Akan aku jelajahi semua negeri untuk mencari ilmu, atau aku akan mati sebagai orang asing, jika diriku harus mati. Aku tidak menyesal karena ALLAH pasti merahmati aku, Tetapi jika selamat, Aku akan segera kembali.
Segala puji hannya untuk Allah swt, shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad saw, keluarga, para sahabat dan pengikutnya yang setia sampai hari kiamat, amien.
Ramadhan……. bulan yang selalu dirindukan hampir tiba, Marhaban Yaa Ramadhan 1432 H, Selamat Datang Wahai Ramadhan.
Bulan istimewa nan penuh berkah, magfiroh dan pembebasan dari api neraka, yang di dalamnya Allah swt menurunkan kitab yang mulia, petunjuk dan cahaya, di dalamnya pula juga Allah memberikan kemenangan besar bagi hamba-Nya, berarti nikmat yang besar dan luar biasa bilamana kita dipertemukan dengan bulan Ramadhan, serta wajiblah kita untuk memakmurkannya dengan berbagai amal shaleh untuk mencai Ridha Allah swt.
Dan sungguh-sungguh orang itu amatlah merugi bagi yang tidak dapat memanfaatkannya dengan sebabik-baiknya atau mengingkari semua keutamaan-keutamaannya tersebut, dan bagi yang dapat memanfaatkannya dengan baik melalui amal saleh, insya’Allah akan mendapatkan kesuksessan dunia dan akhirat. Amien.
Semoga kita diberi kesehatan dan semangat yang lebih baik serta ikhlas oleh Allah swt untuk menjalankan ibadah kepadaNya.
Mata ini terkadang salah melihat dan lirak-lirik…
Mulut ini terkadang salah berucap sehingga clomat-clamit…
Hati juga terkadang salah menduga dan sok tahu…
Kita jadikan bulan Ramadhan ini asupan nafas kita menjadi tasbih,
Siang istirahat tidur juga dapat menjadi nilai ibadah,
Insya’Allah do’a dan amal ibadah kita diterima Allah. Maafkan segala kesalahan wahai saudara-saudaraku… Allaahumma baariklanaa fi Sya’ban wa ballighnaa Ramadhan “Ya Allah, jadikanlah puasaku, puasa orang benar-benar berpuasa. Dan ibadah malamku, ibadah orang benar-benar mengerjakan ibadah. Dan jagalah aku dari tidurnya orang yang lalai. Hapuskanlah dosaku wahai Tuhan sekalian alam. Dan Ampunilah aku wahai Tuhan Maha Pengampun daripada segala dosa.” Taqqabalahu Minna Waminkum, Taqaballahu Ya Karim,
Amien Selamat Menunaikan Ibadah Puasa & Semoga Kita Dapat Menjalankannya dengan sebaik-baiknya.
Assalamu’alaikum wr. wb. Sungguh nyata dan benar pada Rasulullah Muhammad saw, terdapat suri tauladan yang baik bagi umat manusia. Baik yang berkaitan masalah Aqidah, Ibadah dan semua aspek kehidupannya, hingga akhlaknyapun dikatakan oleh Ummul Mu’minin Aisyah ra. bahwa akhlak Beliau saw, adalah Al Qur’an.
Lalu bagaimana, masalah jabat tangan ? Banyak hadits sahih yang memandu kita untuk hidup bermasyarakat dengan sangat baik, diantaranya yang menerangkan bahwa, Disyariatkan amalan ini yakni “Jabat Tangan” dengan sesama jenis ketika bertemu saudaranya sesama muslim (laki-laki dengan laki-laki atau mahramnya, wanita dengan wanita atau mahramnya, pen).
Dari Baro’ bin ‘Azib, Rasulullah saw, bersabda (yang artinya saja) “Tidaklah dua orang muslim bertemu lalu berjabat tangan kecuali keduanya diampuni (dosanya) sebelum lepas jabat tangan mereka” (HR. Tirmidzi, Abu Dawud, Ibnu Majah, Ahmad dan disahihkan oleh Al Albani dalam shahih sunan Tirmidzi 3/122).
Hadits di atas secara jelas menunjukkan keutamaan berjabat tangan. Syaikh Salim bin ‘Ied Al Hilaliy berkata, “Dalam hadits ini Alloh mengutamakan umat ini di atas umat-umat yang lain dengan menjadikan jabat tangan sebagai penebus atau pelebur dosa” (Bahjatun Nadhirin, 2/152).
Hukum Berjabat Tangan, Imam Nawawi berkata “Jabat tangan adalah sunnah yang telah disepakati ketika bertemu”(Tuhfatul Ahwadzi 7/426), dari Al Bara’, bahwa Rasullah saw. Bersabda “Jika dua orang muslim bertemu lalu berjabat tangan dan memuji Allah dan meminta ampun padaNya maka diampuni dosa keduanya” (HR. Abu Dawud dalam kitab Adab bab 142 dan dishahihkan oleh Albany dalam Shahih Sunan Abu Dawud 3/279).
