Minggu, 12 Agustus 2012

Mengenal Jin

Mengenal Jin dalam Islam

Jin (bahasa arab: جن ) secara harfiah berarti sesuatu yang berkonotasi “tersembunyi” atau “tidak terlihat”. Dalam Islam dan mitologi Arab pra-Islam, Jin adalah salah satu ras mahluk yang tidak terlihat dan diciptakan dari api.

  • “Dan kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas.”  (QS. Al-Hijr: 27) 
Dalam Islam, makhluk ciptaan Allah dapat dibedakan antara yang bernyawa dan tak bernyawa. Di antara yang bernyawa adalah Jin. Kata Jin menurut bahasa (Arab) berasal dari kata ijtinan, yang berarti istitar (tersembunyi).
Jadi Jin menurut bahasa berarti sesuatu yang tersembunyi dan halus, sedangkan syaitan ialah setiap yang durhaka dari golongan Jin, manusia atau hewan.

Dinamakan Jin, karena ia tersembunyi wujudnya dari pandangan mata manusia. Itulah sebabnya Jin dalam wujud aslinya tidak dapat dilihat mata manusia. Kalau ada manusia yang dapat melihat Jin, maka Jin yang dilihatnya itu adalah Jin yang sedang menjelma dalam wujud makhluk yang dapat dilihat mata manusia biasa.
  • "Sesungguhnya ia (Jin) dan pengikut-pengikutnya melihat kalian (hai manusia) dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka.”  (QS. Al-A’raf: 27)
Tentang asal kejadian Jin, Allah menjelaskan, kalau manusia pertama diciptakan dari tanah, maka jin diciptakan dari api yang sangat panas sesuai dengan ayat tersebut di atas.

Dalam ayat lain Allah mempertegas:
  • “Dan Kami telah menciptakan jin dari nyala api.”  (QS. Ar-Rahman: 15)
Ibnu Abbas, Ikrimah, Mujahid dan Adh-Dhahak berkata, bahwa yang dimaksud dengan firman Allah: Dari nyala api, ialah dari api murni.

Dalam riwayat lain dari Ibnu Abbas: Dari bara api. (Ditemukan dalam Tafsir Ibnu Katsir). Dalilnya dari hadits riwayat Aisyah, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda:
  • “Malaikat diciptakan dari cahaya, Jin diciptakan dari nyala api, dan Adam diciptakan dari apa yang disifatkan (diceritakan) kepada kalian.” [Yaitu dari air spermatozoa]  (HR. Muslim di dalam kitab Az-Zuhd dan Ahmad di dalam Al-Musnad). 
Bagaimana wujud api itu, Al-Qur’an tak menjelaskan secara rinci, dan Allah pun tidak mewajibkan kepada kita untuk menelitinya secara detail.

Dalam sebuah hadits, Nabi Muhammad SAW bersabda:
  • “Syaitan memperlihatkan wujud (diri)nya ketika aku shalat, namun atas pertolongan Allah, aku dapat mencekiknya hingga kurasakan dingin air liurnya di tanganku. Kalau bukan karena doa saudaraku Nabi Sulaiman, pasti kubunuh dia.”  (HR Bukhari)
JIN DAPAT MERUBAH BENTUK
Setiap makhluk diberi Allah kekhususan atau keistimewaan tersendiri, di mana salah satu kekhususan Jin ialah dapat mengubah bentuk. Misalnya Jin kafir (syaitan) pernah menampakkan diri dalam wujud orang tua kepada kaum Quraisy sebanyak dua kali.
Pertama, ketika suku Quraisy berkonspirasi untuk membunuh Nabi Muhammad SAW di Mekkah.
Kedua, dalam Perang Badar pada tahun ke-2 Hijriah. (QS. Al-Anfaal: 48).

JIN DAPAT BERANAK-PINAK
Jin beranak-pinak dan berkembang-biak (lihat surat Al-Kahfi: 50).
Tentang apakah Jin bisa meninggal atau tidak, ada pendapat bahwa Jin hanya berkembang biak, tetapi tidak pernah meninggal. Benar atau tidak, wallahu a’lam.

Namun menurut hadits yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim, di mana Nabi Muhammad SAW berdoa:
  • “Ya Allah, Engkau tidak mati, sedang Jin dan manusia mati…”  (HR Bukhari 7383 – Muslim 717).
HABITAT PARA JIN
Walaupun banyak perbedaan antara manusia dengan Jin, namun persamaannya juga ada. Di antaranya sama-sama mendiami bumi. Bahkan Jin telah mendiami bumi sebelum adanya manusia dan kemudian tinggal bersama manusia itu di rumah manusia, tidur di ranjang dan makan bersama manusia.

