PILIHLAH TARAWIH TERBAIK DAN UTAMA
Assalamu’alaikum wr. wb.
Variatifnya bilangan shalat tarawih, sikap “Jumhur (mayoritas) ulama, menerima riwayat yang dianggap paling unggul, dan meninggalkan riwayat yang terungguli”. Dasar pertimbangannya adalah: A. Riwayat 20 (21,23) rakaat adalah shahih. B. Riwayat 8 (11, 13) rakaat adalah shahih.
Menurut para ulama salaf, shalat tarawih dapat dilakukan dengan jumlah rakaat beragam, misalkan: 11, 13, 17, 19, 21, 23, 25, 29, 35, 39, 41 dan 49. Ini tidak berarti kedudukannya sama, dari segi keutamaan, dan dari sinilah para ulama salaf berbeda pendapat, diantaranya:
- Yang paling utama adalah 20 rakaat, ditambah dengan 1 atau 3 shalat witir, ini pendapat ats-Tsauri, Ibnu Mubarak, dst;
- Yang paling utama adalah 11 rakaat (8 rakaat ditambah 3 witir). Ini madzhab al-Bukhari, dan dari kalangan Syafi’iyah: Ibnu Khuzaimah, dst.
- Malikiyah dalam satu pendapat memilih 39 rakaat dengan witirnya.
Bagaimana kita harus memilih? Inti dan tujuan disyari’atkan shalat adalah untuk berdzikir mengingat Allah swt, dengan firman-Nya “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku” (QS. Thaha: 14),
Dan bagaimana shalat yang terbaik itu?, secara zhahir adalah yang paling panjang bacaannya, paling lama berdirinya. Rasulullah saw, bersabda: “Sebaik-baik shalat adalah yang paling panjang berdirinya” (HR. Muslim dari Jabir,ra, 756).
Untuk itu yang terpenting dalam shalat tarawih dan lainnya (shalt-sahal sunnah dan wajib) adalah menjaga kesempurnannya dan kekhusyu’annya, karena shalat itu berisi perenungan dan do’a di dalamnya. Artinya, misalkan dilihat dari waktu / lama / khusyu’nya sahalat antara 11 rakaat dengan 23 rakaat waktunya sama, berarti yang lebih utama atau lebih baik adalah yang 11 rakaat, begitu sebaliknya, bilamana yang 23 rakaat atas kesepakatan atau ridha jama’ah dan menjadi semakain khusyu’ yang berarti waktunya menjadi semakin panjang berarti ini yang lebih utama atau lebih baik, yang penting berusaha benar-benar menjaga kesempurnaan dan menikmatan serta kekhusyu’annya, baik yang 11 maupun yang 23 rakaat.
Pengertian ini bukan berarti saat shalat itu berlama-lama, bukan. Mari kita simak sabda Beliau, dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasullah saw. bersabda “Apabila salah seorang kamu memimpin shalat maka ringankanlah, karena di tengah mereka ada yang lemah, sakit dan lanjut usia. Dan apabila shalat untuk dirinya maka panjangkanlah sesukanya” (HR. Bukhari, 703), bahkan Rasulullah juga sempat marah disaat ada Imam yang memberatkan jama’ahnya, kita perhatikan sabda Beliau saw, “Sesungguhnya di antara kalian ada yang membuat lari jama’ah. Maka siapa diantara kalian yang menjadi imam hendaklah mempercepat shalatnya, karena ditengah-tengah mereka ada yang lemah, lanjut usia, dan orang yang memiliki keperluan” (HR. Bukhari, 702).
Fenomena saat ini:
- Maunya dengan rakaat yang banyak tetapi cepat-cepat selesai sehingga kurang atau tidak khusyu’, tidak tuma’ninah, tetapi yang demikian ini justru malah yang disenangi.
- Banyak yang terserah wabah atau penyakit (maaf) malas, aras-arasen, nanti saja karena masih sibuk dengan aktivitas mengejar duniawi yang semakin bertambah kompleks, sehingga tidak shalat tarwih, menunda shalat wajib.
Dari sekian masalah ini bagaimana kita harus memilih Rasullah saw bersabda, “Barang siapa melakukan shalat tarawih karena iman dan mencari pahala Allah, maka diampuni apa yang telah lalu dari dosa-dosanya” (HR. Bukhari, 37, 1904, 1905; Muslim 759), jadi kita pilih sesuai kemampuan dengan pertimbangan khusyu’ dan selesai bersama-sama imam.
Semoga kita dapat menikmati Ramadhan ini dan mendapatkan semua kebaikan, dan Bapak, Ibu, serta Saudara selalu dalam Hidayah dan Ridho Allah swt. Semoga bermanfaat. Amien.
Wassalamu’alaikum wr. wb.
0 komentar:
Posting Komentar