Mubarokfuri berkata, “Hadits ini menunjukkan disunahkannya berjabat tangan ketika bertemu, dan disunahkan juga memuji Allah swt dan meminta ampun pada-Nya, yaitu dengan mengatakan “Yagfirullohu lana walakum” (semoga Allah mengampuni kami dan kalian). Tuhfatul Ahwadzi 7/429).
Bagaimana jabat tangan seorang laki-laki dengan wanita yang bukan mahramnya, Rasullah saw, melarang keras, dari Ma’qol bin Yasar dia berkata, Rasullah saw, bersabda “Sungguh kepada laki-laki ditikam dengan jarum dan besi lebih baik dari pada dia menyentuh wanita yang tidak halal baginya” (HR. Tabroni dalam Mu’jam Kabir 20/174 dan dihasankan oleh Syaikh Salim Al Hilali).
Dari sini kita dapat membedakan jabat tangan yang mana sebagai sunnah (yaitu sesama muslim laki-laki dengan laki-laki atau mahramnya, dan sesama muslimah perempuan dengan perempuan atau mahramnya) dan jabat tangan mana yang dilarang karena dapat menimbulkan fitnah, yaitu berjabat tangan antara laki-laki dengan perempuan). Bagimana dengan berjabat tangan setelah selesai sholat, hal tersebut juga tidak ada dasarnya serta sebagai hal yang baru yang tidak perlu diamalkan, bahkan cenderung mengganggu yang sedang berzikir setelah shalat.
Demikian sedikit tulisan yang kami nukil (adopsi dan adaptasi) dari Al Furqon, Edisi 7, Tahun IV, Shofar 1426, h.36-37) dengan harapan semoga ringkasan ini dapat kita amalkan tahap demi tahap sehingga dapat memberikan manfaat bagi kita semua didunia dan diakhirat. Diiringi do’a semoga Allah menunjukkan kita kejalan-Nya yang lurus dan dimudahkan semua urusan kita Sukses Unitri dan Suskses Keluarga masing-masing, amien. Wassalamu’alaikum. wr. wb.
Pemberitahuan sekaligus Undangan,
bahwa Pengajian Menyongsong Bulan Ramadhan 1432 H, yang semula direncanaan
hari Sabtu, karena saudara-saudara kita banyak yang tugas ke lokasi KKN maka
dimajukan pada hr Jum’at, 29 Juli 2011, Jam 13.00, selesai Shalat Jum’at, oleh Ustadz Reza
atas perkenan dan partisipasinya, an. Jama’ah Masjid Unitri, diucapkan terimakasih.
Dalam melakukan penelitian kuantitatif, seorang peneliti akan menggunakan instrumen untuk mengumpulkan atau mengambil data, sedangkan pada penelitian kualitatif-naturalistik peneliti itu sendiri akan lebih banyak menjadi instrumen, karena dalam penelitian kualitatif peneliti merupakan key instruments.
Manfaat instrumen penelitian akan digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti, jumlah instrumen yang akan digunakan tergantung pada jumlah variabel yang akan diteliti. Karena instrumen penelitian akan digunakan untuk melakukan pengukuran dengan tujuan menghasilkan data kuantitatif yang akurat, sehingga setiap instrumen yang disusun memiliki skala.
Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif, sehingga nilai variabel yang akan diukur dengan instrumen tertentu dapat dinyatakan dalam bentuk angka, agar lebih seksama/akurat, efisien dan komunikatif.
Skala sikap yang dapat digunakan untuk melakukan penelitian Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, antara lain:
Skala Likert
Skala Guttman
Rating Scale
Semantic Deferential
Penjelasan singkat
Skala Likert
Digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi sesorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial, yang selanjutnya disebut Variabel Penelitian.
Dengan skala likert maka variabel yang akan diteliti dan diukur diuraikan atau dijabarkan secara rinci yang disebut indikator, dan untuk selanjutnya digunakan untuk menyusun poin-poin pertanyaan atau pernyataan.
Pada skala likert pengambilan data biasanya digunakan Kuesioner Tertutup yang mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatife, dan dapat dalam bentuk kata-kata antara lain:
Sangat setuju
Setuju
Ragu-ragu
Tidak setuju
Sangat tidak setuju
Atau
a.Selalu
b.Sering
c.Kadang-kadang
d.Tidak pernah
Yang lainnya dapat
a.Sangat positif
b.Positif
c.Negatif
d.Sangat negative
Atau
a.Sangat baik
b.Baik
c.Tidak baik
d.Sangat tidak baik
Dan untuk kepentingan analisis lebih lanjut, jawaban-jawaban tersebut diberi label / skor, dari yang terendah sampai dengan terkecil, misalkan 5, 4, 3, 2, 1.
Model penelitian dengan menggunakan skala Likert dapat dibuat dalam bentuk lain selain kuesioner tertutup atau disebut juga pertanyaan pilihan ganda, yaitu dalam bentuk Checklist ataupun pilihan ganda, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.
Skala Guttman
Pada skala ini akan diperoleh jawaban yang tegas, yaitu “ya atau tidak”, “salah atau benar”, dan seterusnya.
Semantic Deferential
Skala pengukuran ini dikembangkan oleh Osgood, yang digunakan untuk mengukur sikap, tetapi bentuknya tidak pilihan ganda maupun checklist, namun tersusun dalam satu garis kontinum yang alternative jawabannya “sangat positif” terletak pada kanan garis, dan jawaban “sangat negative” terletak pada kiri baris dengan metode ini data yang akan diperoleh adalah data interval.
