A. PENTINGNYA
KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM MENUNJANG PENYELENGARAAN AKUNTABILITAS PELAYANAN PUBLIK
(Studi kasus pada Kec. Lowokwaru Kota Malang)
Rancangan Penelitian (Bahan Seminar)
MIKEL INDEN
Pembimbing:
Sugeng Rusmiwari
Willy Tri Hardianto
B. Latar Belakang Masalah
Chaos theory memberikan
satu pelajaran penting, berubah dan antisipasi perubahan. Praktek terbaik untuk
dapat mengantisipasi perubahan yang cepat dalam dunia yang chaos salah
satunya adalah melalui kepemimpinan visioner. Kepemimpinan yang memiliki visi
kuat adalah tonggak penentu organisasi. Kepemimpinan visioner memiliki beberapa
faktor integral, seperti kemampuan antisipasi, kecepatan, kecerdikan dan
persepsi. Seluruh faktor tersebut dirangkum dalam sebuah ikatan gaya
kepemimpinan yang komunikatif, coaching, terbuka, menjadi fasilitator,
dan penumbuh motivasi. Faktor terakhir merupakan prasyarat bagi kepemimpinan
visioner dalam mengajak seluruh anggota organisasi meraih visi organisasi.
Tanpa kemampuan tinggi dalam menumbuhkan semangat dan motivasi melalui
kesadaran kolektif, pencapaian visi dan keberlangsungan organisasi
dipertaruhkan.
Kepemimpinan
Visioner adalah suatu konsep yang dapat diuraikan terperinci dan dipahami
melalui literatur dan teori. Namun arti yang lebih besar dari kepemimpinan
adalah tindakan nyata, cara bekerja, dan serangkaian peristiwa. Pada bagian
ini, kepemimpinan visioner dapat dilihat kerangka pergerakan, perubahan, dan
waktu. Jelasnya, tindakan kepemimpinan visioner berbeda dari talking
atau analyzing hal tersebut, media yang dipergunakan di sini akan
menjadi sesuatu yang penting untuk ditulis. Hal ini menjadi penting bagi para
pembaca bahwa memadukan apa yang terjadi dalam kenyataan dengan teori haruslah
menjadi keharusan, karena kepemimpinan visioner tidak dinilai dari sudut
pendekatan teoretis atau ideologi semata.
Harper (2001) menyatakan bahwa kepemimpinan menghadapi suatu era
perubahan pesat atau "accelerating" perubahan. Karenanya,
waktu merupakan faktor penting untuk menjadikan seorang pemimpin visioner. Guna
menghadapi perubahan pesat ini dengan baik, pemimpin harus memiliki serangkaian
kompetensi yang pokok seperti kemampuan antisipasi, kecepatan, agility dan
persepsi.
Antisipasi berarti bahwa kepemimpinan visioner harus secara pro aktif
mengamati lingkungan guna menemukan perubahan yang secara negatif maupun
positif mempengaruhi organisasi. Pemimimpin harus secara aktif mendukung
pekerja untuk bersiap setiap saat menghadapi perubahan pesat lingkungan dan, untuk
mempertahankan pemimpin dan para manajer selalu menaruh perhatian atas hal tersebut.
Menjadi “perceptive, nimble dan innovative” dalam lingkungan yang
berubah pesat akan memberikan manfaat bagi organisasi. Sebagai tambahan,
praktek menggunakan skenario “what if” menguntungkan bagi para pemimpin.
Secara rutin, mempertimbangkan dan mendiskusikan kemungkinan seluruh skenario
yang mungkin dapat terjadi pada masa depan,
menjaga pemimpin visioner untuk memfokuskan dan menyiapkan beragam
kemungkinan. Penciptaan rencana-rencana darurat dapat berguna untuk beberapa
skenario.
