Hidup Bahagia 2
Penulis: Ustadz Abu Hamzah
Yusuf
Siapa yang tidak menginginkan kebahagiaan dunia dan
akhirat, kita semua tentu menginginkannya. Hanya yang perlu untuk kita
pertanyakan bagaimana cara untuk meraih keduanya. Sementara, kita yakini
bersama bahwa Islam adalah agama yang ajarannya universal (menyeluruh). Islam
satu-satunya agama yang mendapatkan legitimasi (pengakuan) dari Sang Pemiliknya
Jalla Sya’nuhu.
Islam adalah agama yang rahmatan lil alamiin. Tidak
didapatkan satu ajaranpun dalam Islam yang merugikan para pemeluknya, tidak
ditemukan satu prinsip pun dalam Islam yang mencelakakan para penganutnya.
Tetapi pada kenyataannya banyak kalangan yang hanya menitikberatkan
perhatiannya pada dunia dan bagaimana cara untuk mendapatkannya.
Padahal Allah telah mengingatkan kita dengan
firman-Nya, “Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah
permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu
serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang
tanaman-tanamannya mengagumkan para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering
dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti)
ada adzab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridloannya. Dan kehidupan
dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS Al Hadid: 20).
“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan
perhiasannya, niscaya kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di
dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah
orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat kecuali neraka dan lenyaplah di
akhirat itu apa yang mereka telah usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang
telah mereka kerjakan.” (QS Huud: 15-16).
Para pembaca -yang semoga dirahmati Allah-, petunjuk
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam adalah sebaik-baik petunjuk. Siapa yang
mengambilnya ia akan bahagia dan yang meninggalkannya akan celaka. Allah
berfirman, “Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan
ditimpa cobaan atau ditimpa adzab yang pedih.” (QS An Nuur: 63).
Terbukti generasi yang bersamanya, yakni generasi para
sahabat meraih gelar terbaik umat ini, karena mereka mengambil petunjuknya.
Itulah mereka para sahabat yang telah berhasil meraih kebahagiaan dunia dan
akhirat. Bagaimana tidak, sedang mereka mendapatkan bimbingan tauhid selama
kurang lebih 13 tahun hingga akhirnya mereka memiliki landasan yang kokoh dalam
kehidupannya.
Oleh karena itu, tauhid itulah sebagai landasan yang
menghantarkan seseorang kepada kebahagiaan yang sebenarnya. Sebab mentauhidkan
Allah adalah tujuan diciptakannya manusia. Allah berfirman, “Dan Aku tidak
menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (QS Adz
Dzariyaat: 56). Ibnu Katsir berkata: makna “ya’buduun” dalam ayat ini adalah
“yuwahhiduun” (mentauhidkan Allah). Al Imam Al Baghowi menyebutkan dalam
tafsirnya bahwa Ibnu Abbas RA mengatakan: “Setiap perintah beribadah dalam Al
Qur’an maka maknanya adalah tauhid.”
Para pembaca -yang semoga dirahmati Allah-,
bagaimana tidak dikatakan bahwa tauhid sebagai landasan yang akan menghantarkan
seseorang kepada kebahagiaan dunia dan akhirat, sedangkan Allah meridloi ahli
tauhid. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Sesungguhnya Allah
meridloi kalian tiga perkara: kalian beribadah kepada-Nya dan tidak
menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, berpegang teguh dengan tali Allah
semuanya dan jangan bercerai berai, dan memberikan nasihat kepada orang yang
Allah jadikan pemimpin atas urusan-urusan kalian.” (HR Muslim dari Abu
Hurairoh).
Itulah tauhid, tauhid adalah sebagai jalan untuk
mendapatkan dua kebahagiaan tersebut, sebab dengan menegakkan tauhid berarti
menegakkan keadilan yang paling adil. Sementara tujuan Allah mengutus rasul-Nya
dan menurunkan kitab-Nya adalah supaya manusia dapat melaksanakan keadilan.
Allah berfirman, “Sesungguhnya kami telah mengutus rasul-rasul kami dengan
membawa bukti-bukti yang nyatam dan telah kami turunkan bersama mereka Al Kitab
dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan.” (QS Al
Hadiid: 25).
Tauhid sebagai landasan meraih kebahagiaan dunia dan
akhirat karena keamanan serta petunjuk di dunia dan akhirat hanya akan dicapai
oleh para ahli tauhid. Allah berfirman, “Orang-orang yang beriman dan tidak
mencampuradukkan iman mereka dengan kezhaliman (syirik), mereka itulah
orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang
mendapat petunjuk.” (QS Al An’aam: 82). Berkata Ibnu Katsir pada ayat ini:
“Yaitu mereka yang memurnikan ibadahnya untuk Allah saja dan tidak berbuat
kesyirikan dengan sesuatu apapun, mereka mendapatkan keamanan pada hari kiamat dan
petunjuk di dunia dan akhirat.”