Contoh: Pertanyaan, Berikan skor / nilai gaya kepemimpinan dosen mata kuliah kepemimpin ?:
Yang tersebut pada 3 skala sebelum ini, data yang didapatkan semuanya dalam bentuk data kualitatif yang kemudian di konversi atau dikualitatifkan. Tetapi sebaliknya Rating Scale, data awal diperoleh dalam bentuk angka dan untuk selanjutnya di tafsirkan atau dikonversi menjadi kualitatif.
Mengapa demikian karena dalam Rating Scale jawaban tertutup pada checklist bukan dalam bentuk kalimat tetapi dalam bentuk angka, sehingga ukuran ini lebih vleksibel karena bukan hannya dapat mengukur sikap, tetapi juga dapat untuk mengukur persepsi, misalkan masalah social, ekonomi, kelembagaan, pengetahuan, kemampuan, dll.
Pada penelitian ini tigas peneliti, mengartikan angka jawaban yang diberikan oleh responden, contoh pertanyaan dan jawabannya:
No.
Pertanyaan
Interval Jawaban
1.
Gaya kepemimpinan organisasi X integratif
4 3 2 1
2.
Pelayanan publik organisasi X cepat
4 3 2 1
Dst.
Atau dengan model yang berbeda:
Pengetahuan sebelum mengikuti kuliah
Pokok / Sub Pokok Bahasan Kepemimpinan
Pengetahuan setelah mengikuti kuliah
0 1 2 3 4
Gaya kepemimpinan
0 1 2 3 4
0 1 2 3 4
Tipe kepemimpinan
0 1 2 3 4
Dst
Bacaan:
Imam Suyadi, Metode Penelitian, Bpp, Fia, Unibraw, Malang, 1988.
Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta, Bandung, 2001.
Dalam proses penelitian yang akan memasuki dunia empiris, tidak akan lepas dari persoalan variabel
Variabel adalah atribut dari seseorang atau obyek yang mempunyai”variasi” antara satu dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek yang lain (Hat dan Farhdym, 1981, dalam Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta, Bandung, 2001,h. 20)
Menurut Kerlinger, variabel adalah konstruk (construct) atau sifat yang akan dipelajari.(Kerlinger, 1973, dalam Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta, Bandung, 2001,h. 20)
Variabel adalah suatu kualitas (qualities) dimana peneliti ingin mempelajari dan menarik kesimpulan darinya (Kidder, 1981, dalam Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta, Bandung, 2001,h. 20)
Dan dari Sugiyono, dikatakan variabel adalah atribut atau sifat atau aspek dari orang naupun obyek yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan. (Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta, Bandung, 2001,h. 20)
Jadi dapat disimpulkan bahwa variabel adalah konsep yang mengandung variasi nilai. Contoh, konsep kepemimpinan, meliputi variable-variabel: Kepemimpinan Demokratis, Kepemimpinan Kharismatis, Kepemimpinan Visioner, Kepemimpinan Integratif, dst.
Macam Variabel
1.Variabel Independen;
Juga disebut bebas, variable stimulus, predictor, antecedent
Disebut bebas karena menjadi sebab timbulnya variable dependen/terikat.
2.Variabel Dependen;
Sering disebut variable terikat, output, criteria, konsekuen.
Disebut variable terikat karena variable tersebut dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variable bebas.
Untuk menentukan variable independent atau dependen, harus ada konsep teoritis maupun hasil dari pengamatan yang mendasar.
Maka diperlukan studi pendahuluan terlebih dahulu pada obyek yanga akan diteliti.
3.Variabel Moderator;
Variabel ini juga dapat disebut variable independent ke 2, yaitu variable yang mempengaruhi (memperkuat atau memperlemah) hubungan antara variable independent dengan dependen.
Variabel yang memperkuat atau memperlemah hubungan antar variable, X.., maka X….
4.Variabel Intervening
Variabel yang secara teoritis mempengaruhi (memperlemah dan memperkuat) hubungan antara variable independent dengan dependen, tetapi tidak dapat di ukur. X…., tetapi Y…..
5.Variabel Kontrol
Variabel yang dikendalikan dibuat konstan sehingga peneliti dapat melakukan penelitian yang bersifat membandingkan.
Ditetapkan oleh peneliti, jika ingin melakukan penelitian yang bersifat membandingkan.
Variabel Kuantitatif, diklasifikasikan menjadi 2 kelompok
1.Variabel Diskrit (discrete)
Juga disebut Variabel Nominal / Kategorik karena hanya membedakan atas 2 kutub berlawanan yakni Ya dan Tidak, Hadir dan Tdk Hadir, Laki-laki, Perempuan, Agama, dst.
Sugiyono, 2011, 81, menyatakan “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakterustik yang dimiliki oleh populasi tersebut”.
Kapan masalah sampling muncul bagi seorang peneliti, jia yang bersangkutan:
Bermaksud mereduksi obyek penyelidikannya.