Harper (2001), dan para pengarang buku lain tentang kepemimpinan dan
manajemen percaya bahwa speed merupakan faktor penting untuk
mempertahankan posisi kompetitif, merespon secara kompetitif terhadap kebutuhan
pelangan dan menghemat uang. (Grant and Gnyawali, 1995; McKenna, 1997; LeBoeuf,
1993; Reinhardt, 1997; Carnevale, 1990). Para ahli setuju bahwa perdagangan dan
bisnis pada hari ini mencakup sektor jasa juga. Bergerak cepat dalam merespon
kebutuhan konsumen di bidang jasa. Pemimpin visioner melihat kecepatan sebagai
sebuah kemampuan yang harus dikuasai guna memuaskan konsumen yang menginginkan
pelayanan atau pemenuhan kebutuhan seketika. Pelayanan yang cepat, bersahabat
dan efisien merupakan contoh dari apa yang diinginkan oleh pelanggan terhadap
pelayanan pemerintah. Teknologi informasi, pelayanan on-line melalui
internet merupakan prasyarat bagi pemerintah dalam membentuk highest quality
service. Hal ini menandakan, kecepatan pelayanan membantu pemerintah dalam
meraih simpati dan kerja sama warga.
Kecerdikan (agility)
merupakan istilah lain yang secara perlahan berhubungan dengan kepemimpinan
visioner. The National Baldrige Program mendefinisikan hal kecerdikan “a
capacity for rapid change and flexibility.” Harper (2001) mengatakan bahwa
“agility is the ability to turn on a dime.” Kecerdikan merupakan
kemampuan seorang pemimpin untuk melihat ke depan dalam kaitan dengan faktor
apa yang terletak di depan bagi sebuah organisasi (perceptiveness). Hal ini
juga termasuk kapasitas untuk mempersiapkan dan juga menjadi fleksibel, guna
membuat perubahan atau penyesuian untuk menghilangkan ancaman dan mengambil
keuntungan dari oportunitas.
Berbagai masalah penyelenggaraan pemerintah yang muncul,salah satunya dalam
hal pelayanan publik , menjadi salah satu perhatian dan perlu untuk dianalisis
,serta dicari jalan keluarnya agar pengelenggaraan pelayanan publik di era
otonomi daerah bisa berjalan baik ,efisen, dan efektik untuk memberikan
pelayanan yang di harapakan masyarakat.Dalam menjalankan pengelolaan pemerintah
daerah harus di sertai dengan tanggung jawab kepada publik sehingga memenuhi
tingkat kepuasan masyarakat di daerah.
Selanjutnya mengingat tentingnya bahwa pada setiap manusia membutuhkan pelayanan,bahkan
secara ekstrem dapat di katakana bahwa pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan
kehidupan manusia. Dan masyarakat setiap waktu menuntut pelayanan publik yang
berkualitas, meskipun tuntutan itu seringkali tidak sesuai dengan apa yang di
harapkan,karena secara empiris pelayanan publik yang terjadi selama ini masih menampilkan ciri–ciri yang
berbelit-belit,lambat,mahal, melelahkan,dan tidak transparan. Kecenderungan
seperti itu terjadi karena masyarakat masih diposisikan sebagaipihak yang
“melayani” bukan yang “dilayani”.Oleh karena itu pada dasarnya di butuhka suatu
perubahan dalam bidang pelayanan pulik dengan mengembalikan dan mendudukan masyarakat
sebagai pihak yang di layani pada pengertian yang sesungguhnya. Pelayanan yang
seharusnya di tujukan pada masyarakat umum kadang menjadi pelayan masyarakat
terhadap Negara.
Maka
di era otonomi daerah saat ini, untuk membawa perubahan di bidang
pelayanan publik yang selama ini masih memberikan kesan yang negatif dan
mengecewakan masyarakat dengan modus yang tidak
transparansi,akuntabilitas,kondisional,partisipasif,kesamaan hak,dan tidak
keseimbangan.Maka untuk mengembalikan rasa kepercayaan masyarakat kembali pada
pelayanan publik yang telah mematahkan tingkat kepuasan masyarakat tersebaut,
maka tidak menutup kemungkinan di perlukan juga kepemimpin visioner untuk memainkan perannya dalam mereformasikan kembali pelayanan dengan mewujudkan
komitmen akuntabilitas pelayanan pelayanan publik di era otonomi daerah saat
ini agar dapat mengembalikan kembali rasa kepercayaan masyarakat dalam
memperoleh pelayanan publik dan juga mampu mengutamakan tingkat kepuasan publik
terhadap pelayanan yang di berikan demi mewujudkan visi yang akan di bangun
yaitu menopang akuntabilitas pelayanan publik di era otonomi daerah yang telah
memberikan peluang untuk masing-masing daerah mengurus kepentingan daerahnya
sendiri sesuai dengan aspirasi- aspirasi dan kebutuhan masyarakt setempat dalam
bidang pelayanan untuk meningkatkan kesejahtraan dan keharmonisan masyarakat.
