MODEL
KEPEMIMPINAN VISIONER DAN
INTEGRATIF
DALAM MENINGKATKAN
KOMPETENSI KEPEMIMPINAN
Sugeng Rusmiwari, Agung Suprojo, Dody Setyawan
Legislative behavior have a significant effect on the attitude of
apathy Society, Visionary Leadership and harmonious Integrative be one solution
which is expected to have a significant impact also on the Public Pelyanan
(Prima) Democracy, Visionary Leadership assuming when and Integrative good and
harmonious, it means the root of the problem behavior of Arrogance Legislative
and public apathy attitude will be solved.
Key words: Visionary Leadership and
Integrative.
A.
Pendahuluan
Perilaku Legislatif yang cenderung arogan,
hasil penelitian 2007, sebesar 91.17%, berdampak signifikan pada Sikap Masyarakat
Cenderung Apatis sebesar 81.65% benar-benar terjadi, dan responsibilitas serta akuntabilitas
untuk berubah menjadi baik mendapatkan respon yang positif atau sama-sama
ditanggapi positif oleh kedua belah fihak, hal ini merupakan langkah maju baik
dari Legislatif maupun Masyarakat, yaitu masing-masing sebesar 60,62% dan
58,23%, hasil penelitian pada tahun 2010.
Untuk itu salah satu upaya pemecahannya
diperlukan Kepemimpinan Visioner dan Integratif agar Pelayanan Publik (Prima)
Kerakyatan dapat optimal, efektif, efisien dan rasional, sehingga Dewan
Perwakilan Rakyat menjadi Responsibel dan Akuntabel. Kepemimpinan Visioner dan
Integratif oleh Dewan Perwakilan Rakyat, berarti menyongsong masa depan
yang realistis, dapat dipercaya, dan menarik bagi organisasi hingga terwujudnya
Good Governance, sehingga terbentuk
masyarakat yang sejahtera, yaitu diharapkan mampu tumbuh dan berkembang tidak
masyarakat bersikap apatis, sehingga kefahaman bahwa semua orang pada dasarnya
memiliki kompetensi kepemimpin dapat tercapai, sehingga pelayanan publik dapat
efektif, efisien dan rasional (prima) kerakyatan.
B.
Kepemimpinan Visioner Belum Integratif
Permasalahan mendasar yang terjadi adalah Kepemimpinan
Visioner dengan hasil cenderung baik sebesar 56,81%, belum mampu meng-Integratifkan
Kepemimpinan Legislatif dengan Masyarakat, sehingga masih tercerai berai, hasil
penelitian sebesar 61,72%, intepretasinya dapat ditebak kebijakan yang diambil
dalam menyelesaikan pembangunan atau kebijakan publik cenderung semu atau
pseudo, yakni masih jauh dari apa yang menjadi harapan dan kehendak masyarakat,
hal tersebut disebabkan oleh banyak faktor diantaranya adalah belum terpatrinya
Etika dan Filsafat Kepemimpinan Legislatif maupun Masyarakat sendiri, baik sebagai
agent of change maupun agent of development yang berfungsi
sebagai katalisator, dinamisator, motivator yang terimplemtasi sebagi
Legislator belum optimal.
C.
Membangun Kepemimpinan Visioner dan Integratif
Karena
organisasi adalah suatu kelompok orang yang sedang bekerja kearah tujuan
bersama dibawah kepemimpinan (Ralph Currier Davis dalam Sutarto, 1986)
maka berarti kepemimpinan itu merupakan salah satu faktor yang harus ada
dalam organisasi, selain anggota organisasi itu dituntut harus berkualitas,
sehingga organisasi dapat mencapai sasaran, sebab pada akhirnya semua
permasalahan akan diletakkan kembali pada keberadaan aspek manusia pada
organisasi tersebut melaluhi perubahan dan ciri perubahan yang berhasil antara
lain “kemauan bergerak lebih cepat dalam arti lebih inovatif dan tangguh
terhadap tuntutan lingkungannya” (Siagian, 1995: 17)
Apakah
Visi itu ?. Visi merupakan cita-cita yang ingin dicapai secara obyektif dari
seluruh aktivitas, gambaran akal, emosi dan spiritual tentang sesuatu. Karena
tanpa visi individu maupun organisasi akan berjalan tanpa arah dan tujuan.