Dengan alas an peneliti tidak ingin menyelidiki semua obyek, semua gejala, semua kejadian atau peristiwa, melainkan hanya sebagian saja dari obyek gejala atau kejadian yang dimaksudkan.
Jika ia ingin mengadakan generalisasi.
Maksudnya mengadakan kesimpulan-kesimpulan kepada obyek-obyek, gejala-gejala atau kejadian-kejadian yang lebih luas dari pada yang diselidiki.
Atau bilamana populasi besar, dan peneliti tidak mungkin memnpelajari semua yang ada pada populasi, misalkan karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu, sehingga kesimpulan dari sampel dapat representatif (mewakili).
Jadi penelitian tidaklah selalu perlu untuk meneliti semua individu dalam populasi, karena disamping memakan biaya yang sangat besar juga membutuhkan waktu yang lama. Penelitian atau research yang dilakukan seperti ini namanya research sampling atau sampling study. Kata lain dari sampel adalah contoh (monster), yang diharapkan dapat mewakili atau menggambarkan maksimal keadaan populasi
Bagaimana bila tidak representatif, ibarat orang buta yang diminta mendeskripsikan tentang gajah, yang satu orang buta tersebut memegang telinga, dia mengatakan gajah itu kaya kipas dan lebar, yang kedia memegang belalai, dia mengatakan seperti ular, dan yang lain memegang ekor, lalu mengatakan seperti tali. Itulah jadinya bila sampel penelitian tidak diambil secara representatif, sehingga dapat disebut (sampling error).
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan besarnya sample dalam suatu penelitian antara lain:
Derajad keseragaman (degree of homogeneity) dari populasi.
Makin seragam atau homogen populasi, makin kecil sampel yang diambil.
Presisi yang dikehendaki oleh peneliti.
Keadaan yang memperlihatkan keadaan populasi, presisi makin tinggi maka desain makin baik, presisi lebih tinggi maka desain lebih baik, semakin besar sample yang diambil semakin kecil tingkat kesalahan (penyimpangan-2) terhadap nilai populasi yang didapat.
Rencana analisis data.
Tenaga, biaya dan waktu yang dibutuhkan.
Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam pengambilan sampel dan perlu dicermati antara lain:
Daerah generalisasi;
Dimaksudkan sebagai area focus dari sasaran penelitian yang menjangkau kisi-kisi fenomena yang akan diteliti, dipelajari, dideskripsikan, dihubungkan atau disimpulkan sesuai dengan rumusan masalah serta maksud dan tujuan penelitian itu sendiri.
Penegasan sifat-sifat populasi;
Sifat populasi perlu ditegaskan yaitu heterogen atau homogen
Sumber-sumber informasi tentang populasi;
Dari mana sumber informasi tentang populasi didapatkan, juga menjadi pertimbangan untuk menentukan teknik maupun besarnya sampel.
Besar-kecilnya sample
Besar dan kecilnya sample, sangat dipengaruhi oleh teknik sampling yang digunakan.
Teknik sampling
Teknik pengambilan sample dapat memperhatikan beberapa hal:
a.Probability sampling
Teknik pengambilan sample yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsure (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.
Simpel random sampling;
Pengambilan sample dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada di dalam organisasi tersebut, sehingga dapat disebut simple (sederhana), karakter populasi biasanya relative homogen.
Proportionate stratified random sampling
Teknik ini digunakan bilamana populasi memiliki karakter yang tidak homogen serta memiliki strata secara proporsional.
Disproportionate Stratified Random Samplin
Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sample, bila populasi berstrata tetapi kurang proporsional.
Area (cluster) sampling / sampling menurut daerah.
Teknik ini digunakan bilamana obyek yang akan diteliti sangat luas, sehingga perlu penetapan area / daerah, prosesnya melalui dua tahap:
a. menentukan sample daerah;
b. menentukan orang-orangnya
b.Non Probability Sampling
Teknik ini tidak memberikan peluang / kesempatan yang sama bagi setiap unsure dari anggota populasi yang akan dipilih untuk dijadikan sample.
1.Sampling sistematis
Teknik disusun berdasarkan tahap-tahap atau urutan misalkan:
a.anggota populasi yang telah diberi nomor urut,
b.kemudian diambil nomor ganjil atau genap saja, atau
c.kelipatan bilangan tertentu misalkan (1, 5, 10, 15, 20, dst).
2.Sampling kuota
Teknik untuk menentukan sample dari populasi yang memiliki ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan.
3.Sampling insidental
Teknik penentuan jumlah sample berdasarkan kebetulan, maksudnya siapa saja yang secara kebetulan / incidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel serta cocok digunakan sebagai sample.
4.Purposive sampling.
Teknik penentuan sample dengan pertimbangan tertentu, misalkan penelitian politik, berarti respondennya adalah orang yang ahli politik, begitu seterusnya.
5.Sampling jenuh
Disebut sampel jenuh bilamana semua anggota populasi digunakan sebagai sampel, pertimbangannya karena populasinya relatif kecil, atau dengan pertimbangan lain, agar dalam membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Nama lain teknik ini adalah sensus.
6.Snowball sampling
Teknik ini menggunakan cara, mula-mula sampelnya kecil, kemudian membesar dan membesar, kapan berhentinya, bilamana sudah diketemukan benang merah dari focus yang diinginkan.