Tempat yang paling disenangi Jin adalah WC. Oleh sebab itu hendaknya kita berdoa waktu masuk WC yang artinya:
  • “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari (gangguan) syaitan (Jin) laki-laki dan syaitan (Jin) perempuan.” (HR At-Turmudzi).
Syaitan suka berdiam di kuburan dan di tempat sampah. Apa sebabnya, Al-Qur’an tidak menjelaskan secara rinci. Kuburan dijadikan sebagai tempat bermeditasi oleh tukang sihir (Paranormal).

Nabi Muhammad SAW melarang kita tidur menyerupai syaitan. Syaitan tidur di atas perutnya (tengkurap) dan bertelanjang. Manusia yang tidur dalam keadaan bertelanjang menarik perhatian syaitan untuk mempermainkan auratnya dan menyebabkan timbulnya penyakit. Na’udzu billah min dzalik!

------------------------------------------------------------------------------------------------------------
QARIN
Yang dimaksud dengan qarin dalam surat Qaaf: 27 ialah yang menyertai. Setiap manusia disertai jin yang selalu memperdayakannya. Allah berfirman:
  • Yang menyertai dia (qarin) berkata pula: ‘Ya Tuhan kami, aku tidak menyesatkan tetapi dialah (manusia) yang berada dalam kesesatan yang jauh…”  (QS. Qaaf: 27)
Manusia dan syaitan qarinnya itu akan bersama-sama pada hari berhisab nanti. Dalam sebuah hadits,  Aisyah (ra) mengatakan:
  • Rasulullah SAW keluar dari rumah pada malam hari, aku cemburu karenanya. Tak lama ia kembali dan menyaksikan tingkahku, lalu ia berkata: “Apakah kamu telah didatangi syaitanmu?” “Apakah syaitan bersamaku?” Jawabku. “Ya, bahkan setiap manusia.” Kata Nabi Muhammad SAW. “Termasuk engkau juga?” Tanyaku lagi. “Betul, tetapi Allah menolongku hingga aku selamat dari godaannya.” Jawab Nabi   (HR. Ahmad)

------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Berdasarkan hadits ini, Nabi Muhammad SAW ternyata juga didampingi syaitan. Hanya syaitan itu tidak berkutik terhadapnya. Lalu bagaimana mendeteksi keberadaan Jin (misalnya di rumah kita), apa tanda-tanda seseorang kemasukan Jin?

Tidak ada cara atau alat yang bisa mendeteksi keberadaan Jin. Sebab Jin dalam wujud aslinya merupakan makhluk ghaib yang tidak mungkin dilihat manusia
  • “Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka.” (QS. Al-A’raf: 27)
Tidak ada manusia yang bisa melihat Jin, dan jika ada manusia yang mengklaim mampu melihat Jin, maka orang tersebut sedang bermasalah. Bisa jadi dia mempunyai Jin warisan atau pun Jin hasil dia belajar. Kemampuan ini sebetulnya dalam Islam dilarang untuk dimiliki, dan termasuk dalam kategori bekerja sama dengan Jin yang menyesatkan
  • “Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara Jin, maka Jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan.”  (QS. Al-Jin: 6)
Sesungguhnya, tidak ada cara yang bisa digunakan untuk mendeteksi keberadaan Jin. Jangan meminta bantuan orang yang mempunyai ilmu terawang. Sebab kalau kita meminta bantuannya, kita berarti telah meminta bantuan dukun musyrik yang dalam Islam merupakan dosa besar, bahkan bisa mengeluarkan seseorang dari Islam.

KEBERADAAN JIN
Yang bisa diketahui dalam hal ini adalah tanda-tanda keberadaan Jin. Umpamanya, Jin yang menampakkan diri pada seseorang di rumah atau di tempat-tempat tertentu. Atau anggota rumah/kantor yang sering kehilangan uang sementara menurut perkiraan sangat tidak mungkin ada orang yang mencuri. Atau orang sering kesurupan kalau memasuki tempat tersebut. Itu adalah bagian dari indikasi gangguan Jin di tempat tersebut.