Guna menuju pada sistim pemerintahan yang good governance di era otonomi daerah
sekarang ini.
C. Perumusan
Masalah
Bedasarkan latar belakang di atas maka peneliti merumuskan masalah yang
akan diteliti adalah
1.
Bagaimana peranan kepemimpinan visioner di Kecamatan
Lowokwaru Kota Malang?
2.
Bagaimana penyelenggaraan akuntabilitas pelayanan
publik di Kecamatan Lowokwaru Kota Malang?
3.
Bagaimana peranan kepemimpinan visioner pada
penyelenggaraan akuntabilitas pelayanan publik di Kecamatan Lowokwaru?
D. Tujuan
penelitian
Mengacu pada latar belakang di atas maka yang menjadi tujuan penelitian
ini adalah
Ø
Untuk mengetahui dan mendeskripsikan kepemimpinan
visoner di Kecamatan Lowokwaru
Ø
Untuk mengetahui dan mendiskripsikan
akuntabilitas pelayanan publik di Kecamatan Lowokwaru
Ø
Untuk mengetahui dan mendiskripsikan pentingnya
kepemimpinan visioner dalam menunjang akuntabilitas pelayanan publik di
Kecamatan Lowokwaru.
E. Manfaat
Penilitian
1. Manfaat Toeritis
a.
Dapat menambah ilmu pengetahuan sebagai hasil dari pengamatan langsung serta
dapat memahami penerapan disiplin ilmu yang di peroleh selain studi di
perguruan tinggi.
b. Penelitian
ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi bagi pembaca dan pihak-pihak
yang berkepentingan dalam mengetahui penting kepemimpinan visioner dalam
menunjang akuntabilitas pelayanan publik di Kecamatan Lowokwaru.
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan sumbangan pemikiran dan perbaikan
pentingnya kepemimpinan visioner dalam menunjang akuntabilitas pelayanan publik
di Kecamatan Lowokwaru
b. Hasil penelitian ini dapat di gunakan untuk memberikan kontribusi
yang komprehensif dan konstruktif dalam memahami dinamika wawasan pengetahuan
tentang pengetahuan tentang pentingnya kepemimpinan visioner dalam menunjang
akuntabilitas peyalanan publik di Kecamatan Lowokwaru.
F. KERANGKA
DASAR TEORI
1. Kepemimipinan Visioner
Kepemimpinan visioner,
adalah pola kepemimpinan yang ditujukan untuk memberi arti pada kerja dan usaha
yang perlu dilakukan bersama-sama oleh para anggota perusahaan dengan cara
memberi arahan dan makna pada kerja dan usaha yang dilakukan berdasarkan visi yang
jelas (Diana
Kartanegara, 2003).
Kepemimpinan Visioner
memerlukan kompetensi tertentu. Pemimipin
visioner setidaknya harus memiliki empat kompetensi kunci sebagaimana
dikemukakan oleh Burt Nanus (1992), yaitu:
Ø
Seorang pemimpin visioner harus memiliki
kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif dengan manajer dan karyawan
lainnya dalam organisasi. Hal ini membutuhkan pemimpin untuk menghasilkan “guidance,
encouragement, and motivation.”
Ø
Seorang pemimpin visioner harus memahami
lingkungan luar dan memiliki kemampuan bereaksi secara tepat atas segala
ancaman dan peluang. Ini termasuk, yang plaing penting, dapat "relate
skillfully" dengan orang-orang kunci di luar organisasi, namun
memainkan peran penting terhadap organisasi (investor, dan pelanggan).
Ø
Seorang pemimpin harus memegang peran penting
dalam membentuk dan mempengaruhi praktek organisasi, prosedur, produk dan jasa.
Seorang pemimpin dalam hal ini harus terlibat dalam organisasi untuk
menghasilkan dan mempertahankan kesempurnaan pelayanan, sejalan dengan
mempersiapkan dan memandu jalan organisasi ke masa depan (successfully
achieved vision).
Ø
Seorang pemimpin visioner harus memiliki atau
mengembangkan "ceruk" untuk mengantisipasi masa depan. Ceruk
ini merupakan ssebuah bentuk imajinatif, yang berdasarkan atas kemampuan
data untuk mengakses kebutuhan masa depan konsumen, teknologi, dan lain
sebagainya. Ini termasuk kemampuan untuk mengatur sumber daya organisasi guna
mempersiapkan diri menghadapi kemunculan kebutuhan dan perubahan ini.