Sumber bacaan:
Sugiyono, Metode Penelitisn Kuantitatif Kualitatif dan R & D, Alfabeta, Bandung, 2011.
Sumadi Suryabrata, Metodolog Penelitian, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003.
Sesuai dengan disiplin ilmu kita yaitu Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, berarti kegiatan penelitian kita erat kaitannya dengan masyarakat dengan multi dimensional kegiatannya atau perilakunya, sehingga obyeknyapun bias jadi tidak terbatas, dan agar tidak menyulitkan peneliti maka dalam Ilmu Administrasi Negara disusunlah kompetensi: kepemimpinan, kebijakan publik, politik, pelayanan publik dan otonomi daerah, gender, hak azasi manusia dan pembangunan.
Obyek penelitian sebagai sasaran untuk mendapatkan dan mengumpulkan data disebut populasi. Dalam survey opini public, sangat penting untuk mengetahui secara jelas terlebih dahulu siapa populasi (population) kita. Karena kesalahan dalam menentukan populasi, akan berdampak pada kesalahan penentuan sampel yang akan diambil, dan sebagus teknik sampling apapun hasilnya akan bias, bilamana kita salah dalam menentukan populasi.
Populasi berasal dari kata bahasa Inggris “population”, yang berarti jumlah penduduk atau keseluruhan (universum) dari obyek penelitian. Jadi sifat populasi meliputi: orang, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup, benda-benda alam beserta karakteristiknya, sehingga bentuknya amat beragam, maka yang harus diingat adalah harus relevan dengan tujuan penelitian.
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Suharsimi Arikunto, 1997). Penelitian populasi dilakukan apabila peneliti ingin melihat semua liku-liku yang ada di dalam populasi. Oleh karena subyeknya meliputi semua yang terdapat di dalam populasi, maka juga disebut sensus.
Bilamana tujuan penelitian ialah menemukan generalisasi yang berlaku secara umum, maka peneliti harus menentukan populasi. Sehingga populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek / subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2008).
Contoh.
Penelitian di UNITRI Malang, maka UNITRI merupakan populasi, yang terdiri dari: sejumlah orang atau subyek serta obyeknya, konsep ini berarti jumlah atau kuantitas.
Unitri juga mempunyai karakteristik orang-orangnya, antara lain:
Kepemimpinannya;
Motivasi kerjanya;
Disiplin kerjanya,
Iklim organisasinya, dan seterusnya.
Juga mempunyai karakteristik obyek yang lain, seperti:
Keputusan atau kebijakan publiknya;
Prosedur kerjanya;
Tataruang kantor, kelas, laboratorium, lulusan, dan lain-lainya.
Satu orang pun dapat digunakan sebagai populasi, karena satu orang memiliki karakteristik, antara lain:
Gaya bicaranya;
Disiplin pribadi,
Hobi,
Cara bergaul,
Kepemimpinannya, dsb.
Teknik lain untuk menentukan populasi adalah dengan merumuskan generalisasi yang ingin kita buat, obyek atau bagian mana yang akan kita generalisasi, sehingga merupakan konsep abstrak yang tidak bias ditunjuk secara langsung.
Agar dapat operasional maka populasi bias dihitung, bias diukur, sehingga dapat didefinisikan secara jelas dan spesifik, yang pada akhirnya disebut populasi sasaran (taget population), artinya peneliti harus menjelaskan secara spesifik batasan dan definisi dari populasi yang dipakai, yang untuk selanjutnya berarti terjadi proses pembuatan criteria dan ini berarti memutuskan elemen mana yang akan dimasukkan dalam populasi sasaran (inclution) dan elemen mana yang akan dikeluarkan dari populasi sasaran (exclution).
Populasi dapat dilihat dari rencana penentuan sumber data, yang dapat dibedakan: populasi terbatas dan populasi tak terhingga:
Populasi terbatas, yaitu yang memiliki sumber data yang jelas batas-batasnya secara kuantitatif.
Misalkan Mahasiswa Ilmu Administrasi Negara Fisip Unitri, berarti jelas jumlahnya.
Populasi tak terbatas, yaitu populasi yang memiliki sumber data yang tidak dapat ditentukan batas-batasnya secara kuantitatif. Oleh karena luasnya populasi bersifat tak terhingga dan hanya dapat dijelaskan secara kualitatif.
Misalkan, Perilaku arogansi legislatif dan sikap apatisme masyarakat dalam kepemimpinan visioner dan integratif menuju pelayanan public (prima) kerakyatan.
Dari kompleksitas obyek populasi, maka populasi dapat dibedakan: populasi homogen dan populasi heterogen.
Populasi homogen,
Yaitu keseluruhan individu yang menjadi anggota populasi, yang menjadi anggota populasi, memiliki sifat-sifat yang relative sama satu sama lainnya.
Populasi heterogen.
Yaitu keseluruhan individu anggota populasi relatif memiliki sifat-sifat individual, dimana sifat tersebut tersebut membedakan individu anggota populasi yang satu dengan yang lainnya. Hal ini disebabkan semua penelitian social atau politik berobyek manusia atau gejala-gejala dalam kehidupan manusia yang bersifat amat unik dan kompleks.