Jadi memang tauhidlah yang akan menghantarkan kepada
kebahagiaan yang hakiki. Karena khilafah di muka bumi serta kehidupan yang
damai, aman, dan sentosa berbangsa dan benegara hanya akan diraih melalui
tauhid. Allah berfirman, “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang
beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang sholih, bahwa Dia
sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi.
Sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang
sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang
telah diridloinya untuk mereka. Dan Dia benar-benar akan menukar keadaan
mereka, semula mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap
menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan
barangsiapa yang kafir sesudah janji itu, maka mereka itulah orang-orang yang
fasik.” (QS An Nuur: 55).
Para pembaca -yang semoga dirahmati Allah-, ahli
tauhid mereka orang-orang yang akan mendapatkan jaminan surga dari Allah.
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Barangsiapa yang bertemu
Allah dalam keadaan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, ia akan masuk
surga. Dan barangsiapa yang bertemu dengan-Nya dalam keadaan menyekutukan-Nya,
ia akan masuk neraka.” (HR Muslim dari Jabir bin Abdillah). Ahli tauhid mereka
orang-orang yang akan berbahagia dengan syafa’atnya Rasulullah Shalallahu
‘alaihi wassalam. Abu Hurairoh bertanya kepada Nabi Shalallahu ‘alaihi
wassalam, “Siapakah orang yang paling berbahagia dengan syafa’atmu?” Beliau
menjawab, “Orang yang mengatakan ‘laa ilaaha illallah’ ikhlas dari lubuk
hatinya.” (HR Bukhori dari Abi Hurairoh).
Ahli tauhid mereka orang-orang yang terjaga dan
terpelihara darah dan hartanya. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam
bersabda, “Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi
bahwa tiada Ilah yang berhak untuk diibadahi secara benar kecuali Allah dan
bahwa Muhammad itu utusan Allah, menegakkan sholat, menunaikan zakat. Jika
mereka melakukannya, mereka terjaga dariku darahnya dan hartanya kecuali dengan
hak-hak Islam, dan perhitungannya atas Allah.” (HR Bukhori dan Muslim dari Ibnu
Umar).
Demikianlah para pembaca -kaum muslimin- tauhid
adalah rahasia kebahagiaan dunia dan akhirat, karena yang pertama kali
diwajibkan atas seorang hamba adalah tauhid. Allah berfirman, “Dan Kami tidak
mengutus seorang rasulpun sebelum kamu, melainkan kami wahyukan kepadanya
bahwasanya tidak ada Ilah yang hak melainkan Aku, maka sembahlah olehmu
sekalian akan Aku.” (QS Al Anbiyaa: 25).
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam berkata
kepada sahabat Muadz bin Jabal radhiallahu `anhu ketika beliau mengutusnya ke
negeri Yaman, “Sesungguhnya engkau akan mendatangi kaum dari Ahli Kitab. Jika
Engkau mendatanginya maka serukanlah kepada mereka supaya mereka bersaksi bahwa
tidak ada ilah -yang berhak untuk diibadahi- kecuali Allah dan Muhammad adalah
utusan Allah…” (HR Bukhori Muslim dari Ibnu Abbas radhiallahu `anhu).
Imam Al Hafizh Al Hakami mengatakan, “Kewajiban
pertama atas hamba, mengenal Ar Rahmaan (Allah) dengan tauhid.” Dan tauhid juga
yang menjadi kewajiban terakhir atas seorang hamba, ketika menjelang
kematiannya Abu Tholib, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam datang
menemuinya dan berkata, “Wahai paman, ucapkanlah ‘laa ilaaha illallah’, kalimat
yang menjadi hujjah untukmu di sisi Allah…” (HR Bukhori Muslim dari Sa’id ibnul
Musayyab dari bapaknya (Musayyab)).
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam juga
bersabda, “Barangsiapa yang akhir ucapannya ‘laa ilaaha illallah’, ia akan
masuk surga.” Semoga Allah memberikan taufiq kepada yang dicintai dan
diridloinya. Amin ya Mujibas sailiin.
(Dikutip dari tulisan Ustadz Abu Hamzah Yusuf dari
Bulletin al Wala wal Bara Edisi ke-7 Tahun ke-1 / 24 Januari 2003 M / 21 Dzul
Qo’dah 1423 H. Judul asli Tauhid Rahasia Kebahagiaan Dunia dan Akhirat. URL
sumber http://fdawj.atspace.org/awwb/th1/7.htm)
0 komentar:
Posting Komentar