Kesimpulan, Kepemimpinan
visioner adalah seorang pemimpin yang
memiliki kemampuan berkomunikasi secara efektif baik bersifat vertical maupun
horizontal karena pemimpin adalah pemandu dan juga motivator dan juga mampu
memahami lingkungan luar dan mampuh memiliki kemampuan berinteksi secara tepat
dan juga memegang peran penting dalam membentuk dan mempengaruhi praktek
organisasi,prosedur,produk, jasa agar pemimpin dapat menghasilkan kesempurnaan pelayanan.
2. Akuntabilitas
Dubnick (1998) istilah
akuntabilitas berasal dari bahasa Prancis lama”Comptes render” yang
berarti memberikan laporan. “ Pemerintah dikatakan akuntabel,jika warga
masyarakat bisa melihat perwakilan dari pemerintah yang tidak representative
dan bisa menyetujui perwakilan dengan benar” (Manin,dan Stokers,1999).
Berakuntabilitas berarti harus memberikan jawaban atas ketidakgiatan dan
menerima sangsi,(bergantung pada jawabannya),baik posotif maupun negatif (Okarson 1989). Dapat
di simpulkan bahwa akuntabilitas adalah suatu tindakan yang di pertanggungjawabkan
atas apa yang di lakukan atau kerjakan kepada masyarakat agar kegiatan yang di
lakukan itu di ketahui dan dapat di percaya oleh publik.
3. Pelayanan Publiik
Pelayanan publik oleh Moenir
1998 dalam Rabuli, 2008:12, diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh
seorang atau sekelompok orang dengan landasan factor materiil melalui sistem,
prosedur dan metode tertentu dalam rangka usaha memenuhi kepentingan orang lain
sesuai dengan haknya.Sedangkan Kotle (2006) mengatakan bahwa pelayanan
publik adalah setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau
suatu kesatuan, dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada
suatu produk secara fisik.Selanjutnya Sampara 2006: 5 berpendapat bahwa suatu
kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antara
seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik. Menurut Siagian
1992 dalam Rabuli, 2008:12, mendefinisikan pelayanan masyarakat sebagai
aktifitas yang dilakukan utuk memberikan jasa-jasa dan kemudahan kepada
masyarakat.
Kesimpulan bahwa
pelayanan publik adalah suatu kegiatan
pelayanan yang di berikan oleh seseorang
atau kelompok yang ingin memenuhui setiap kebutuhan masyarakat dengan mengutamakan
kepuasan Pelanggang demi mendatangkan ke untungan kepada masyarakat terhadap pelayanan yang di
berikan tersebut.
4. Akuntabilitas Pelayanan Publik
Akuntabilitas secara
tidak langsung menyatakan bahwa pegawai pemerintah harus bertanggungjawab
terhadap publik. Akuntabilitas melengkapi responsibilitas dalam penekanan yang
berbeda. Akuntabilitas menyatakan bahwa publik melakukan control yang kuat
kepada pegawai yang dipilih melalui voting dan cara-cara yang ditentukan.
Pertanggungjawaban tentang sifat, sikap, perilaku dan kebijakan dalam kerangka
menjalankan tugas dan tanggungjawab kepada publik, menurut ilmu administrasi
disebut akuntabilitas.
Akunhtabilitas diterapkan untuk
mengukur apakah dana publik telah digunakan secara tepat untuk tujuan
dimana dana publik tadi ditetapkan dan tidak digunakan secara ilegal (Hatry,
1980:164 dalam Drs, Sugeng Rusmiwari, M.si, 2009:12).
Akuntabilitas sebagai checks
dan balaces dalam sistem administrasi, Candler dan Palno, 1982:107.
Akuntabilitas disini berarti menyelenggarakan perhitungan terhadap sumber daya
atau kewenangan yang digunakan. Akuntabilitas menekankan pada formalisasi dan
legalisasi oleh karena itu, akuntabilitas ditekankan pada responsibilitas dan
kemampuan untuk mencapai tujuan kebijakan secara efisien dan efektif (Levine
et al 1990:191 dalam Drs, Sugeng Rusmiwari, M.si, 2009:12).