Peter Senge (1997) dalam Sedarmayanti (2009), mengatakan: Organisasi hanya akan
mampu beradaptasi dengan perubahan bila mampu menjadikan dirinya tampil sebagai
organisasi pembelajaran, yakni organisasi yang dibangun secara terus menerus
mau memperluas kapasitas dirinya dalam mencapai tujuan bersama yang ditetapkan.
Visi
seorang pemimpin akan menginspirasikan tindakan dan membantu membentuk masa
depan, namun dengan cara yang berbeda dibandingkan dengan visi pribadi,
pengaruhnya lebih kuat terhadap orang-orang yang bekerja dan yang memanfaatkan
atau mempunyai kepentingan tertentu dalam organisasi dengan kepemimpinan yang
visioner dan integrative.
Bagaimana Visi berperanan secara Integratif:
1). Memilih dan menyatakan visi yang benar dari Top
Leader hingga Follower.
2). Apabila ini
bisa dicapai maka, organisasi sudah menemukan arah yang benar untuk
merealisasikan impiannya.
Sehingga peranan visi yang benar antara lain:
a. Menyatakan komitmen dan
memberi motivasi kepada orang didalam organisasi.
b. Memberikan arti bagi
kehidupan para organisasi dan masyarakat.
c. Menentukan standar-standar
kehidupan masyarakat madani.
d. Menjembatani masa sekarang
dan masa yang akan datang.
Visi yang
integratif menghasilkan mampu mentransformasi makna yang lebih mendalam dengan
catatan: harus tepat bagi organisasi dan tepat waktunya, sesuai dengan sejarah,
budaya dan nilai-nilai organisasi, konsisten dengan situasi organisasi saat ini
dan dapat memberikan taksiran yang realistis dan informative tentang apa yang
dapat dicapai di masa depan, sehingga tak ada mesin penggerak organisasi yang
lebih bertenaga dalam meraih keunggulan dan keberhasilan masa depan, kecuali :
visi yang menarik, berpengaruh, dan dapat diwujudkan serta mendapat dukungan
luas (Burt Nanus, 2001).
D.
Hambatan Yang Tidak Diharapkan
Inisiatif melakukan perubahan dengan
berbagai upaya sistematik, banyak dilakukan, kegagalan melakukan perubahan besar yang
diharapkan di antaranya:
1. Membiarkan rasa puas diri yang
berlebihan.
2. Gagal membentuk tim pengarah
perubahan yang kuat.
3. Menganggap remeh kekuatan visi.
4. Visi tidak dikomunikasikan dengan baik.
5. Membiarkan rintangan yang menghadang pencapaian
visi.
6. Gagal mendapatkan kemenangan
jangka pendek.
7. Terlalu cepat
menyatakan kemenangan akhir.
8. Gagal membakukan perubahan ke
dalam budaya organisasi.
Kemungkinan lain bila organisasi tidak
dapat mewujudkan visinya yang integratif, yaitu:
1. Visi
tidak cukup jelas untuk difahami atau semu.
2. Visi tidak cukup dikomunikasikan atau basa-basi saja.
3. Visi tidak cukup menarik perhatian.
4. Visi tidak sesuai dengan harapan dan keinginan banyak
orang.
5. Visi
tidak cukup sederhana untuk dapat diingat.
6. Visi tidak cukup ambisius.
7. Visi tidak cukup memotivasi.
8. Visi tidak sesuai dengan ni!ai yang dianut sebagian
besar orang.
9. Visi tidak menginspirasi antusiasme.
10. Visi, kalau
tercapai, tidak memberikan rasa bangga.
