Problem yang menuntun orang kepada teori adalah
masalah-masalah yang kita semua hadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Saya kira benar bahwa kita semua berfikir secara teoritis,
tetapi dalam cara yang sering tidak kita sadari.
Apa yang tidak biasa bagi kita adalah berfikir secara
teoritis dalam suatu cara sistematis, dengan semua rintangan yang
bermacam-macam, dengan semua keterbatasan dan kekakuan yang terkandung di
dalamnya.
Kalau kita sungguh-sungguh berfikir seperti itu, maka pada
mulanya hal itu terasa asing bagi kita.
Lalu apa yang merupakan masalah dalam menghadapi keadaan
kita yang terbiasa berfikir secara teoritis tapi dalam cara yang tanpa kita
sadari itu ?
Kebanyakan kita dalam hal tertentu dipengaruhi oleh
kejadian-kejadian yang berada di luar control kita dan yang tidak serta-merta
jelas.
Beberapa diantaranya yang tidak terduga-duga, ada yang
mula-mula terjadi perlahan-lahan dan dalam cara yang kurang disadari.
Teori adalah suatu usaha untuk menjelaskan pengalaman
sehari-hari kita mengenai dunia, pengalaman kita yang “terdekat”, dalam
kaitannya dengan sesuatu yang tidak begitu dekat- apakah itu tindakan orang
lain, pengalaman masa lalu kita, emosi-emosi kita yang tertekan atau apa saja.
Kadang-kadang dan ini yang barang kali paling sulit,
penjelasan itu berkaitan dengan sesuatu yang tidak kita miliki dan tidak dapat
mempunyai pengalaman langsung sama sekali, tapi justru pada tingkat inilah
teori itu menceritakan sesuatu yang baru tentang dunia kepada kita.
Hal ini akan menjadi semakin jelas kalau kita menemukan
pemikiran teoritis sehari-hari ini secara lebih dekat.
Teori social dibuatkan untuk maksud-maksud yang sama, yakni
untuk menerangkan dan memahami pengalaman pada basis dari pengalaman-pengalaman
lain dan ide-ide umum mengenai dunia.
Teori social berusaha untuk bersifat lebih sistemtis baik
mengenai pengalaman maupun ide-ide.
Sumber:
IAN CRAIB, 1986, Teori-Teori Sosial Modern, dari Parsons
sampai Habermas, Penerbit CV. Rajawali Pers, Jakarta.
0 komentar:
Posting Komentar