Menurut The
Oxfor Advance Leaner’s Dictionary yang dikutip oleh Lembaga Administrasi
Negara, 2000:21 dalam Drs, Sugeng Rusmiwari, M.si, 2009:12, diartikan
sebagai sesuatu yang diperlukan atau diharapkan untuk memberikan penjelasan
atas apa yang telah ditentukan.
Nisjar, 1997:72
dalam Drs, Sugeng Rusmiwari, M.si, 2009:12, menjelaskan akuntabilitas
sebagai kewajibanbagi aparatur pemerintahan untuk bertindak selaku penanggung
gugat atas segala tindakan kebijakan yang ditetapkannya. Jadi akuntabilitas
disebut juga sebagai tanggungjawab yang bersifat objektif.
Istilah Pelayanan dalam kamus
besar Bahasa Indonesia (1996), di artikan sebagai :
a. Perihal atau cara melayani
b.
Usaha melayani kebutuhan orang lain dengan memperoleh imbalan (uang atau jasa),
c. Kemudahan yang diberikan
sehubungan dengan jual beli barang atau jasa.
Menurut Islamy 1994 dalam Rabuli,
2008:10, pengertian publik, secara tradisional tidak langsung
diartikan semata-mata bersifat kelembagaan akan tetapi lebih dari itu,
yaitu dalam hubungannya dengan beberapa besar pengaruh atau kaitan lembaga
tersebut dengan kepentingan publik (masyarakat). Dalam hal ini berarti bahwa
dalam keadaan bagaimana pun, pemerintah atau instansi pemerintah atau
organisasi baru dapat memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya melalui
pemberian kemudahan kepada masyarakat selaku pihak-pihak yang harus dilayani
tanpa membedakan antara satu dengan yang lain.
Pelayanan publik
oleh Moenir 1998 dalam Rabuli, 2008:12, diartikan sebagai kegiatan yang
dilakukan oleh seorang atau sekelompok orang dengan landasan factor materiil
melalui sistem, prosedur dan metode tertentu dalam rangka usaha memenuhi
kepentingan orang lain sesuai dengan haknya.Menurut Siagian 1992 dalam
Rabuli, 2008:12, mendefinisikan pelayanan masyarakat sebagai aktifitas yang
dilakukan utuk memberikan jasa-jasa dan kemudahan kepada masyarakat.
Kesimpulan
akuntabilitas pelayanan publik yaitu merupakan suatu tindakan yang dilakukan
oleh aratur pemerintah sebagai pihak penanggung jawab untuk memberikan
penjelasan terhadap kegiatan yang dilakukan untuk memberikan jasa-jasa dengan
kemudahan bagi masyarakat.
6. Hipotesis
Menurut
Prof.Drs.Sutris Hadi MA, Hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara
tehadapa permasalahan penelitian,dimana rumusan masalah penelitian telah
dinyatakan dalam bentuk pertanyaan.Trelease (1960 :182) Hipotesis adalah
sebagai suatu keterangan yang sementara suatu fakta dapat di amati. Kesimpulan
Hipotesis adalah pertanyaan yang bersifat sementara dan dengan mendapat
keterangan atau jawaban sementara dari bentuk pertanyann yang di ajukan oleh
peneliti.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan
rumusan hipotesis (Ha)
1. Jika Kepemimpinan Visioner baik
maka penyelenggaraan akuntabilitas pelayanan publik pun baik
2. Jika Akuntabilitas pelayanan
publik baik maka pelaksanaan kepemimpinan visioner pun baik
III. METODE PENELITIAN
Secara umum kata Metode mengandung pengertian sebagai suatu cara kerja. Koentjaraningrat dalam bukunya metode
penelitian masyarakat (1990: 10), memberi baatasan secara ilmiah sebagai
berikut: “metode menyangkut cara kerja yaitu cara kerja untuk memahami suatu
objek yang menjadi sasaran umum yang bersangkutan”.
