Adab Menuntut Ilmu oleh Ustadz Muhammad bin Umar As-Sewed
Berkata Abu Zakariya Yaha bin
Muhammad Al-Anbari -rahimahullah-: “Ilmu tanpa adab seperti api tanda kayu
bakar sedangkan adab tanpa ilmu seperti jasad tanpa ruh”. (Jami’ li
Akhlaqir-Rawi wa Adabis-Sami’ 1/80) Adab mencari ilmu mutlak diperlukan, bahkan
para Salafush Shalih mendidik anak-anaknya dengan adab sebelum membawanya ke
majelis ilmu.
Berkata Sufyan bin Sa’id Ats-Tsauri
-rahimahullah-: “Mereka dulu tidak mengeluarkan anak-anak mereka untuk mencari
ilmu hingga mereka belajar adab dan dididik ibadah hingga 20 tahun”.
(Hilyatul-Aulia Abu Nuaim 6/361) Berkatalah Abdullah bin Mubarak
-rahimahullah-: “Aku mempelajari adab 30 tahun dan belajar ilmu 20 tahun, dan
mereka dulu mempelajari adab terlebih dahulu baru kemudian mempelajari ilmu”.
(Ghayatun-Nihayah fi Thobaqotil Qurro 1/446)
Dan beliau juga berkata:
“Hampir-hampir adab menimbangi 2/3 ilmu”. (Sifatus-shofwah Ibnul-Jauzi 4/120)
Al-Khatib Al-Baghdadi menyebutkan sanadnya kepada Malik bin Anas, dia berkata
bahwa Muhammad bin Sirrin berkata (-rahimahullah-): “Mereka dahulu mempelajari
adab seperti mempelajari ilmu”. (Jami’ li Akhlaqir-Rawi wa Adabis-Sami’ 1/49)
Berkata Abullah bin Mubarak: “Berkata kepadaku Makhlad bin Husain
-rahimahullah-: “Kami lebih butuh kepada adab walaupun sedikit daripada hadits
walaupun banyak”. (Jami’ li Akhlaqir-Rawi wa Adabis-Sami’ 1/80)
Mengapa demikian ucapan para ulama
tentang adab? Tentunya karena ilmu yang masuk kepada seseorang yang memiliki
adab yang baik akan bermafaat baginya dan kaum muslimin. Berkata Abu Zakariya
Yaha bin Muhammad Al-Anbari -rahimahullah-: “Ilmu tanpa adab seperti api tanda
kayu bakar sedangkan adab tanpa ilmu seperti jasad tanpa ruh”. (Jami’ li
Akhlaqir-Rawi wa Adabis-Sami’ 1/80)
Niat Ikhlas Karena menuntut ilmu
adalah ibadah bahkan setinggi-tingginya ibadah kepada Allah -Subhanahu wa
Ta’ala- maka kita wajib mengikhlaskan seluruh ibadah hanya kepada Allah
-Subhanahu wa Ta’ala-.
Allah berfirman: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali
supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta’atan kepada-Nya dalam
(menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan salat dan
menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus“. (Al-Bayyinah:5)
Beramal dengan Ilmu Allah -Subhanahu wa Ta’ala- sangat marah kepada
mereka-mereka yang berbicara tentang ilmu sedangkan dia sendiri tidak beramal,
Allah sebutkan dalam Al-Qur’an: “Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu
mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kemurkaan di sisi Allah
bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan“. (As-Shaff:2-3)
Sabar, Tidak Terburu-Buru
Seorang pencari ilmu seringkali
terbawa semangat, sehingga ia ingin dalam waktu yang relatif singkat untuk
mendapatkan semua bidang ilmu. Ingatlah bahwa ilmu ini agama yang tidak
terpisah dari amal, bukan hanya sekedar mengetahui dan menghafal. Maka
pelajarilah secara bertahap dari yang paling penting, kemudian berikutnya,
kemudian berikutnya. Tidak mungkin dengan belajar sebulan sampai dua bulan ia
menjadi ulama atau dalam waktu singkat dia menjadi pakar hadits yang
menshahihkan dan mendhoifkan hadits atau menjadi ahli fiqih yang dapat
mengumpulkan hukum dari ayat-ayat dan hadits.
Para Ulama terdahulu mereka belajar
dari sejak kecil sampai 30 tahun baru mempelajari ilmu hadits apalagi
meriwayatkan hadits.
Sumber: Risalah Dakwah MANHAJ SALAF
edisi 1/th V 18 Muharram 1430H/16 Januari 2009M
0 komentar:
Posting Komentar