FENOMENA KOMPETENSI
Kompetensi tidak akan menghasilkan apa-apa apabila dikuasai
orang yang tidak memiliki wawasan dan semangat untuk menghasilkan nilai dengan
sebaik-baiknya.
Kompetensi akan cepat using apabila orang yang menguasainya
tidak memiliki semangat belajar inovatif;
Kompetensi akan menghasilkan dampak negatif yang sangat
menrugikan apabila digunakan oleh orang yang tidak memiliki wawasan etikal.
Kompetensi memang dapat menghasilkan kinerja yang direncakan
apabila digunakan untuk menjalankan perintah dan petunjuk dengan baik, tetapi
tidak akan mampu menghasilkan kinerja yang bermakna apabila orang yang
menggunakannya tidak memiliki wawasan untuk mewujudkan suatu cita-cita ideal di
masa depan;
Kompetensi yang dimiliki seseorang sangat terbatas manfaatnya
apabila orang tersebut tidak mau saling berbagi gagasan, pengetahuan, dan
informasi serta berdialog dan berolah intelektual dengan orang lain;
Sebaliknya, orang yang memiliki potensi, tetapi tidak
melengkapi potensi itu dengan kompetensi yang sesuai, akan menjadi pekerja yang
kurang efektif;
Hal ini terjadi, karena dia perlu belajar menguasai
pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan terlebih dahulu sebelum dapat
menyelesaikan tugasnya dengan baik;
Apabila pekerja yang memiliki potensi besar tidak memperkaya
dengan kompetensi yang sesuai, hasil kerjanya akan memiliki banyak kekurangan;
Disamping itu, energy dan semangatnya dapat cepat berkurang
karena kerjanya menjadi kurang efektif;
Jadi pada dasarnya pekerja perlu memiliki kombinasi yang
tepat dari potensi dan kompetensi untuk menghasilkan kinerja yang melebihi
ekspektasi;
Kombinasi dari potensi insani dengan kompetensi tertentu
dinamakan kapabilitas;
Inilah tumpuan utama di dalam proses penciptaan nilai;
Meskipun demikian, perlu diingat bahwa kompetensi yang
diperlukan akan mudah dikuasai oleh orang yang berpotensi tinggi.
Sebaliknya, adalah jauh lebih sukar untuk membuka wawasan
serta membangkitkan semangat orang pandai yang arogan, egois, tidak peduli
kepada orang lain, bekerja seenaknya, merasa dirinya paling pandai, dan merasa
tidak perlu belajar lagi.
Sumber, diadopsi dan diadaptasi dari:
Frans Mardi Hartanto,
2009, Paradigma Baru Manajemen Indonesia, Menciptakan Nilai dengan Bertumpu
pada Kebajikan dan Potensi Insani, Penerbit Mizan, dan PT. Integre Quadro,
Bandung, hlm. 433- 434.
0 komentar:
Posting Komentar