Jika sudah ada gangguan, maka Ruqyah Syar’iyyah adalah solusi Islaminya. Ada pun jika tidak ada gangguan di rumah atau di tempat kita, maka pendeteksian keberadaan Jin-jin jahat tak perlu dilakukan.

Demikian juga masalah deteksi Jin pada diri seseorang. Tidak ada orang yang dapat melihat keberadaan Jin secara pasti dalam tubuh seseorang. Kalau ada yang mengaku mampu mendeteksinya secara pasti, maka orang tersebut juga mempunyai Jin yang tidak boleh dimintai bantuan.

Untuk memastikan keberadaan Jin yang memasuki tubuh seseorang adalah juga dengan Ruqyah Syar’iyyah. Yaitu, terapi nabawi berupa membacakan ayat-ayat Al-Qur’an dan doa-doa yang ma’surat. Itulah satu-satunya cara Islami yang diajarkan Islam untuk menangani segala kasus yang berhubungan dengan Jin.

Indikasi orang yang dimasuki Jin sebagai berikut:
  • Gejala waktu terjaga, di antaranya:
  1. Badan terasa lemah, loyo, dan tidak ada gairah hidup.
  2. Berat dan malas untuk beraktivitas, terutama untuk beribadah kepada Allah.
  3. Banyak mengkhayal dan melamun, senyum dan bicara sendiri.
  4. Tiba-tiba menangis atau tertawa tanpa sebab.
  5. Sering merasa ada getaran, hawa dingin, atau panas, kesemutan, berdebar, dan sesak nafas saat membaca Al-Qur’an.
  • Gejala waktu tidur, di antaranya adalah:
  1. Banyak tidur dan mengantuk berat, atau sulit tidur tanpa sebab.
  2. Sering mengigau dengan kata-kata kotor.
  3. Melakukan gerakan-gerakan aneh, seperti mengunyah dengan keras sampai beradu gigi.
  4. Sering bermimpi buruk dan seram atau seakan-akan jatuh dari tempat yang tinggi.
  5. Bermimpi melihat binatang-binatang seperti ular, kucing, anjing, singa, serigala yang seakan-akan menyerangnya.
  6. Bermimpi ditemui Jin yang mengaku arwah nenek moyang atau tokoh tertentu.
  7. Saat tidur merasa seperti ada yang mencekik lehernya atau menggelitikinya dan menendangnya.

MACAM-MACAM JIN
Sesungguhnya tidak semua Jin itu syaitan, tetapi syaitan adalah bagian dari Jin yang ingkar terhadap perintah Allah SWT. Seperti manusia, Jin adalah makhluk Allah yang seringkali benar dan salah, ada yang muslim dan ada pula yang non muslim, berkelamin jantan dan betina, begitulah seterusnya. Bahkan Jin pun berketurunan, berkebudayaan dan peradaban yang konon katanya peradaban Jin jauh lebih maju dibanding manusia.

Dalam sebuah kitab yang menerangkan tentang Jin, dijelaskan ada 5 macam jenis Jin:


