Selasa, 26 Maret 2013

Teori X, Y, Z


Renungan:
1.      Allah Swt, berfirman “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah” (QS. Ali-‘Imran [3] 10).
2.      Tidak boleh iri, kecuali kedua orang, yaitu lelaki yang diberi harta oleh Allah, lantas ia menguasainya sampai habis dalam kebenaran, dan lelaki yang diberi hikmah (kebijaksanaan) oleh Allah lantas mempraktikkan dan mengajarkannya” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dan tolong-menolonglah kam dalam (mengerjakan) kebajikan
Bahan Kuliah Etika dan Fils. Kepemimpinan

 
KEHIDUPAN MANUSIA
Menurut pendapat Henry P. Knowles dan Borje O Saxberg,  bahwa dalam kehidupan ini terdapat orang yang bersifat baik dan orang yang memiliki sifat buruk.
 Tetapi dalam kenyataannya sebenarnya tidak ada orang yang baik mutlak demikian pula tidakTetapi dalam kenyataannya sebenarnya tidak ada orang yang baik mutlak demikian pula tidak ada orang yang buruk mutlak.
Dengan kata lain tidak ada orang yang memiliki sifat ekstrem. Pada umumnya orang akan memiliki sifat keduanya.
Sumber:
Fremont E. Kast & James E. Rosenzweigh, Organization and Management a System Approach, Edisi ke – 2, McGraw-Hill Kogakusha, Tokyo, 1984, p. 259.

TEORI X, Y, Z

Orang yang memiliki memiliki sifat buruk ditumbuhkan teori X, dan sehubungan dengan adaya orang yang memiliki sifat baik diciptakan teori Y. Teori ini diciptakan oleh Douglas Mc Gregor.
Menurut  Anthony G. Atos dan Robert E. Coffey,
“Theory X”:
1.      Kebanyakan orang secara alami menentang kerja dan bersifat malas.  Oleh karena itu, mereka harus diberi motivasi dengan perangsang dari luar.
2.      Tujuan kebanyakan orang bertentangan dengan tujuan organisasi, oleh karena itu orang harus diarahkan, diberi motivasi, dipaksa, dikontrol agar supaya mempertanggungkan kesamaan mereka dengan kebutuhan organisasi.
3.      Kebanyakan orang didorang terutama oleh perangsang-perangsang yang bersifat ekonomis. Karena sumber ekonomi   organisasi ada di bawah pengontrolan para mmenejer, para menejer memiliki alat kekuasaan untuk mendorong dan mengontrol para pekerja, yang harus menerima secara pasif nasib mereka jika mereka mengharapkan untuk mencapai imbalan-imbalan ekonomi.
4.      Kebanyakan orang mencari kemananan dan ingin menghindarkan tanggung jawab, oleh karena itu mereka rela menerima pengarahan dari para manajer.
5.      Perilaku didasarkan perasaan adalah irasional, dan karena banyak orang berperilaku menguntungkan pada perasaan mereka, mereka tidak dapat dipercaya untuk mengarahkan perilaku mereka sendiri. Tetapi mereka orang mampu mengontrol perasaan mereka dan berperilaku rasional. Kerana organisasi harus mempertanggung jawabkan bahwa perasaan tidak bercampur dengan rasio dan kebanyakan hal-hal yang berkenaan dengan ekonomi, perilaku yang didasarkan pada perasaan mereka sebaik pikiran mereka.
Sumber:  
Sutarto, Dasar-dasaar Kepemimpinan Administrasi, Gajah  Mada University Press, 1986, h.98-100.

“Theory Y”:
1.      Kebanyakan orang senang akan bermacam-macam pekerjaan dan bersedia secara sukarela berupaya dengan kekuatan mental dan fisik dalam melakukan pekerjaan.
2.      Kebanyakan orang mempunyai alasan-alasan lain dari pada sekedar alasan uang di dalam bekerja, dan alasan-alasan ini pada akhirnya sama penting dengan alas an uang bagi mereka.
3.      Kebanyakan orang mampu mengarahkan  dan mengontrol pekerjaan mereka sendiri dalam mencapai tujuan organisasi yang mereka amanatkan.
4.      Kebanyakan orang bersedia menerima dan bahkan merusaha mencari tanggung jawab di bawah syarat-syarat yang pasti.
5.      Kebanyakan orang lebih mampu menunjukkan kemampuan kreativitasnya dan kecerdasannya dari pada mereka bekerja dalam ikatan organisasi.
6.      Kebanyakan orang ingin, mencari, dan merasakan persahabatan, perhubungan saling membantu dengan orang lain.
Sumber:  
Sutarto, Dasar-dasaar Kepemimpinan Administrasi, Gajah  Mada University Press, 1986, h.100-101.

