MATERI
9
Renungan:
1.
Allah Swt, berfirman “Kamu adalah umat yang
terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan
mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah” (QS. Ali-‘Imran [3] 10).
2.
Tidak boleh iri, kecuali kedua orang, yaitu
lelaki yang diberi harta oleh Allah, lantas ia menguasainya sampai habis dalam
kebenaran, dan lelaki yang diberi hikmah (kebijaksanaan) oleh Allah lantas
mempraktikkan dan mengajarkannya” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dan tolong-menolonglah kam dalam (mengerjakan) kebajikan
Bahan Kuliah Etika dan Fils. Kepemimpinan
Sugeng Rusmiwari
081 334 995 112
KEHIDUPAN
MANUSIA
Menurut pendapat Henry P. Knowles dan Borje O Saxberg, bahwa dalam kehidupan ini terdapat orang yang
bersifat baik dan orang yang memiliki sifat buruk.
Tetapi dalam
kenyataannya sebenarnya tidak ada orang yang baik mutlak demikian pula
tidakTetapi dalam kenyataannya sebenarnya tidak ada orang yang baik mutlak
demikian pula tidak ada orang yang buruk mutlak.
Dengan kata lain tidak ada orang yang memiliki sifat
ekstrem. Pada umumnya orang akan memiliki sifat keduanya.
Sumber:
Fremont E. Kast & James E. Rosenzweigh, Organization and
Management a System Approach, Edisi ke – 2, McGraw-Hill Kogakusha, Tokyo, 1984,
p. 259.
"TEORI X, Y,
Z"
Orang yang memiliki memiliki sifat buruk ditumbuhkan teori
X, dan sehubungan dengan adaya orang yang memiliki sifat baik diciptakan teori
Y. Teori ini diciptakan oleh Douglas Mc Gregor.
Menurut Anthony G.
Atos dan Robert E. Coffey,
“Theory X”:
1.
Kebanyakan orang secara alami menentang kerja
dan bersifat malas. Oleh karena itu,
mereka harus diberi motivasi dengan perangsang dari luar.
2.
Tujuan kebanyakan orang bertentangan dengan
tujuan organisasi, oleh karena itu orang harus diarahkan, diberi motivasi,
dipaksa, dikontrol agar supaya mempertanggungkan kesamaan mereka dengan
kebutuhan organisasi.
3.
Kebanyakan orang didorang terutama oleh
perangsang-perangsang yang bersifat ekonomis. Karena sumber ekonomi organisasi ada di bawah pengontrolan para
mmenejer, para menejer memiliki alat kekuasaan untuk mendorong dan mengontrol
para pekerja, yang harus menerima secara pasif nasib mereka jika mereka
mengharapkan untuk mencapai imbalan-imbalan ekonomi.
4.
Kebanyakan orang mencari kemananan dan ingin
menghindarkan tanggung jawab, oleh karena itu mereka rela menerima pengarahan
dari para manajer.
5.
Perilaku didasarkan perasaan adalah irasional,
dan karena banyak orang berperilaku menguntungkan pada perasaan mereka, mereka
tidak dapat dipercaya untuk mengarahkan perilaku mereka sendiri. Tetapi mereka
orang mampu mengontrol perasaan mereka dan berperilaku rasional. Kerana
organisasi harus mempertanggung jawabkan bahwa perasaan tidak bercampur dengan
rasio dan kebanyakan hal-hal yang berkenaan dengan ekonomi, perilaku yang
didasarkan pada perasaan mereka sebaik pikiran mereka.
Sumber:
Sutarto, Dasar-dasaar Kepemimpinan Administrasi, Gajah Mada University Press, 1986, h.98-100.
“Theory Y”:
1.
Kebanyakan orang senang akan bermacam-macam
pekerjaan dan bersedia secara sukarela berupaya dengan kekuatan mental dan
fisik dalam melakukan pekerjaan.
2.
Kebanyakan orang mempunyai alasan-alasan lain
dari pada sekedar alas an uang di dalam bekerja, dan alasan-alasan ini pada
akhirnya sama penting dengan alas an uang bagi mereka.
3.
Kebanyakan orang mampu mengarahkan dan mengontrol pekerjaan mereka sendiri dalam
mencapai tujuan organisasi yang mereka amanatkan.
4.
Kebanyakan orang bersedia menerima dan bahkan
merusaha mencari tanggung jawab di bawah syarat-syarat yang pasti.
5.
Kebanyakan orang lebih mampu menunjukkan
kemampuan kreativitasnya dan kecerdasannya dari pada mereka bekerja dalam
ikatan organisasi.
6.
Kebanyakan orang ingin, mencari, dan merasakan
persahabatan, perhubungan saling membantu dengan orang lain.
Sumber:
Sutarto, Dasar-dasaar Kepemimpinan Administrasi, Gajah Mada University Press, 1986, h.100-101.