------------------------------------------------------------------------------------------------------------
1. AL-JAN
Jenis yang pertama ini adalah pengertian Jin secara umum, yaitu jenis Jin yang berpotensi seperti layaknya manusia. Jin ada yang berkelamin jantan adapula yang betina, ada Jin yang muslim ada pula yang non muslim. Jin juga membutuhkan makan, minum, tidur, bersenggama dan sebagainya. Walhasil Jin pada kategori JAN tidak bedanya dengan manusia pada kategori Al-Insan.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------
2. AL-A’MIR
Acapkali di suatu tempat, di kamar mandi, di rumah atau di manapun ada suara atau bunyian yang menirukan perbuatan manusia. Seperti halnya ada suara orang wudhu atau orang mandi, padahal di kamar mandi tersebut tidak ada siapa-siapa. Hal ini boleh jadi adalah perbuatan Jin pada kategori Al-A’mir. Maka tidak jarang orang menyebutnya sebagai syaitan tek-tek. Karena memang jenis Jin ini suka meniru-nirukan perbuatan atau kebiasaan manusia, dengan maksud menakut-nakuti. Al-A’mir juga terkadang mengikuti orang yang sedang membaca , bernyanyi dan sebagainya atau mengikuti orang yang sedang shalat di belakangnya. Meskipun demikian kita tidaklah usah takut, karena boleh jadi dia tidaklah jahat, hanya karena ingin menjadi ma’mum atau ingin belajar membaca atau menyanyi.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------
3. AL-IFRIT
Ifrit adalah jenis Jin yang berpotensi sebagai pembantu ataupun khodam bagi manusia. Dalam hal ini ada ifrit yang muslim dan baik, yang tentunya bisa menjadi khodam pada manusia-manusia yang muslim dan baik pula. Adapula ifrit yang berperilaku jahat dan kafir yang dimanfaatkan oleh para tukang sihir dan dukun, seperti ifrit-ifrit yang bekerjasama dengan pesihir terkemuka luar negeri pada Segitiga Bermuda “David Copperfield”.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------
4. AL-ARWAH
Jenis Jin yang keempat inilah yang sering dan biasa menggoda manusia, terkadang Al-Arwah menjelma dirinya sebagai orang tua kita yang telah meninggal atau sebagai dedemit dan sebagainya. Sehingga dapat mengelabui sebagian masyarakat kita dan menakut-nakuti mereka yang memang mempercayainya. Sebenarnya jenis Jin Al-Arwah ini termasuk golongan Jin yang sangat kuat dan sangat nakal. Disebutkan paling kuat karena mereka dapat menjelma dirinya menjadi apa saja dengan mengerahkan kekuatan ilmu yang dimilikinya dan disebut nakal karena sering menggoda dan menakut-nakuti manusia. Jika diibaratkan manusia, maka jenis Jin dari golongan Al-Arwah semacam preman yang suka usil terhadap masyarakat setempat dan terutama kepada perempuan-perempuan yang lewat di jalanan.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------
5. ASY-SYAITAN
Berbeda dengan Al-Arwah, Asy-Syaitan adalah jenis Jin yang selalu menggoda manusia dari segi keimanan, kerohanian dan kejiwaan. Asy-Syaitan sangat berbahaya dibanding jenis Jin lainya, karena Asy-Syaitan dalam merasuk ke dalam hati manusia untuk membisikkan kekafiran, keingkaran dan kejahatan. Dalam surat An-Naas dijelaskan bahwasanya bukan hanya Jin jahat dan ingkar yang termasuk dalam golongan Asy-Syaitan, manusia yang yang berperilaku zhalim dan lacur pun termasuk dalam kategori ini. Mengenai hal ini ada sebagian ulama yang berpendapat bahwa syaitan adalah sebuah sifat jahat daripada manusia dan Jin. Jadi kesimpulannya adalah syaitan bukanlah merupakan wujud atau benda, melainkan sebuah sifat atau perbuatan.
(Hanya Allah yang lebih tahu, semoga Allah mengampuni atas kesalahan-kesalahan  kita. Amin).

------------------------------------------------------------------------------------------------------------
MENDAKWAHI  JIN
Dakwah memiliki kedudukan yang sangat agung. Dakwah merupakan bagian dari kewajiban yang paling penting yang diemban kaum muslimin secara umum dan para ulama secara lebih khusus. Dakwah merupakan jalan para Rasul, di mana mereka merupakan teladan dalam persoalan yang besar ini.

Karena itulah Allah SWT mewajibkan para ulama untuk menerangkan kebenaran dengan dalilnya dan menyeru manusia kepada-Nya. Sehingga keterangan itu dapat mengeluarkan mereka dari gelapnya kebodohan, dan mendorong mereka untuk melaksanakan urusan dunia dan agama sesuai dengan apa yang telah diperintahkan Allah SWT.
Dakwah yang diemban Nabi SAW adalah dakwah yang universal, tidak terbatas kepada kaum tertentu tetapi untuk seluruh manusia. Bahkan kaum Jin pun menjadi bagian dari sasaran dakwahnya.
Al-Qur`an telah mengabarkan kepada kita bahwa sekelompok kaum Jin mendengarkan Al-Qur`an, sebagaimana tertera dalam surat Al-Ahqaf ayat 29-32. Kemudian Allah menyuruh Nabi kita SAW agar memberitahukan yang demikian itu.