Jadi tantangan pertama bagi saudara sebagai peneliti adalah mengidentifikasi seluruh area populasi saudara, untuk pengambilan kerangka sampel (sampling frame). Sehingga populasi dan sampel merupakan bagian penting, meskipun tidak selamanya sampel itu harus ada, dalam arti sampel itu ada apabila diperlukan untuk memudahkan dalam penelitian yang dilakukan.
Sugeng Rusmiwari
081 334 995 112
Sumber bacaan:
Burhan Bungin, Metode Penelitian Sosial, Format-format Kuantitatif dan Kualitatif, Airlangga University Press, Surabaya, 2001.
Nanang Martono, Metode Penelitian Kuantitatif, Analisis Isi dan Analisis Data Sekunder, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2010.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, Alfabeta, 2008.
Hipotesis berasal dari kata “hypo” yang berarti di bawah dan
“thesa” yang berarti “kebenaran”
Pengertian Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara yang hendak diuji kebenarannya.
Tidak semua penelitian memerlukan hipotesis, penelitian yang bersifat eksploratif dan deskriptif tidak memerlukan hipotesis
Berkaitan dengan perumusan hipotesis
Apakah penelitian memerlukan hipotesis ?
Apa dasar yang digunakan untuk merumuskan hipotesis?
Bagaimana bentuk hipotesis yang akan kita rumuskan ?
Manfaat hipotesis
1. Menjelaskan masalah penelitian
2. Menjelaskan variabel-variabel yang akan diuji
3. Pedoman untuk memilih metode analisis data
4. Dasar untuk membuat kesimpulan penelitian.
Dasar Merumuskan Hipotesis
1.Berdasarkan pada teori
2.Berdasarkan penelitian terdahulu
3.Berdasarkan penelitian pendahuluan
4.Berdasarkan akal sehat peneliti
Menyusun Hipotesis
Hipotesis adalah pernyataan tentative yang merupakan dugaan mengenai apa saja yang sedang kita amati dalam usaha untuk memahaminya
Asal dan Fungsi Hipotesis
Hipoptesis dapat diturunkan dari teori yang berkaitan dengan masalah yang akan kita teliti. Jadi, Hipotesis tidak jatuh dari langit secara tiba-tiba!!!!!!
Misalnya seorang peneliti akan melakukan penelitian mengenai kompetensi maka agar dapat menurunkan hipotesis yang baik, sebaiknya yang bersangkutan membaca teori mengenai kompetensi yang dipilih
Fungsi Hipotesis
Hipotesis merupakan kebenaran sementara yang perlu diuji kebenarannya oleh karena itu hipotesis berfungsi sebagai kemungkinan untuk menguji kebenaran suatu teori.
Jika hipotesis sudah diuji dan dibuktikan kebenaranya, maka hipotesis tersebut menjadi suatu teori. Jadi sebuah hipotesis diturunkan dari suatu teori yang sudah ada, kemudian diuji kebenarannya dan pada akhirnya memunculkan teori baru.
Fungsi lain dari hipotesis
Menjelaskan masalah penelitian dan pemecahannya.
Menyatakan variabel-variabel yang perlu diuji secara empiris
Digunakan sebagai pedoman untuk memilih metode –metode pengujian data.
Menjadi dasar untuk membuat kesimpulan penelitian
Kriteria Hipotesis yang baik adalah:
Berupa pernyataan yang mengarah pada tujuan penelitian.
Berupa pernyataan yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris.
Berupa pernyataan yang dikembangkan berdasarkan teori-teori yang lebih kuat dibandingkan dengan hipotesis rivalnya.
Format Hipotesis
Pernyataan “Jika – Maka “
Hipotesis Nol dan Alternatif
Hipotesis Directional dan Non Directional
Pernyataan “Jika – Maka”
Contoh:
Jika Dosen mengalami tekanan dalam bekerja yang lebih rendah, maka mereka akan memperoleh kepuasan kerja yang lebih baik.
Hipotesis Nol dan Alternatif
Contoh:
Ho= Tidak ada pengaruh signifikan kenaikan gaji dosen terhadap PBM
Ha = Ada pengaruh signifikan kenaikan gaji terhadap kinerja dosen
Hipotesis Directional dan Non Directional
Hipotesis directional adalah hipotesis yang menyatakan sifat dan arah hubungan secara tegas antara dua atau lebih variabel.
Contoh:
Kualitas pelayanan publik perpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan dosen dan mahasiswa UNITRI.
Hipotesis nondirectional adalah hipotesis yang tidak menyatakan arah hubungan antara variabel.
Hipotesis ini digunakan bila
1). Belum ada teori yang menajdi landasan untuk menentukan arah hubungan antar variabel
2). Menurut riset terdahulu ditemukan belum ada kejelasan hubungan antar variabel yang diteliti.
Contoh
Hipotesis Non Directional
Ada hubungan langsung variabel gaya kepemimpinan dengan ketidakpastian lingkungan bisnis.
