teori dari Hasil Pengujian Hipotesis:
Merancang Usulan Model Jaring Aspirasi Masyarakat :
Kesimpulan
Bahwa dari berbagai analisis tersebut dapat direkomendasikan model tersebut diatas dengan faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan kendala yang tersedia:
1. Faktor Pendukung:
Menganggap pekerjaan itu menyenangkan, sehingga hubungan yang erat dengan kolega perlu dibina dan ditingkatkan, serta menerima dalam kewajaran bahwa pada suatu saat manusia dapat resah, sehingga berakibat senang berkarya dan bekerja sama dengan orang lain, sehingga keraguan motif berafiliasi tidak adalagi, ditunjang dengan senang membantu orang lain, senang berkompetisi dengan orang lain, juga dengan kegiatan baru
sehingga lebih kreatif, maka dari itu Jaring Asmara harus tetap dilaksanakan tepat waktu sesuai dengan rencana terkoordinatif, sehingga hal-hal yang aktual dapat sampai pada konstituen, dan pada akhirnya mendapatkan kritik yang konstruktif, sehingga Perilaku Legislatif menjadi Tidak Arogan;
Sikap Masyarakat, yang menganggap penting dan berusaha memahami jaring aspirasi masyarakat patut ditindak lanjuti karena masyarakat berharap banyak sehingga perlu diinformasikan, sehingga perasaan takut pada jaring asmara tidak akan terjadi lagi, sehingga yang perlu dibangun adalah masyarakat senang menyampaikan usulan, sehingga yang perlu dibangun agar tidak apatis membangun kognitif atau kefahaman pada masyarakat;
Pola Komunikasi, dengan faktor komunikasi publik sangat menentukan keberhasilan dan kelancaran komunikasi dalam pelaksanaan jaring aspirasi masyarakat, sehingga komunikasi publik dalam jaring asmara tidak perlu diragukan lagi dapat dimanfaatkan secara optimal, yang berisi informasi pembangunan yang dapat dimanfaatkan secara efektif yang disukai konstituen, jadi pola komunikasi tidak perlu diragukan lagi;
Sedangkan untuk meningkatkan Efektifitas Jaring Asmara dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya disetiap masalah diupayakan mendapatkan penyelesaian masalah yang telah disepakati bersama, yang dengan ini berarti kualitas keputusan semakin baik dan berarti Jaring Asmara menjadi baik.
2. Faktor Penghambat:
Emosi yang sekali tempo muncul dan ditanggapi wajar yang membuat resah berbagai pihak sehingga menjadi menyenangkan, terhindar dari perasaan paling baik dirinya sendiri (arogan) sehingga kompetisi itu sebenarnya bukan dari orang lain tetapi dari dirinya sendiri, dengan cara ini konstituen akan lebih percaya pada wakil rakyatnya yang tidak arogan;
Daftar Pustaka
Abdul Wahab, Solochin, Pengantar: Analisa Kebijakan Negara, Rineka Cipta, Jakarta, 1990.
Abu, Chanif, Otonomi Daerah dan Penyelenggaraan Negara yang bebas dari KKN, LEPIN, Jakarta, 1999.
Ayu, Sutarno, Pendekatan Kebudayaan Dalam Pembangunan Propinsi Jawa Timur, Pemerintah Propinsi Jawa Timur, Jatim, 2004.
Ahmadi, Abu, Psikologi Sosial, Rineka Cipta, Jakarta, 1999.
Azwar, Saifudin, Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1995.
Soehot, Hoeta, A.M., Teori Komunikasi 1, IISIP, Jakarta, 2002.
Soehot, Hoeta, A.M., Teori Komunikasi 2, IISIP, Jakarta, 2002.
Islami, Irfan, M., Prinsip-Prinsip Kebijaksanaan Negara, Bumi Aksara, Jakarta, 2003.
Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004.
Sters, Richard, M., Efektifitas Organisasi, Erlangga, Jakarta, 1980.
Solimun, Multivariative Analysis: Structural Equation Modelling (SEM) Lisrel dan Amos, Aplikasi di Manajemen, Ekonomi Pembangunan, Psikologi Sosial, Kedokteran dan Agrokompleks, Universitas Negeri Malang, Malang, 2002.
0 komentar:
Posting Komentar