34 Jajak
Pendapat e - book
Seiring dengan kemajuan zaman, cepat atau lambat buku elektronik
akan semakin popular di masyarakat.
Apalagi berbagai macam gadget elektronik bukan barang asing
lagi.
Pertanyaan yang muncul apakah e-book akan mampu mendongkrak
minat masyarakat untuk membaca buku dan
mengmbangkan industry perbukuan ?
Bukanlah pemandangan aneh, ketika orang tua asyik membaca
buku, anak-anaknya sibuk memainkan gadget.
Ini adalah potret perbedaan gaya hidup antara generasi tua
dan muda, terutama merebak di kelas menengah di kota besar.
Muncul pertanyaan, apakah mereka yang biasa membaca buku
dalam format cetak akan beralih ke format e-book ?
Atau malah lebih parah, dengan mengalihkan kebiasaan membaca
buku kepada “pencarian hiburan” di dunia maya melalui berbagai jenis gadget ?
Kesadaran Rendah
Buku adalah jendela dunia.
Lewat buku, pikiran dan jiwa dapat mengembara menembus
sekat-sekat ruang dan waktu.
Buku mengantarkan orang kepada dunia baru.
Namun, semua itu tiada berarti jika tingkat keaksaraan atau
literisasi masyarakat masih rendah.
Mengacu pada data Progress in International Reading Literacy
Study (PIRLS) yang menyurvei tingkat literasi 45 negara (2006), tingkat
keaksaraan di Indonesia berada pada posisi 41.
Kemampuan literasi siswa sekolah dasar di Indonesia hanya
empat teringkat lebih baik dari pada siswa di Afrika Selatan.
Padahal tingkat kemampuan dasar dalam baca tulis menjadi
bagian penting dalam memahami buku bacaan atau literatur.
Hasil Survei PIRLS juga menyatakan, ketersediaan bahan-bahan
di rumah pada masyarakat Indonesia masih
termasuk dalam katergori menengah ke
bawah.
Kategori menengah yaitu jika jumlah bahan bacaan 25 hingga
100 buku, sedangkan kategori bawah jika jumlah buku bacaan di rumah kurang dari
25 buku.
Fakta tersebut diperkuat dengan jumlahbuku yang diproduksi
setiap tahun di Indonesia terbilang masih rendah.
Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) dalam laporannya yang
dipublikasikan Asean Book Publishers Association (ABPA) menybutkan, pertumbuhan
buku di Indonesia mencapai lebih dari 2000 judul buku setiap bulannya
(berdasarkan data Toko Buku Gramedia November 2009).
Ditingkat Asia Tenggara, jumlah itu memang tampak besar
dibandingkan dengan Negara-negara tetangga.
Tahun 2009, tercatat menerbitkan 13.157 judul buku per
tahun, dan Brunei 91 judul buku per tahun.
Akan tetapi, dibandingkan dengan India dan China, jumlah
produksi sekitar 18.000 judul buku per tahun di negeri ini terasa rendah.
India tercatat menerbitkan sekitar 60.000 judul buku per
tahun dan China 140.000 judul buku per tahun.
Hasil Jajak Pendapat Litbang Kompas:
Pertanyaan / Pernyataan:
1.
Yang Pertama Kali Menulari Kebiasaan Membaca
Buku:
a.
Kesadaran sendiri = 58,1%
b.
Orang tua =
27,1%
c.
Saudara serumah =
3,0%
d.
Teman =
3,0%
e.
Sekolah/guru =
2,1%
f.
Lainnya =
6,7%
2.
Jumlah Buku Yang Dibaca Dibandingkan Tahun
Sebelumnya
a.
Semakin banyak =
20,8%
b.
Sama saja =
27,5%
c.
Semakin sedikit =
48,0%
d.
Lupa =
1,2%
e.
Tidak tahu =
2,5%
3.
Lama Waktu Membaca Buku
a.
Kurang dari 1 jam = 58,7%
b.
1-2 jam =
28,7%
c.
Antara 2-4 jam =
4,7%
d.
Lebih dari 4 jam =
1,4%
e.
Tidak tentu =
5,8%
f.
Tidak tahu =
0,7%
4.
Alasan Tidak Rutin Membaca Buku
a.
Sulit mengatur waktu = 52,1%
b.
Lebih tertarik nonton TV = 10,6%
c.
Tidak kuat membaca lama = 9,1%
d.
Kelelahan setelah bekerja = 8,6%
e.
Malas =
5,7%
f.
Lebih suka internet = 3,5%
g.
Lainnya =
8,5%
h.
Tidak tahu/tidak jawab = 1,9%
5.
Membaca E-Book
a.
Pernah =
25%
b.
Tidak pernah =
75%
6.
Pernah Membaca E-Book Berdasarkan Usia (Usia
pernah (tahun):
a.
17-24 =
44,5%
b.
25-29 =
32,9%
c.
30-39 =
29,1%
d.
40-49 =
16,5%
e.
50-59 =
12,2%
f.
>60 =
12,2%
Metode Jajak Pendapat:
Pengumpulan pendapat melalui telepon ini diselenggarakan
Litbang Kompas pada 12-13 Juni 2012.
Sebanyak 571 responden minimal berusia 17 tahun dipilih
secara acak menggunakan metode pencuplikan sistematis dari buku telepon
terbaru.
Responden berdomisili di Jakarta, Bandung, Semarang,
Yogyakarta, Surabaya, Medan, Palembang, Makasar, Menado, Banjarmasin,
Pontianak, dan Depansar.
Jumlah responden di setiap kota ditetapkan secara acak
proporsional.
Menggunakan metode ini, dengan tingkat kepercayaan 95
persen, nir-pencuplikan penelitian 4,1 persen.
Meskipun demikian, kesalahan diluar pencuplikan dimungkinkan
terjadi.
Hasil jajak pendapat ini tidak dimaksudkan untuk mewakili
pendapat seluruh masyarakat negeri ini.
Sumber:
Nurul Fatchiati, Yahanes Krisnawan, Litbang Kompas, Jajak
Pendapat, Kompas, Jumat, 29 Juni 2012, h. 36.
0 komentar:
Posting Komentar