Allah SWT berfirman:
قُلْ أُوْحِيَ إِلَيَّ أَنَّهُ اسْتَمَعَ نَفَرٌ مِنَ الْجِنِّ فَقَالُوا إِنَّا سَمِعْنَا قُرْآنًا عَجَبًا
  • “Katakanlah (hai Muhammad): ‘Telah diwahyukan kepadaku bahwasanya sekumpulan Jin telah mendengarkan Al-Qur`an, lalu mereka berkata: ‘Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al-Qur`an yang menakjubkan’,” dan seterusnya. (QS. Al-Jin: 1)
Tujuan dari itu semua adalah agar manusia mengetahui ihwal kaum Jin, bahwa beliau SAW diutus kepada segenap manusia dan Jin. Di dalamnya terdapat petunjuk bagi manusia dan Jin serta apa yang wajib bagi mereka yakni beriman kepada Allah SWT, Rasul-Nya, dan hari akhir. Juga  larangan dari melakukan kesyirikan dengan Jin.

Jika Jin itu sebagai makhluk hidup, berakal dan dibebani perintah dan larangan, maka mereka akan mendapatkan pahala dan siksa. Bahkan karena Nabi SAW pun diutus kepada mereka, maka wajib atas seorang muslim untuk memberlakukan di tengah-tengah mereka seperti apa yang berlaku di tengah-tengah manusia berupa amar ma’ruf nahi mungkar dan berdakwah seperti yang telah disyariatkan Allah SWT dan Rasul-Nya.

Juga seperti yang telah diserukan dan dilakukan Nabi SAW atas mereka. Bila mereka menyakiti, maka hadapilah serangannya seperti saat membendung serangan manusia. (Idhahu Ad-Dilalah fi ‘Umumi Ar-Risalah, hal. 13 dan 16)

Mendakwahi kaum Jin tidaklah mengharuskan seseorang untuk terjun menyelami seluk-beluk alam dan kehidupan mereka, serta bergaul langsung dengannya. Karena semua ini tidaklah diperintahkan. Sebab, lewat majelis-majelis ta’lim dan kegiatan dakwah lainnya yang dilakukan di tengah-tengah manusia berarti juga telah mendakwahi mereka.

Asy-Syeikh Muqbil bin Hadi --rahimahullah-- berkata:
  • “Bisa jadi ada sebagian orang mengira bahwa para Jin itu tidak menghadiri majelis-majelis ilmu. Ini adalah sangkaan yang keliru. Padahal tidak ada yang dapat mencegah mereka untuk menghadirinya, kecuali di antaranya ada yang mengganggu dan ada syaitan-syaitan.”
Maka kita katakan:
وَقُلْ رَبِّ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِيْنِ. وَأَعُوْذُ بِكَ رَبِّ أَنْ يَحْضُرُوْنِ
  • “Ya Rabbku, aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan syaitan. Dan aku berlindung (pula) kepada Engkau ya Rabbku, dari kedatangan mereka kepadaku.” (Al-Mu`minun: 97-98) [lihat Nashihatii li Ahlis Sunnah Minal Jin]
ADAKAH RASUL DARI KALANGAN JIN?
Para ulama berselisih pendapat tentang masalah ini, apakah dari kalangan Jin ada Rasul, ataukah Rasul itu hanya dari kalangan manusia? Sementara Allah SWT berfirman:
يَامَعْشَرَ الْجِنِّ وَاْلإِنْسِ أَلَمْ يَأْتِكُمْ رُسُلٌ مِنْكُمْ يَقُصُّوْنَ عَلَيْكُمْ آيَاتِي وَيُنْذِرُوْنَكُمْ لِقَاءَ يَوْمِكُمْ هَذَا قَالُوا شَهِدْنَا عَلَى أَنْفُسِنَا وَغَرَّتْهُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَشَهِدُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَنَّهُمْ كَانُوا كَافِرِيْنَ
  • “Wahai golongan Jin dan manusia, apakah belum datang kepadamu Rasul-rasul dari golongan kamu sendiri yang menyampaikan kepadamu ayat-ayat-Ku dan memberi peringatan kepadamu terhadap pertemuanmu dengan hari ini?” Mereka berkata: ‘Kami menjadi saksi atas diri kami sendiri’. Kehidupan dunia telah menipu mereka, dan mereka menjadi saksi atas diri mereka sendiri bahwa mereka adalah orang-orang yang kafir.”  (QS. Al-An’am: 130)
Sebagian ulama berdalil dengan ayat ini untuk menyatakan bahwa ada Rasul dari kalangan Jin. Juga berdalilkan dengan sebuah atsar (riwayat) dari Adh-Dhahhak ibnu Muzahim. Beliau mengatakan bahwa ada Rasul dari kalangan Jin.
Yang berpendapat seperti ini di antaranya adalah Muqatil dan Abu Sulaiman, namun keduanya tidak menyebutkan sandaran (dalil)nya. (Zadul Masir, 3/125).

