AL-BAQARAH : 30
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat:
“Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. “Mereka
berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang
akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa
bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman:
“Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.
MANAJEMEN BERDASARKAN SASARAN (MBS)
MANAGEMENT BY OBJECTIVES (MBO)
Pertama kali digunakan oleh Prof. Peter F. Druker, 1954.
1.
Mensyaratkan bahwa manajer harus menetapkan
tujuan-2 yang spesifik yang harus dicapai pada masa dating dan mendorong mereka
untuk terus bertanya, apakah lebih banyak lagi yang harus dicapai, ditawarkan
sebagai salah satu cara untul mempertahankan vitalitas dan kreativitas
organisasi.
2.
Suatu proses atau system yang dirancang untuk
memandu manajer di mana seseorang atasan atau bawahannya bersama-sama
menetapkan sasarang atau tujuan yang harus dicapai dalam kurun waktu tertentu
dan untuk mencapai tujuan itu bawahan dibebani tanggung jawab sepenuhnya.
KONSEP DASAR MBO / MBS adalah:
1.
Semua organisasi didirikan dengan tujuan
tertentu dan untuk mencapai tujuan tersebut. Pimpinan puncak harus menetapkan
tujuan jangka panjang (Visi) yang ingin dicapai dalam kurun waktu 10 samapi 15
tahun yang akan datang.
Visi tersebut kemudian dipecah-pecah
menjadi sasaran dan tujuan jangka menengah yang berkurun waktu 3 samapi 5
tahun;
Dan akhirnya menjadi sasaran-2 kerja
tahunan yang berlaku untuk seluruh bagian dari organisasi itu.
2.
System MBS menekankan elemen (unsur) dialog ke
dalam proses mengalihkan rencana dan sasaran dari satu tingkat ke tingkatan
lain dalam organisasi itu.
Atasan membawa tujuan dan sasaran serta
tolok ukur (standar) keberhasilan untuk bawahannya.
Sebaliknya, anak buahnya juga membawa
tujuan/sasaran yang spesifik dan tolok ukur keberhasilannya sendiri yang
dianggapnya tepat atau cocok dengan usaha perbaikan dalam pelaksanaan tugasnya.
Secara ber-sama-2 mereka mengembangkan
sejumlah sasaran yang spesifik, ukuran keberhasilan, dan kerangka waktu dalam
mana bawahan akan meningkatkan dirinya untuk mencapai sasaran-2 tersebut.
Sang anak buah lalu dibebani tanggung jawab
atas pencapaian sasaran-2 tersebut.
3.
Atasan dan bawahan akan melakukan penilaian
secara berkala atas kemajuan yang dicapai, tetapi pada akhir periode yang
disetujuhi bawahan akan dinilai berdasarkan hasil-2 yang telah dicapai.
Dalam proses penilaian tersebut atasan dan
bawahan dapat ber-sama-2 mengevaluasi apa yang telah dicapai dengan sangat
sukses dan mana yang tidak.
Pada saat membicarakan penyebab kegagalan,
bawahan dapat meminta bantuan kepada atasan untuk mengatasi kesulitannya, baik
berupa peningkatan kemampuan (pengetahuan dan ketrampilan) maupun aspek lain,
misalnya wewenang untuk bertindak.
Atasan juga akan mencatat dalam hal apa
saja bawahannya sangat unggul, dan dalam hal apa ia masih meningkatkan diri,
dan kemana saja ia dapat didorong untuk maju.
4.
Sebagai hasil dari seluruh proses penilaian,
bawahan yang sukses mencapai standar prestasi atau lebih tinggi lagi mungkin
diberi penghargaan berupa kenaikan gaji atas dasar prestasi atau bahkan
promosi, auat ia mungkin diberi peringatan, diberi latihan dan bimbingan atau
mungkin disuruh mengundurkan diri.
Apapun yang terjadi padanya, keputusannya
akan didasarkan pada hasisl usahanya dalam mencapai tujuan dan sasaran, di mana
ia terlihat dalam menetapkannya dan terikat secara sukarela dalam usaha
mencapainya.
Sumber:
Achmad s. Ruky, 2001, Sistem Manajemen Kinerja, Performance
Management System, Panduan Praktis untuk Merancang dan Meraih Kinerja Prima,
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hlm. 70-73.
0 komentar:
Posting Komentar