MENGGAPAI LAILATUL QADAR
DENGAN I’TIKAF
Assalamu’alaikum wr wb.
1. Keutamaan Malam Lailatul Qadar
Allah Swt berfirman “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada malam kemuliaan (Lailatul Qadar). Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan (Lailatul Qadar) itu ? Malam kemuliaan (Lailatul Qadar) itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar” (QS. Alqdr: 1-5). Dan pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah, yaitu takdir selama setahun.
2. Waktunya
Pendapat yang paling kuat berdasarkan hadits A’isyah Ra, beliau berkata bahwa Rasulullah saw, beri’tikaf di sepuluh hari terakhir bulan Ramdhan dan beliau bersabda “Carilah malam Lailatul Qadar di (malam ganjil) pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan” (HR. Bukhari dan Muslim).
Jika Bapak dan Ibu merasa lemah atau tidak mampu, mari kita cermati riwayat Ibnu Umar, Rasulullah saw bersabda “Carilah di sepuluh hari terakhir, jika seorang dari kamu merasa lemah atau tidak mampu maka jangan sampai terluput tujuh hari sisanya” (HR. Bukhari dan Muslim).
3. Bagaimana Mencari Malam Lailatul Qadar
Rasullah saw bersabda “Barang siapa melakukan qiyam (shalat) pada malam Lailatul Qadar dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu” (HR. Bukhari dan Muslim).
Apa yang harus diperbanyak pada malam tersebut? A’isyah Ra, bahwasannya beliau bertanya “Ya Rasullah, apa pendapatmu (Rasullah) jika aku tahu kapan malam Lailatul Qadar (terjadi), apa yang harus aku ucapkan ?” Beliau Rasulullah saw menjawab “ Ucapkanlah: Allahumma innaka ‘afuww tukhibbul’afwa fakfu’annii” (Ya Allah, sesungguhnya Engkau adalah Maha Pemaaf dan Suka Memaafkan, maka maafkanlah hamba). (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah dengan sanat sahih).
Juga dari ‘Aisyah – Ra, beliau berkata “Adalah Rasullah saw, bersungguh-sungguh (beribadah apabila telah masuk) sepuluh hari terakhir yang tidak pernah beliau lakukan pada malam-malam lainnya” (HR. Muslim).
4. Tanda-tandanya
Dari ‘Ubaiy ra(u.pen). berkata, Rasullah saw, bersabda “Pagi hari malam Lailatul Qadar, matahari terbit tidak menyilaukan, seperti bejana hingga meninggi” (HR. Muslim).
Dari Ibnu Abbas, Ra, berkata “Malam Lailatul Qadar adalah malam yang indah, cerah, tidak panas dan tidak juga dingin, (dan) keesokan harinya sinar matahari melemah kemerah-merahan” (HR. Ath-Thayalisi… dengan sanad hasan).
5. Makna, Hikmah (Maksud dan Tujuan) I’tikaf
Makna dan Hikmah I’tikaf, berdiam (tinggal) di atas sesuatu (Masjid) dan menegakkan ibadah. Sedangkan hikmahnya, Al-Allamah Ibnul Qayyim-rahimahullah berkata “Dan (Allah) syari’atkan I’tikaf bagi mereka, yang mana maksudnya serta ruhnya adalah berdiamnya hati kepada Allah dan kumpulnya hati kepada Allah, …. Hannya menyibukkan diri kepada Allah semata”.
Tujuan I’tikaf adalah agar supaya kita bertafakkur (memikirkan) untuk selalu meraih segala yang mendatangkan Ridha Allah swt. dan segala yang mendekatkan diri kepadaNya dan mendapatkan kedamaian bersama Allah swt sebagai Persiapan Kita Mengahadapi Kesepian Di Alam Kubur Kelak.
Caranya melakukan ketaatan kepada Allah di dalam Masjid (Rumah Allah) agar supaya meraih karunia dan pahala serta mendapatkan Lailatuh Qadar, dengan cara Berdzikir, Membaca Al-Qur’an, Shalat dan ibadah lainnya. Dan tempat yang paling Abdhal adalah di Masjdil Haram Mekah, Masjid Nabawi Madinah, Masjdil Aqsha Palestina.
6. Disyari’atkan I’tikaf dan Waktunya
Disunnahkan pada bulan Ramadhan dan bulan yang lainnya sepanjang tahun. Dalilnya bahwa Nabi saw, “Beri’tikaf pada sepuluh (hari) terakhir bulan Syawal” (HR. Bukhari dan Muslim). Dan sahabat Umar ra, pernah bertanya kepada Nabi saw, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku ini pernah bernadzar…..aku akan beri’tikaf semalam di Masjidil Haram ?, Belaiau saw, bersabda “Tunaikanlah nadzarmu” Maka ia (Umar) beri’tikaf semalam” (HR. Bhukari dan Muslim). Juga diperbolehkan pula I’yikaf beberapa saat (tidak dalam waktu lama). Asy Syarhul Mumti… Karya Syaikh Utsaimin).
7. Wanita Boleh Ber I’tikaf
Wanita diperbolehkan I’tikaf di Masjid bersama suaminya atau sendirian, dalilnya sebagaimana dikatakan A’isyah ra “Bahwasannya Nabi saw, beri’tikaf sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan sehingga Allah Mewafatkan Beliau, kemudian istri-istri Beliau beri’tikaf sepeninggal Beliau”. (HR. Bukhari dan Abudawud). Yang perlu diperhatikan untuk Wanita adalah terikat ijin dari wali mereka, dan aman dari fitnah (hal-hal yang tidak diinginkan). Demikian semoga bermanfaat. Amien.
Wassalamu’alaikum wr. wb.
An. Jama’ah Masjid UNITRI Malang
081 334 995 112
Sumber disarikan dari Fiqh Ramadhan (Abdullah Saleh Al-Hadrami), 2010
0 komentar:
Posting Komentar