Senin, 17 November 2014

Politik Pandangan Klasik

QURAISY

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang;
1.       Karena kebiasaan orang-orang Quraisy;
2.       (yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas;
3.       Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan (pemilik) rumah (Ka’bah);
4.       Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari rasa ketakutan;

POLITIK PANDANGAN KLASIK

Sebagaiman dikemukakan Aristoteles, padangan klasik melihat politik sebagai suatu asosiasi warga Negara yang berfungsi  membicarakan dan menyelenggarakan hal ihwal yang meyangkut kebaikan bersama seluruh anggota masyarakat.

Filsof ini membedakan urusan-urusan yang menyangkut kebaikan bersama (kepentingan publik) dengan urusan-2 yang menyangkut kepentingan individu atau kelompok masyarakat (swasta).

Pada hemat Aristoteles, urusan-2 yang menyangkut kebaikan bersama memiliki nilaimoral yang lebih tinggi dari pada urusan-2 yang menyangkut kepentingan swasta.

Menurut Aristoteles, manusia merupakan makhluk politik dan sudah menjadi hakekat manusia untuk hidup dalam polis.

Hanya dalam polis itu manusia dapat memperoleh sifat moral yang paling tinggi, karena di sana urusan-2 yang berkenaan dengan seluruh masyarakat akan dibicarakan dan diperdebatkan, dan tindakan-2 untuk mewujudkan kebaikan akan diambil.

Di luar polis manusia dipandang sebagai makhluk yang berderajat di bawah manusia seperti binatang atau sebagai mkhluk yang berderajad di atas manusia seperti Dewa atau Tuhan.

Yang menjadi pertanyaan, apakah yang dimaksud dengan kepentingan umum atau kebaikan bersama?

Apakah yang harus dipandang sebagai isi atau substansi kebaikan manusia ?

Siapakah yang harus menafsirkan sutau urusan merupakan kepentingan umum atau tidak ?

Rumusan kepentingan umum yang dikemukakan oleh para sarjana sangat berfariasi.

Sebagian orang mengatakan kepentingan umum merupakan tujuan-2 moral atau nilai-2 ideal yang bersifat abstrak, seperti keadilan, kebajikan, kebahagiaan, dan kebenaran.

Sebagian lagi merumuskan kepentingan umum sebagai keinginan orang banyak sehingga membedakan general will (keinginan orang banyak atau kepentingan umum) dari will of all (keinginan banyak orang atau kumpulan keinginan banyak orang).

Sementara itu, ada yang merumuskan kepentingan umum sebagai keinginan golongan mayoritas.

Ilmuwan politik kontemporer, Samuel P. Huntington melukiskan kepentingan umum secara singkat sebagai kepentingan pemerintahan karena lembaga pemerintahan dibentuk untuk menyelenggarakan kebaikan bersama.

Sumber:
Ramlan Surbakti, 1992, Memahami Ilmu Politik, Penerbit PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.


1 komentar:

  1. Nama : Saiba Kuniyo
    Jurusan : Ilmu Adminisrasi Negara
    Fakultas : Ilmu politik Dan Ilmu Sosial
    NIM : 2014210126

    Teori yang saya pilih adalah Demokrasi .Saya memilih ini karena bentuk pemerintahan dan semua warga negaranya memiliki hak setara dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup warganya.
    Kesimpulan : Jadi dalam belajar hakekat kita dapat memahami hakekat filsafat administrasi dan teori teori yang menjadi landasan untuk menjadi seorang pemimpin.Secara Abstract :
    1.Teori-teori kepemimpinan hadir mengisi perkembangan kemajuan di bidang akademik dalam mengupas habis persoalan-persoalan kepemimpinan baik sisi keberhasilnnya, maupun kegagalan kepemimpinan. Penerapan pendekatan kepemimpinan akan lebih efektif apabila seorang pemimpin mampun menempat situasi dan kemampuan adaptasi secara berkesinambungan sangat diperlukan untuk menghasilkan kepemimpinan efektif. Tidak kalah pentingnya adalah kolaborasi dari berbagai aspek teori kepemimpinan akan menghasilkan sintesis kepemimpinan yang tangguh, tetapi hal ini akan terjadi apabila pemimpin memiliki komitmen yang jelas pada kepentingan publik yang menjadi fokus utama dari layanan sebuah kepemimpinan. Apabila tidak demikian para pemimpin hanya mendewakan teori-teori yang sebagai kepentingan untuk mencaplok kepentingan yang lebih besar yang menghadirkan kesengsaraan bagi publik. Tetapi tak satupun dari para teoritikus dapat menunjukkan tentang teori kepemimpinan yang efektif, yang dapat berlaku pada kondisi kepemimpinan tertentu.

    BalasHapus