Menurut
Marzuki (1987: 5),
mendefinisikan bahwa: penelitian adalah suatu usaha untuk memperoleh
fakta-fakta atau prinsip-prinsip (menemukan, mengembangkan, menguji kebenaran,
dengan cara atau kegiatan menyimpulkan, mencatat dan menganalisa data,
informasi, keterangan hakekaatnya metode penelitian adalah suatu cara yang
digunnakan untuk mengumpulkan, mencatat dan menganalisa data secara kritis,
terencana dan sistematis yang tujuannya untuk memecahkan masalah. ( “Moh.Nazir,Ph.D,2003:35).Menurut Cooper dan Emory (1996, p.12), metode
penelitian adalah langkah-langkah atau cara-cara penyelidikan sistematis yang
ditujukan pada penyediaan informasi untuk menyelesaikan persoalan-persoala.Metode adalah pengejaran terhadap
sesuatu untuk memperoleh sesuatu interelasi (B.Ostle 1975, “Moh.Nazir,Ph.D,2003:36).Metode adalah cara-cara
untuk berpikir dan berbuat sesuatu yang disiapkan dengan baik-baik untuk
mengadakan penelitian dan untuk mencapai suatu tujuan penelitian.
Dapat di simpulkan bahwa metode
penelitian adalah cara yang di lakukan untuk mencari tahu pokok-pokok
permsalahan yang akan di amati dengan mempersiapkan solusi dalam penyelesaian
permasalahan tersebut.
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian
merupakan suatu proses yang panjang, berawal dari minat untuk mengetahui
fenomena tertentu dan selanjutnya berkembang menjadi gagasan teori atau
pemilihan metode penelitian yang sesuai dan seterusnya. Menurut Nasution (1988:5). Metode pendekatan
kuanlitatif pada hakekatnya ialah, untuk mengamati orang dalam lingkungan
hidupnya,berinteraksi dengan mereka berusaha memahami bahasa dan tafsiranya
tentang dunia sekitarnya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian yang
bersifat deskriptif kuantitatif. Maka Nawawi (2005 : 3) (mengemukakan bahwa
penelitian kuantitatif adalah suatu proses menghasilkan data berupa jawaban
tertulis dari orang-orang atau responden dan perilaku yang di amati berdasarkan
pernyataan tertulis.yang di peroleh melalui checklist, yang kemudian di isi
oleh responden berdasarkan jawaban yang tersedia kemudian peneliti
menghubungkan dengan keadaan atau fenomena yang sebenarnya dilapangan, yang
berkaitan denga penelitian yang sedang di lakukan.
Kesimpulan
penelitian kuantitatif adalah suatu pengumpulan data dari hasil sementara yang
di peroleh dari pertnyaan –pertanyaan yang di ajukan oleh peneliti dalam bentuk
checklist dari responden.
Metode
deskriptif adalah suatu pendekatan yang mengarah pada keadaan atau
individu-individu secara utuh (Robert Bogdan 2002:21).Metode deskriptif adalah suatu
metode penelitian status kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi,suatu
sistim pemikiran ,ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.
3.2 Lokasi penelitian
Yang dimaksudkan dengan
lokasi penelitian adalah tempat dimana peneliti melakukan penelitian dan
merupakan tempat peneliti dapat menangkap atau mengetahui sebenarnya dari objek yang akan menjadi fokus
penilitian. Maka lokasi yang akan menjadi tempat peneliti melekukan penelitian adalah
di Kantor Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang.
3.3 Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian
(Arikunto 1998:115). Suharsimi (1997) Populasi
adalah keseluruhan dari objek penelitian.
Populasi adalah setiap subjek yang memenuhi yang telah di tetapkan.
Dapat di simpulkan
bahwa populasi adalah subjek yang menjadi focus penelitian dari si peneliti
dengan mendapatkan imformasi yang sebanyak-banyaknya.
Sedangkan Sample adalah bagian populasi terjangkau
yang dapat dipergunakan melalui sampling (Nursalam,2003:95). Sampel secara sederhana diartikan sebagai
bagian dari populasi yang menjadi sumber data sebenarnya dalam suatu
penelitian. Arti sampel adalah bagian dari populasi untuk mewakili seluruh
populasi (Nawawi, 1983).
Sugiono,2006:90. Adapun teknik
pengambilan sampel adalah ”Purposive
Sampling” yang mana peneliti dengan sengaja menentukan anggota sampelya
berdasarakan karakteristik dan pengetahuannya tentang populasi. Dapat di simpulkan bahwa sampel adalah sebagian dari populasi
yang di teliti tersebut sebagai perwakilan.
Penelitian ini hanya
dengan mempelajari dan mengamati sebagian dari kumpulan itu, populasi yang di
maksud dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat dan aparat birokrasi di
kecamatan Lowokwaru kota Malang.