“Teori X”
Menurut Sutarto, dirumuskan sbb:
Di dalam suatu organisasi para pekerja pada umumnya berusaha
bekerja sedikit mungkin, mereka tidak mempunyai ambisi untuk maju, tidak memiliki
gairah untuk menemukan cara kerja yang lebih baik, mereka pada umumnya kurang
pandai, bekerja secara pasif, senang menghasut, senang menipu diri sendiri,
para pekerja melakukan pekerjaan dengan mengutamakan imbalan materi, bekerja
hanya berdasarkan perintah, tidak pernah dapat mengemukakan gagasan baru,
sering tidak masuk kerja dengan berbagai alas an yang dicari-cari, senang
memberikan laporan yang tidak sesuai dengan kenyataan.
Maka pengarahan yang seharusnya dilakukan adalah bersifat
keras, hukuman banyak dilakukan terhadap pelanggaran, pengontrolan harus
dilakukan secara ketat, dilakukan cara memimpin yang otoriter, sentralistis,
tindakan tegas.
Hanya dengan jalan ini organisasi dapat berjalan kearah
pencapaian tujuan walaupun dengan susah payah.
Masih menurut Sutarto, Teori Y, yaitu:
Di dalam organisasi para pekerja pada umumnya senang
bekerja, mereka merasakan kerja sebagai hobi, bekerja dengan penuh keaktifan,
rasa tanggung jawab yangbesar, rajin disiplin, penuh rasa pengabdian, ada
gairah untuk maju, selalu berusaha menemukan cara kerja yang lebih baik, banyak
gagasan baru dianjukan, para pekerja lebih senang mengarahkan diri sendiri,
mengontrol diri sendiri, sehingga pengarahan yang dilakukan lebih bersifat
mengikuti, pengontrolan longgar, cara memimpin demokratis, banyak pelimpahan
wewenang, banyak mengikut sertakan bawahan dalam mengambil keputusan.
Sumber:
Sutarto, Dasar-dasaar Kepemimpinan Administrasi, Gajah Mada University Press, 1986, h.101-102.
Tabel Teori X dan Y.
Teori X
|
Teori Y
|
||
1.
|
Sifat pekerjaan adalah tidak disukai oleh kebanyakan orang.
|
1.
|
Pekerjaan biasanya adalah sebagai permainan apabila kondisi-kondisi
menguntungkan
|
2.
|
Kebanyakan orang tidak mempunyai ambisi, mempunyai sedikit keinginan
akan tanggung jawab, dan suka diarahkan.
|
2.
|
Pengendalian diri sering sangat diperlukan untuk mencapai
tujuan-tujuan organisasi
|
3.
|
Kebanyakan orang mempunyai sedikit kemampuan untuk kreativitas dalam
memecahkan masalah-masalah organisasi.
|
3.
|
Kemanan untuk kreativitas dalam memecahkan masalah-masalah organisasi
dibagikan secara luas kepada banyak orang.
|
4.
|
Motivasi hanya terjadi pada tingkat filosofis dan keamanan.
|
4.
|
Motivasi terjadi pada tingkat sosial, penghargaan dan aktualisasi
diri, maupun pada tingkat filosofis
|
5.
|
Kebanykan orang harus dikendalikan secara ketat dan sering dipaksa
untuk mencapai tujuan-tujuan oragnisasi.
|
5.
|
Orang-orang dapat mengarahkan sendiri dan kreatif pada pekerjaan,
apabila dimotivasi secukupnya.
|
Sumber:
Moekijat, Dasar-dasar Motivasi, Sumur Bandung, 1984, h. 67.
“Teori Z”
Dipopulerkan oleh Lyndall F. Urwick, intinya:
Bahwa apabila semua dalam kondisi kerja yang baik, maka
pengarahan yang dilakukan sebaiknya mengambil segi baik dari teori X dan teori
Y.
Pada suatu saat seorang pemimpin memang orang harus
menggunakan cara halus, hanya sedikit mengontrol, memerintah dengan sikap
permintaan, saran ataupun sukarela, lebih bersifat menanyakan dari pada
menegur, pada lain kesempatan seorang pemimpin harus berani bertindak tegas,
melakukan control secara ketat, memberi
perintah tegas, menyalahkan, dan bahkan bila terpaksa harus berani
menghukum sesuai dengan kesalahan yang dibuat oleh bawahannya.
Baik secara halus maupun secara tegas kedua-duanya dilandasi
suatu harapan bahwa tujuan organisasi dapat tercapai dengan baik.
Sumber:
Robert Fulmer, The New Management, McMillan Publi, McMillan
Publishing Co, Inc, 1974, p. 355.
Sutarto, Dasar-dasaar Kepemimpinan Administrasi, Gajah Mada University Press, 1986, h. 102-103.
“Teori Z”
William G. Ouchi, mengemukakan, bahwa:
Produktivitas akan meningkat apabia melibatkan pekerja.
Ciri-ciri organisasi tipe Z:
Pola umum masa jabatan yang panjang, berulang kali tegas
melakukan pemeriksaan, keseimbangan antara pemakaian system informasi manejemen
modern, perncanaan formal, menejemen berdasarkan sasaran, serta teknik
kuantitatif lainnya dan penilaian pokok personal didasarkan pengalaman, da tidk
hanya data relevan yang dengan segera.
Sumber:
Sutarto, Dasar-dasaar Kepemimpinan Administrasi, Gajah Mada University Press, 1986, h. 103.
0 komentar:
Posting Komentar