11. Visi tidak mampu memberi makna dalam kaitannya
dengan kehidupan sehari-hari.
12. Visi tidak
merefleksikan keunikan.
13. Visi tidak
diyakini dapat dicapai.
14. Visi membuat orang bersedia berkorban.
15. Visi tidak
"bernafas"/tidak "hidup."
16. Visi
tidak dirumuskan positif.
17. Visi tidak
dipelihara balk oleh penggagasnya.
Pemimpin yang berhasil selalu
mengatakan bahwa visi adalah cahaya yang membimbing dan kekuatan yang
mendorong bagi organisasi sehingga nerupakan faktor vital bagi pemimpin, dengan
caranya masing-masing, kadang kadang berstrat obyektif dan rasional, dan kadang-kadang intuitif
dan subyektif.
E.
Upaya Pemecahannya
Agar Visi dapat mengikat seluruh anggota organisasi dan
masyarakat serta, mampu menjadi sumber inspirasi dalam menjalankan tugas, membangkitkan dan mengarahkan, maka pemimpin visioner dan
integratif, memperhatikan hal-hal sbb:
1. Kepekaan visioner dan integratif untuk
menghadapi krisis dan perubahan.
2. Fokus, pada faktor kunci organisasi untuk
menjalankan pelayanan.
3. Identifikasi kepada seluruh anggota organisasi, agar
tiap individu mener jemahkan visi
menjadi visi dan nilai pribadi.
4. Memberikan makna yang mendalam bagi orang yang terlibat di
dalamnya, karena orang menjadi lebih bergairah
dan menghayati pekerjaan yang tujuannya jelas.
Dampak yang diharapkan dalam
organisasi, antara lain:
1. Menarik orang berkomitmen dan
memberi semangat.
2. Menciptakan makna dalam kehidupan
pekerja.
3. Membangun kompetensi standar keunggulan.
4. Menjembatani masa sekarang dan
masa depan.
- Idealisme Visi Integratif
1. Kepantasan
Visi organisasi harus cocok dengan "sejarah,
budaya dan nilai." Visi harus mempertimbangkan masa lalu dan kondisi
organisasi saat ini, dan pada waktu bersamaan,
menjadi sesuatu yang realistik dan pantas untuk masa depan organisasi.
2. Idealistis
Visi harus menyampaikan sesuatu
yang penuh harapan dan positif. Visi harus membedakan antara nilai tersembunyi
dan mencerminkan "gagasan tinggi'". Visi merupakan sesuatu yang produktif dan sangat
penting/revolusioner.
3. Terpercaya dan penuh arti
Visi harus menjadi sesuatu yang
berarti atau memusat pada keberhasilan beberapa tujuan rasional. Visi
harus bersih dan memberi pengikut dan memengaruhi arah lain yang
berarti. Apakah visi dan alur perwujudannya merupakan sesuatu yang sah?
Apakah visi memberi fokus yang benar dan menawarkan masa depan lebih baik?
4. Mendatangkan ilham
Visi harus
memotivasi orang untuk percaya dan
bergabung menjadi bagian kelompok yang mewujudkan masa depan lebih baik.
Visi adalah "pendorong" organisasi
baru harus memberi inspirasi terhadap individu dan mendorong mereka untuk terikat penuh guna mewujudkan visi.
5. Dapat dimengerti
Jika visi rancu, sulit dipahami,
visi merupakan suatu yang hilang dalam pemaknaan awal dan mengantarkan
organisasi pada kegagalan. Pemimpin harus bekerja mengkomunikasikan visi yang harus diraih
oleh dirinya, dan diraih oleh lainnya.
Pemimpin harus mengetahui aspek yang berhubungan dengan visi, dan mampu
menyampaikan kepada lainnya.
6. Unik
Setiap organisasi berbeda dalam
bentuk/cara mengatur kegiatan bisnis, organisasi memiliki pengecualian
dalarn sejarahnya, tradisi, aktivitas dan lainlain. Visi tidak dapat mengelak
untuk mencerminkan keunikan, ini.