3.4 Variabel dan Indikator
Variabel adalah objek penelitian atau apa yang
menjadi pusat perhatian suatu penelitian (Arikunto1998: 99).(prof.suharmini,1998:99),variabel adalah sebagai
sebuah konsep seperti halnya laki-laki dalam konsep jenis kelamin ,insap dalam
konsep kesadaran.
v Menurut Fred N.Kerlinger Variabel adalah
simbol atau lambang yang padanyakita letakanbilangan atau nilai. (Fred
N. Kerlinger.2004.Asas-AsasPenelitianBehavioral.GadjahMadaUniversity Press.Hal
49)
v Menurut
Moh. Nasir Variabel adalah ialah konsep yang mempunyai macam-macam
nilai.(Moh.Nasir.2003.Metode Penelitian.Ghalia Indonesia:Jakarta.hal 123.)
v Menurut
Suharsimi Arikunto Variable adalah hal-halyang menjadi objek penelitian yang di
tatap dalam suatu kegiatan penelitian yang menunjukan variasi, baik secara
kuantitatif maupun secara kualitatif. (Suharsimi Arikunto. 1998. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta, Jakarta. Hal.12).
v Dapat
di simpulkan bahwa variabel adalah
merupakan suatu pokok permasalahan yang hendak juga menjadi focus
penelitian dari peneliti.
Dalam penelitian
terdapat dua variabel yakni:
3.4.1 Variabel bebas
Yang merupakan
variabel bebas dalam penelitian ini adalah Kepemimpinan Visioner yang di kutip
dari halaman 6 di atas yakni:
Ø Kemampuan berkomunikasi
Ø Sebagai pemandu
Ø Sebagai motivator
Ø Memhami lingkungan
Ø Kemampuan berinteraksi
Ø Mempengaruhi
Ø Menghasilkan Pelayanan
3.4.2
Variabel Terikat
Yang merupakan variabel terikat
dalam penelitian in adalah akuntabilitas Pelayanan Publik yang di kutip dari
halaman 7 di atas yakni:
Ø Tindakan Pemerintah
Ø Penanggung jawaban
Ø Penjelasan kegiatan
Ø Memberikan jasa
Ø Kemudahan
Ø Masyarakat
Hubungan antara
variabel bebas, variabel terikat,dan.Maka peneliti menggunakan paradigm ganda
sbb:
Keterangan
Untuk lebih memahami diagram di
atas dapat di lihat dalam rumusan di bawa ini:
X,Y= Kepemimpinan Visioner menunjang penyelengaraan akuntabilitas pelayanan publik pelayanan
Y,X= Akuntabilitas
pelayanan publik mendorong kepemimpinan visioner
3.5 Sumber Data
Sumber
data adalah orang atau sesuatu yang termasuk didalamnya yang berkaitan dengan
peristiwa yang dipilih untuk dijadikan
sebagai sumber data untuk mendapatkan dalam proses penelitian.
Klasifikasi sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1.
Sumber
data primer: dimana data diperoleh langsung
2.
Sumber
data sekunder: data yang diperoleh berasal dari masalah, dokumen, laporan hasil
kegiatan pelaksanaan.
Sumber
data dari penelitian ini adalah:
1. Data primer
atau data yang diperoleh di lapangan yakni
kata-kata dan tindakan dari orang-orang yang diamati melalui catatan tertulis
atau melalui rekaman vidio, audio, tapes,pengambilan
foto atau film (Moleong 2008: 157),dengan
cara kuisioner/ daftar pertanyaan.
v Menurut J. Supranto,M. A, Data primer
yaitu data yang dikumpulkan sendiri oleh perorangan atau suatu organisasi
langsung melalui objeknya.
(J.Supranto,M.A.Metode Riset Aplikasi dalam
Pemasaran.Rineka Cipta.Jakarta.1997.Hal 6)
v Menurut Burhan Bungin Data primer adalah
yang langsung diperoleh dari sumber data pertama dilokasi penelitian atau objek
penelitian.(Bungin Burhan.2006.Metodologi Penelitian
Kuntitatif :Komunikasi,Ekonomi,dan Kebijakan Publik serta Ilmu Ilmu Sosial
Lainnya.Jakarta :Kencana.hal 122)
v Menurut
Bagong SubiantoData primer adalah data yang diperoleh langsung dari
objek yang akan diteliti (responden) (Bagong Subianto & Sutinah.2005.Metode
Penelitian Sosial : Berbagai Alternatif Pendekakatan.Jakarta :Kencana.Hal
55.)
v Kesimpulan data primer adalah data yang di
peroleh langsung dari tempat dimana peneliti melakukan penelitian tersebut,
dengan cara wawancara ,domentasi,dan tatan tulis yang di peroleh langsung dari
yang diteliti (responden).