Yang benar, wal ’ilmu ’indallah, tidak ada Rasul dari kalangan Jin. Dan pendapat inilah yang para salaf dan khalaf berada di atasnya. Adapun atsar yang datang dari Adh-Dhahhak, telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dalam Tafsirnya (12/121).

Namun di dalam sanadnya ada Syeikh (guru) Ibnu Jarir yang bernama Ibnu Humaid yakni Muhammad bin Humaid Abu Abdillah Ar-Razi. Para ulama banyak membicarakannya, seperti Al-Imam Al-Bukhari telah berkata tentangnya:
  • “Fihi nazhar (perlu ditinjau kembali, -red).”
Al-Imam Adz-Dzahabi –rahimahullah-- berkata:
  • “Dia, bersamaan dengan kedudukannya sebagai imam, adalah mungkarul hadits, pemilik riwayat yang aneh-aneh.” (Siyarul A’lam An-Nubala`, 11 / 530). Lebih lengkapnya silahkan pembaca merujuk kitab-kitab Al-Jarhu wa Ta’dil.
Ibnu Katsir –rahimahullah-- berkata:
  • “Tidak ada Rasul dari kalangan Jin seperti yang telah dinyatakan Mujahid dan Ibnu Juraij serta yang lainnya dari para ulama salaf dan khalaf. Adapun berdalil dengan ayat –yakni Al-An’am: 130–, maka perlu diteliti ulang karena masih terdapatnya kemungkinan, bukan merupakan sesuatu yang sharih (jelas pendalilannya). Sehingga kalimat ‘dari golongan kamu sendiri’ maknanya adalah ‘dari salah satu golongan kamu’.” (Lihat Tafsir Al-Qur`anul ‘Azhim, 2/188)
MENIKAH DENGAN JIN
Menikah adalah satu-satunya cara terbaik untuk mendapatkan keturunan. Karena itulah Allah SWT mensyariatkannya untuk segenap hamba-hamba-Nya. Allah SWT berfirman:
وَأَنْكِحُوا اْلأَيَامَى مِنْكُمْ وَالصَّالِحِيْنَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ
  • “Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang perempuan.”  (QS. An-Nuur: 32)
Kaum Jin memiliki keturunan dan anak keturunannya beranak-pinak, sebagaimana manusia berketurunan dan anak keturunannya beranak-pinak. Allah SWT berfirman:
أَفَتَتَّخِذُوْنَهُ وَذُرِّيَّتَهُ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُوْنِي وَهُمْ لَكُمْ عَدُوٌّ
  • “Patutkah kalian mengambil dia dan turunan-turunannya sebagai pemimpin selain-Ku, sedangkan mereka adalah musuh kalian?”  (QS. Al-Kahfi: 50)
Kalangan kaum Jin itu ada yang berjenis laki-laki dan ada juga perempuan, sehingga untuk mendapatkan keturunan merekapun saling menikah. Allah SWT berfirman:
لَمْ يَطْمِثْهُنَّ إِنْسٌ قَبْلَهُمْ وَلاَ جَانٌّ
  • “Tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula oleh Jin.”  (QS. Ar-Rahman: 56)
Artha’ah Ibnul Mundzir --rahimahullah-- berkata:
  • Dhamrah ibnu Habib pernah ditanya: ‘Apakah Jin akan masuk surga?’ Beliau menjawab: ‘Ya, dan mereka pun menikah. Untuk Jin yang laki-laki akan mendapatkan Jin yang perempuan, dan untuk manusia yang jenis laki-laki akan mendapatkan yang jenis perempuan.”  (Diriwayatkan oleh Ibnu Katsir dalam Tafsirnya, 4/288)
Termasuk kasih sayang Allah SWT terhadap Bani Adam,  menjadikan untuk mereka suami-suami atau istri-istri dari jenis mereka sendiri. Allah SWT berfirman:
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً
  • “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya. Dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang.”  (QS. Ar-Rum: 21)
Perkara ini, yakni pernikahan antara manusia dengan manusia adalah hal yang wajar, lumrah dan sesuai tabiat, karena adanya rasa cinta dan kasih sayang di tengah-tengah mereka.

Persoalannya, mungkinkah terjadi pernikahan antara manusia dengan Jin, atau sebaliknya Jin dengan manusia?