Ciri-Ciri Hipotesis Yang Baik:
Dinyatakan dalam kalimat yang tegas
Kepemimpinan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pelayanan publik (jelas)
Dapat diuji secara alamiah
Kepemimpinan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pelayanan publik (dapat diuji)
Pembagian Hipotesis
Hipotesis Deskriptif
Pelayanan Publik UNITRI Sangat Memuaskan
Kinerja Dosen UNITRI Baik
Semangat Belajar Mahasiswa FISIP UNITRI Tinggi
Hipotesis Komparatif
Pelayanan Publik UNITRI lebih memuaskan dibandingkan Pelayanan Publik SUNARTI
Kinerja keuangan UNITRI lebih baik dibandingkan dengan kinerja SUNARTI
Semangat kerja Dosen UNITRI lebih tinggi dibandingkan dengan semangat kerja Dosen SUNARTI
Hipotesis Asosiatif
Kepuasan Dosen berpengaruh signifikan terhadap Prestasi Mahasiswa
Jumlah Dosen berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan
Semangat kerja dosen berpengaruh positif terhadap prestasi mahasiswa
Fungsi hipotesis menurut Menurut Nasution ialah sbb:
Untuk menguji kebenaran suatu teori,
Memberikan gagasan baru untuk mengembangkan suatu teori dan
Memperluas pengetahuan peneliti mengenai suatu gejala yang sedang dipelajari.
Pertimbangan dalam Merumuskan Hipoptesis (1)
Harus mengekpresikan hubungan antara dua variabel atau lebih, maksudnya dalam merumuskan hipotesis seorang peneliti harus setidak-tidaknya mempunyai dua variable yang akan dikaji.
Kedua variable tersebut adalah variable bebas dan variable tergantung. Jika variabel lebih dari dua, maka biasanya satu variable tergantung dua variabel bebas.
Pertimbangan dalam Merumuskan Hipoptesis (2)
Harus dinyatakan secara jelas dan tidak bermakna ganda, artinya rumusan hipotesis harus bersifat spesifik dan mengacu pada satu makna tidak boleh menimbulkan penafsiran lebih dari satu makna. Jika hipotesis dirumuskan secara umum, maka hipotesis tersebut tidak dapat diuji secara empiris.
Pertimbangan dalam Merumuskan Hipoptesis (3)
Harus dapat diuji secara empiris, maksudnya ialah memungkinkan untuk diungkapkan dalam bentuk operasional yang dapat dievaluasi berdasarkan data yang didapatkan secara empiris.
Jenis-Jenis Hipotesis
(Menurut tingkat abstraksinya hipotesis dibagi menjadi 3)……1
Hipotesis yang menyatakan adanya kesamaan-kesamaan dalam dunia empiris: Hipotesis jenis ini berkaitan dengan pernyataan-pernyataan yang bersifat umum yang kebenarannya diakui oleh orang banyak pada umumnya,
misalnya
“orang jawa halus budinya dan sikapnya lemah lembut”,
“jika ada bunyi hewan tenggeret maka musim kemarau mulai tiba,
“ jika hujan kota Jakarta Banjir”.
Kebenaran-kebenaran umum seperti di atas yang sudah diketahui oleh orang banyak pada umumnya, jika diuji secara ilmiah belum tentu benar.
Jenis-Jenis Hipotesis
(Menurut tingkat abstraksinya hipotesis dibagi menjadi 3)……2
Hipotesis yang berkenaan dengan model ideal: pada kenyataannya dunia ini sangat kompleks, maka untuk mempelajari kekomplesitasan dunia tersebut kita memerlukan bantuan filsafat, metode, tipe-tipe yang ada.
Pengetahuan mengenai otoriterisme akan membantu kita memahami, misalnya dalam dunia kepemimpinan, kebijakan publik, pelayanan publik, dst.
Pengetahuan mengenai ide latar belakang munculnya kepemimpinan akan membantu kita memahami munculnya seorang pemimpin.
Jenis-Jenis Hipotesis
(Menurut tingkat abstraksinya hipotesis dibagi menjadi 3)……3
Hipotesis yang digunakan untuk mencari hubungan antar variable: hipotesis ini merumuskan hubungan antar dua atau lebih variable-variabel yang diteliti.
Dalam menyusun hipotesisnya, peneliti harus dapat mengetahui variabel mana yang mempengaruhi variable lainnya sehingga variable tersebut berubah.
Menurut bentuknya, Hipotesis dibagi menjadi tiga (1)
Hipotesis penelitian / kerja: Hipotesis penelitian merupakan anggapan dasar peneliti terhadap suatu masalah yang sedang dikaji.
Atau
Merupakan hipotesis yang menyatakan adanya perbedaan, hubungan atau pengaruh antar variabel tidak sama dengan nol. Atau dengan kata lain terdapat perbedaan, hubungan atau pengaruh antar variabel (merupakan kebalikan dari hipotesis alternatif)
Dalam Hipotesis ini peneliti mengaggap benar Hipotesisnya yang kemudian akan dibuktikan secara empiris melalui pengujian Hipotesis dengan mempergunakan data yang diperolehnya selama melakukan penelitian.
Misalnya: Ada hubungan antara kepemimpinan dengan pelayanan publik.
Menurut bentuknya, Hipotesis dibagi menjadi tiga (2)
Hipotesis operasional: Hipotesis operasional merupakan Hipotesis yang bersifat obyektif.