“Teori X”
Menurut Sutarto,  dirumuskan sbb:
Di dalam suatu organisasi para pekerja pada umumnya berusaha bekerja sedikit mungkin, mereka tidak mempunyai ambisi untuk maju, tidak memiliki gairah untuk menemukan cara kerja yang lebih baik, mereka pada umumnya kurang pandai, bekerja secara pasif, senang menghasut, senang menipu diri sendiri, para pekerja melakukan pekerjaan dengan mengutamakan imbalan materi, bekerja hanya berdasarkan perintah, tidak pernah dapat mengemukakan gagasan baru, sering tidak masuk kerja dengan berbagai alas an yang dicari-cari, senang memberikan laporan yang tidak sesuai dengan kenyataan.
Maka pengarahan yang seharusnya dilakukan adalah bersifat keras, hukuman banyak dilakukan terhadap pelanggaran, pengontrolan harus dilakukan secara ketat, dilakukan cara memimpin yang otoriter, sentralistis, tindakan tegas.
Hanya dengan jalan ini organisasi dapat berjalan kearah pencapaian tujuan walaupun dengan susah payah.

Masih menurut Sutarto, Teori Y, yaitu:
Di dalam organisasi para pekerja pada umumnya senang bekerja, mereka merasakan kerja sebagai hobi, bekerja dengan penuh keaktifan, rasa tanggung jawab yangbesar, rajin disiplin, penuh rasa pengabdian, ada gairah untuk maju, selalu berusaha menemukan cara kerja yang lebih baik, banyak gagasan baru dianjukan, para pekerja lebih senang mengarahkan diri sendiri, mengontrol diri sendiri, sehingga pengarahan yang dilakukan lebih bersifat mengikuti, pengontrolan longgar, cara memimpin demokratis, banyak pelimpahan wewenang, banyak mengikut sertakan bawahan dalam mengambil keputusan.
Sumber:  
Sutarto, Dasar-dasaar Kepemimpinan Administrasi, Gajah  Mada University Press, 1986, h.101-102.

Tabel Teori X dan Y.
Teori X
Teori Y
1.
Sifat pekerjaan adalah tidak disukai oleh kebanyakan  orang.
1.
Pekerjaan biasanya adalah sebagai permainan apabila kondisi-kondisi menguntungkan
2.
Kebanyakan orang tidak mempunyai ambisi, mempunyai sedikit keinginan akan tanggung jawab, dan suka diarahkan.
2.
Pengendalian diri sering sangat diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi
3.
Kebanyakan orang mempunyai sedikit kemampuan untuk kreativitas dalam memecahkan masalah-masalah organisasi.
3.
Kemanan untuk kreativitas dalam memecahkan masalah-masalah organisasi dibagikan secara luas kepada banyak orang.
4.
Motivasi hanya terjadi pada tingkat filosofis dan keamanan.
4.
Motivasi terjadi pada tingkat sosial, penghargaan dan aktualisasi diri, maupun pada tingkat filosofis
5.
Kebanykan orang harus dikendalikan secara ketat dan sering dipaksa untuk mencapai tujuan-tujuan oragnisasi.
5.
Orang-orang dapat mengarahkan sendiri dan kreatif pada pekerjaan, apabila dimotivasi secukupnya.

Sumber:
Moekijat, Dasar-dasar Motivasi, Sumur, Bandung, 1984, h. 67.

“Teori Z”
Dipopulerkan oleh Lyndall F. Urwick, intinya:
Bahwa apabila semua dalam kondisi kerja yang baik, maka pengarahan yang dilakukan sebaiknya mengambil segi baik dari teori X dan teori Y.

Pada suatu saat seorang pemimpin memang orang harus menggunakan cara halus, hanya sedikit mengontrol, memerintah dengan sikap permintaan, saran ataupun sukarela, lebih bersifat menanyakan dari pada menegur, pada lain kesempatan seorang pemimpin harus berani bertindak tegas, melakukan control secara ketat, memberi  perintah tegas, menyalahkan, dan bahkan bila terpaksa harus berani menghukum sesuai dengan kesalahan yang dibuat oleh bawahannya.
Baik secara halus maupun secara tegas kedua-duanya dilandasi suatu harapan bahwa tujuan organisasi dapat tercapai dengan baik.
Sumber:  
Robert Fulmer, The New Management, McMillan Publi, McMillan Publishing Co, Inc, 1974, p. 355.
Sutarto, Dasar-dasaar Kepemimpinan Administrasi, Gajah  Mada University Press, 1986, h. 102-103.

“Teori Z”
William G. Ouchi, mengemukakan, bahwa:
Produktivitas akan meningkat apabila melibatkan pekerja.

Ciri-ciri organisasi tipe Z:
Pola umum masa jabatan yang panjang, berulang kali tegas melakukan pemeriksaan, keseimbangan antara pemakaian system informasi manejemen modern, perncanaan formal, menejemen berdasarkan sasaran, serta teknik kuantitatif lainnya dan penilaian pokok personal didasarkan pengalaman, da tidk hanya data relevan yang dengan segera.
Sumber:
Sutarto, Dasar-dasaar Kepemimpinan Administrasi, Gajah  Mada University Press, 1986, h. 103.



0 komentar:

Posting Komentar