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah --rahimahullah-- berkata:
  • “Pernikahan antara manusia dengan Jin memang ada dan dapat menghasilkan anak. Peristiwa ini sering terjadi dan populer. Para ulama pun telah menyebutkannya. Namun kebanyakan para ulama tidak menyukai pernikahan dengan Jin.”  (Idhahu Ad-Dilalah hal. 16)
Asy-Syeikh Muqbil bin Hadi –rahimahullah-- mengatakan:
  • “Para ulama telah berselisih pendapat tentang perkara ini sebagaimana dalam kitab Hayatul Hayawan karya Ad-Dimyari. Namun menurutku, hal itu diperbolehkan, yakni laki-laki yang muslim menikahi Jin wanita yang muslimah."
Adapun firman Allah SWT:
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً
  • “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepada-Nya…”  (QS. Ar-Rum: 21),
Maka –maknanya– ini adalah anugrah yang terbesar di mana manusia yang jenis laki-laki menikah dengan manusia yang jenis perempuan, dan Jin laki-laki dengan Jin perempuan.

Tetapi jika seorang laki-laki dari kalangan manusia menikah dengan seorang perempuan dari kalangan Jin, maka kita tidak memiliki alasan dari syariat yang dapat mencegahnya. Demikian juga sebaliknya.

Hanya saja Al-Imam Malik --rahimahullah-- tidak menyukai bila seorang wanita terlihat dalam keadaan hamil, lalu dia ditanya: “Siapa suamimu?” Dia menjawab: “Suamiku dari jenis Jin.”

Saya (Asy-Syeikh Muqbil) katakan:
  • “Memungkinkan sekali fenomena yang seperti ini membuka peluang terjadinya perzinaan dan kenistaan.” (Nashihatii li Ahlis Sunnah Minal Jin)
MENGINGKARI MASUKNYA JIN KE TUBUH MANUSIA
Semua pengingkaran atas kemampuan masuknya Jin ke dalam tubuh manusia adalah batil. Hanya terlahir dari sedikitnya ilmu akan perkara-perkara yang syar’i dan terhadap apa yang ditetapkan ahlul ilmi dari kalangan Ahlus Sunnah Wal Jamaah.

Abdullah bin Ahmad bin Hanbal berkata:
  • Aku pernah berkata pada ayahku: “Sesungguhnya ada sekumpulan kaum yang berkata bahwa Jin tidak dapat masuk ke tubuh manusia yang kerasukan.” Maka ayahku berkata: “Wahai anakku, tidak benar. Mereka itu berdusta. Bahkan jin dapat berbicara lewat lidahnya.”  (Idhahu Ad-Dilalah, atau lihat Majmu’ Al-Fatawa 19/10)
Berikut ini pernyataan para mufassir (ahli tafsir) berkenaan dengan firman Allah SWT:
الَّذِيْنَ يَأْكُلُوْنَ الرِّبَا لاَ يَقُوْمُوْنَ إِلاَّ كَمَا يَقُوْمُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ
  • “Orang-orang yang makan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila.”  (QS. Al-Baqarah: 275)
 Al-Imam Ibnu Jarir Ath-Thabari --rahimahullah-- mengatakan:
  • “Yakni bahwa orang-orang yang menjalankan praktek riba ketika di dunia, maka pada hari kiamat nanti akan bangkit dari dalam kuburnya seperti bangkitnya orang yang kesurupan syaitan yang dirusak akalnya di dunia. Orang itu seakan kerasukan syaitan sehingga menjadi seperti orang gila.”  (Jami’ Al-Bayan Fi Tafsir Al-Qur`an, 3/96)
 Al-Imam Al-Qurthubi –rahimahullah-- menegaskan:
  • “Ayat ini adalah argumen yang mementahkan pendapat orang yang mengingkari adanya kesurupan Jin dan menganggap yang terjadi hanyalah faktor proses alamiah dalam tubuh manusia serta bahwa syaitan sama sekali tidak dapat merasuki manusia.”  (Al-Jami’ li Ahkamil Qur`an, 3/355)
 Al-Imam Ibnu Katsir --rahimahullah-- berkata:
  • “Yakni mereka tidak akan bangkit dari kuburnya pada hari kiamat melainkan seperti bangkitnya orang yang kesurupan syaitan, saat syaitan itu merasukinya.”  (Tafsir Al-Qur`anul ‘Azhim, 1/359)
Wallahu a’lam

0 komentar:

Posting Komentar