Artinya peneliti merumuskan Hipotesis tidak semata-mata berdasarkan anggapan dasarnya, tetapi juga berdasarkan obyektifitasnya, bahwa Hipotesis penelitian yang dibuat belum tentu benar setelah diuji dengan menggunakan data yang ada. Untuk itu peneliti memerlukan Hipotesis pembanding yang bersifat obyektif dan netral atau secara teknis disebut Hipotesis nol (H0).
H0 digunakan untuk memberikan keseimbangan pada Hipotesis penelitian karena peneliti meyakini dalam pengujian nanti benar atau salahnya Hipotesis penelitian tergantung dari bukti-bukti yang diperolehnya selama melakukan penelitian.
Atau
Merupakan hipotesis yang menyatakan hubungan atau pengaruh antar variabel sama dengan nol. Atau dengan kata lain tidak terdapat perbedaan, hubungan atau pengaruh antar variabel.
Contoh: H0:
Tidak ada hubungan antara krisis kepemimpinan dengan pelayanan publik
Menurut bentuknya, Hipotesis dibagi menjadi tiga (3)
Hipotesis statistik: Hipotesis statistik merupakan jenis Hipotesis yang dirumuskan dalam bentuk notasi statistik.
Hipotesis ini dirumuskan berdasarkan pengamatan peneliti terhadap populasi dalam bentuk angka-angka (kuantitatif).
Misalnya: H0: r = 0; atau H0: p = 0
Cara Merumuskan Hipotesis
Cara merumuskan Hipotesis ialah dengan tahapan sebagai berikut: rumuskan Hipotesis penelitian, Hipotesis operasional, dan Hipotesis statistik.
Hipotesis penelitian
Hipotesis penelitian ialah Hipotesis yang kita buat dan dinyatakan dalam bentuk kalimat.
Contoh:
Ada hubungan antara gaya kepempininan dengan kinerja pegawai
Ada hubungan antara gaya kepemimpinan dengan formulasi kebijakan publik
Hipotesis operasional (1)
Hipotesis operasional ialah mendefinisikan Hipotesis secara operasional variable-variabel yang ada didalamnya agar dapat dioperasionalisasikan.
Misalnya “gaya kepemimpinan” dioperasionalisasikan sebagai cara memberikan instruksi terhadap bawahan.
Kinerja pegawai dioperasionalisasikan sebagai tinggi rendahnya motivasi pegawai.
Hipotesis operasional (2)
Hipotesis operasional dijadikan menjadi dua, yaitu Hipotesis 0 yang bersifat netral dan Hipotesis 1 yang bersifat tidak netral Maka bunyi Hipotesisnya:
H0: Tidak ada hubungan antara cara memberikan instruksi terhadap bawahan dengan tinggi – rendahnya motivasi pegawai
H1: Ada hubungan antara cara memberikan instruksi terhadap bawahan dengan tinggi – rendahnya motivasi pegawai.
Hipotesis statistik
Hipotesis statistik ialah Hipotesis operasional yang diterjemahkan kedalam bentuk angka-angka statistik sesuai dengan alat ukur yang dipilih oleh peneliti.
Dalam contoh ini asumsi kenaikan motivasi 30%, maka Hipotesisnya berbunyi sebagai berikut:
H0: P = 0,3
H1: P m0,3
Uji Hipotesis
Hipotesis yang sudah dirumuskan kemudian harus diuji.
Pengujian ini akan membuktikan H0 atau H1 yang akan diterima.
Jika H1 diterima maka H0 ditolak, artinya ada hubungan antara cara memberikan instruksi terhadap bawahan dengan tinggi – rendahnya motivasi pegawai.
Pengujian Hipotesis
Penelitian yang menjelaskan hubungan antar variabel
Tipe Hubungan: Korelasional, Komperatif , Sebab akibat.
Tipe penelitian ini banyak pada penelitian akademis: mahasiswa/dosen.
Dua jenis kekeliruan yang kadang dibuat oleh peneliti, yaitu:
Menolak Hipotesis yang seharusnya diterima.
Kesalahan ini disebut sebagai kesalahan alpha
(a). Menerima Hipotesis yang seharusnya ditolak.
Kesalahan ini disebut sebagai kesalahan beta (b)
Persisnya!
Jika Rumusan masalah anda “adakah hubungan jam masuk kerja terhadap disiplin pegawai”
Maka Hipotesis penelitian anda seharusnya “ada hubungan jam masuk kerja terhadap disiplin pegawai”
Maka Hipotesis Operasional anda
–Ho: “tidak ada hubungan jam masuk kerja terhadap disiplin pegawai”
–H1: “ada hubungan jam masuk kerja terhadap disiplin pegawai”
Jika setelah dilakukan pengujian, ternyata
–Ho ditolak, artinya penelitian terbukti secara nyata (empiris)
–Ho diterima, artinya penelitian anda tidak nyata secara empiris
Bahan Bacaan:
Nanang Martono, Metode Penelitian Kuantitatif, Analisis Isi dan Analisis Data Sekunder, Rajagrafindo Persada, 2010.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Alfabeta, 2008.