Partisipasi Politik
Praktek memimih seorang pemimpin apakah pejabat daerah maupun desa di lapis akar rumput, menggambarkan sebagian bagaimana nilai-nilai demokrasi diserap dan dilaksanakan atau dipraktekkan pada masyarakat kita, bilamana mereka harus memilih sesosok pemimpin masyarakat (organisasi) yang didasarkan atas pertimbangan kebutuhan rasional (kehidupan sehari-hari) sekaligus selera kebutuhan setempat atau lokal / daerah secara praktis pragmatis.
Proses dan mekanisme demokrasi secara teoritis sebenarnya telah terang benderang dimata masyarakat / publik akan dibawa kemana masyarakat, oragnisasi, bangsa dan Negara ini akan dibawa, calon pemimpin mengawali dari perkenalannya melalui visi dan misinya, meskipun secara umum belum diikuti strategi, tujuan bagaimana cara mencapainya, untuk merebut simpati masyarakat agar memilihnya.
Memang bisa jadi sebagian warga masih berfikir sederhana dalam berpolitik yaitu siapa yang memberi sesuatu ialah yang ia pilih (karena setelah jadi langka ia akan memberi), sisi lain masyarakat juga bukan berarti gampang terbuai oleh janji-janji para calon pemimpin pada waktu kampaye, artinya sebagian warga juga sudah tidak mempan lagi membujuk pilihan mereka, dengan alasan “Pemimpin suka bohong, kalau nanti sudah terpilih paling-paling melupakan janjinya dan yang memilihnya”.
Jadi politik elite (pemimpin) oleh masyarakat akan lebih mudah dikenali atau mendapatkan simpati bilamana diikuti dengan tindakan konkrit (sumbangan-bantuan) yang mereka rasakan, dari pada sekedar pamphlet yang berisi tulisan dan foto bahkan berjajar dengan binatang (apa artinya) mengapa bukan pocong sekalian ?, baik dari bendera apapun (sebut parati politik misalnya).
Artinya janji politik sudah tidak mempan lagi untuk lapisan masyarakat tertentu (sebut menengah ke bawah), bilamana tidak dibarengi dengan aktivitas – bantuan nyata atau konkrit, dengan catatan jangan menghalalkan segala cara yang berujung pada membeli suara atau menyuap masyarakat agar simpati kepadanya.
Selamat berjuang saudara-saudaraku sebagai calon pemimpin, rebut hati masyarakat dengan jiwa besar sebagai agent of change and development, sandarkan pada kapabilitas dan loyalitas serta integritas, dan yang lebih penting lagi bahwa, siapapun kita akan dimintai pertanggung jawabannya oleh Alloh swt, tentang apa yang kita perbuat.
Ingat Ki Hajar Dewantara telah berpesan: Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.
Dan bilamana sudah jadi pemimpina jangan seperti ini: Ing ngarsa ngusung bondho, ing madya mbangun astono, tut wuri hanjegali.
081 334 995 112
0 komentar:
Posting Komentar