7. Ambisius
Visi merupakan pandangan yang
terlalu tinggi/jauh, berani, dan Sering berlawanan dengan hal yang
berlaku alamiah. Diperlukan keberanian dan ketabahan, Sering membutuhkan
"pengorbanan dan investasi emosional"
G.
Bentuk Kompetensi Kepemimpinan
Sepuluh kompetensi yang harus dimiliki:
1.
Visualizing(menggambarkan dalam
khayalan). Mempunyai gambaran tentang apa
yang hendak dicapai dan kapan hal itu akan dapat dicapai.
2.
Futuristic thinking (berpikir ke masa depan). Memikirkan posisi bisnis saat ini, dan posisi
yang diinginkan pada masa mendatang.
3.
Showing foresight (memiliki tinjauan masa
depan). Perencana yang dapat memperkirakan masa depan. Mempertimbangkan apa
yang ingin dilakukan, teknologi, prosedur, organisasi dan faktor lain
yang mungkin dapat mempengaruhi
rencana.
4.
Proactive planning (perencailaan proaktif). Menecapkan sasaran dan strategi spesifik untuk mencapai sasaran, mampu mengantisipasi/mempertimbangkan
rintangan potensial dan mengembangkan
rencana darurat menanggulangi rintangan itu.
5.
Creative thinking (berpikir kreatif). Berusaha mencari alternatif jalan keluar yang
baru dengan memperhatikan isu, peluang dan masalah.
6.
Taking risks (berani
mengambil risiko). Berani mengambil risiko, dan menganggap kegagalan rebagai
peluang bukan kemunduran.
7.
Process alignment (meryelaraskan
proses). Mengetahui bagaimana menghubungkan sasaran dirinya dengan
sasaran organisasi, dapat menselaraskan tugas dan pekerjaan setiap departemen
pada seluruh organisasi
8.
Coalition building (membangun koalisi).
Menyadari bahwa dalam mencapai sasaran
dirinya, harus menciptakan hubungan harmonis, ke dalam dan ke luar
organisasi. Aktif mencari peluang kerjasama dengan berbagai
individu departemen dan golongan.
9.
Continuous learning (pemhclajaran terus menerus). Mampu teratur mengambil bagian daliam
pelatihan dan berbagai jenis pengembangan lain, di dalam dan di iuar organisasi. Mampu menguji interaksi,
negatif/positif, sehingga mampu mempelajari
situasi, mengejar peluang kerjasama dan mengambil bagian dalam proyek yang memperluas pengetahuan.
10. Embracing change (melakukan perubahan yang mempersatukan). Mengetahui perubahan, penting bagi pertumbuhan dan
pengembangan. Ketika ditemukan perubahan yang tidak diinginkan/tidak
diantisipasi, pemimpin aktif menyelidiki jalan yang dapat memberi manfaat pada
perubahan.
H.
Penutup
Model Kepemimpinan Visioner dan Integratif adalah alternatif
Responsibel dan Akuntabel di dalam menekan Perilaku Arogansi Legislatif dan
Sikap Apatisme Masyarakat menuju Kompetensi Kepemimpinan.
I.
Daftar Rujukan
1.
Andrew
J. DuBrin, Leadership, Prenada Media Group, Jakarta, 2009.
2.
Burt
Nanus, Kepemimpinan Visioner, Prenhallindo,
Jakarta, 1992.
3.
Gary Yulk, Kepemimpinan
Dalam Organisasi, Indek, Jakarta,2005.
4.
Jonathan,
Smart Leadership, Elex Media
Komputindo, Jakarta, 2004.
5.
Sedarmayanti,
Reformasi Administrasi Publik, Reformasi
Birokrasi, dan Kepemimpinan Masa Depan, Aditama, Bandung, 2009.
6.
Sutarto,
Dasar-Dasar Kepemimpinan Administrasi,
Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 1986.
0 komentar:
Posting Komentar