2.
Data Sekunder
v
Menurut
J. Supranto,M. A.Data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk yang
sudah jadi berupa publikasi. (J.Supranto,M.A.Metode Riset Aplikasidalam
Pemasaran.Rineka Cipta.Jakarta.1997.)
v
Menurut Burhan Bungin Data sekunder adalah data
yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder dari data yang kita yang
butuhkan.
(Bungin Burhan.2006.Metodologi Penelitian
Kuntitatif :Komunikasi,Ekonomi,dan Kebijakan Publik serta Ilmu Ilmu Sosial
Lainnya.Jakarta :Kencana.hal 122)
v
Menurut Bagong Subianto.Data sekunder adalah
data yang diperoleh dari lembaga atau institusi tertentu.
(Bagong Subianto & Sutinah.2005.Metode Penelitian Sosial :Berbagai
Alternatif Pendekakatan.Jakarta :Kencana.Hal 55.)
v
Data
sekunder atau data tertulis yakni data dari sumber buku dan majalah ilmiah,
sumber dari arsip, dokumen pribadi dan dokumen resmi (Moleong 2008: 159).Data primer.
v
Kesimpul
data sekunder adalah data –data yang di peroleh dari data yang telah di olah di
tempat penelitian seperti dokumen ,arsip yang di ambil oleh peneliti sebagai
data yang di butuhkan dalam penelitian tersebut
3.6
Instrumen Penelitian
Intrumen penelitian merupakan fasilitas yang
di gunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih baik.
Yang merupakan insttrumen penelitian dalam penelitian disini adalah:
3.6.1 Observasi
Observasi adalah pengujian
secara Internasional atau bertujuan sesuatu hal khususnya untuk maksud
pengumpulan data.James,P.Chaplin,1981
“Dr Kartini Kartono”(1990: 157). Observasi adalah suatu alat yang bisa
dijadikan bagi penelitian Ilmiah.M.Johada,M
Deusch,and S.WCook,”(1990: 157). Observasi adalah sebagai pengumpulan
data dalam Metodologi Researt Penelitian.CV.Good,A.S.Baar,and D.E. Scates “Dr Kartini
Kartono”(1990: 158).Kesimpul bahwa observasi adalah fasilitis yang di gunakan
untuk mencari dan mengumpulkan data didalam penelitian.
3.6.2 Kuesioner
Kuesioner adalah suatu
teknik pengumpulan informasi yang memungkinkan analisis mempelajari
sikap-sikap, keyakinan, perilaku,dan karakteristik utama beberapa orang didalam
organisasi yang bisa terpengaruhi oleh sistem yang di ajukan atau oleh sistem
yang sudah ada.(Aristoteles, 2006,29)
3.6.3 Dokumentasi
Domentasi
adalah teknik pengumpulan data dengan mengumpulkan data-data yang sudah ada
dalam bentuk dokumen..(Nazir, 2005:56)
3.7 Penyajian
data
Dalam penelitian ini, penyajian data
yang di gunakan adalah deskriptif kualitatif. Penyajian data disajikan dengan 4
macam yaitu:
Ø Tabulasi silang
data primer dan data sekunder
Ø Dalam bentuk
kalimat
Ø Dalam bentuk
bagan, chart atau grafik.
3.8 Teknik Analisis Data
Analisis
data merupakan kegiatan yang penting dan menentukan,pada tahap ini data di
kerjakan dan di manfaatka sedemikian rupa sampai di simpulkan kebenarannya,agar
dapat di pahami untuk menjawab persoalan yang akan di ajukan dalam
penelitian.Teknik analisi data menurut Patton dan Maleong (2003:103) analisis
data adalah ”proses mengatur urutan data mengorganisasi ke dalam suatu pola,
kategori dan satuan uraian dasar ”
Proses analisis data merupakan usaha
untuk menemukan jawaban atas pertanyaan yang di peroleh dari hasil penelitian
sebagaimana di kemukakan oleh Efendi dan maning, analisis data adalah usaha
untuk jawaban atas pertanyaan yang diperoleh dari hasil penelitian. Menurut
Milles dan Hubermen (1992:16-17),analisis data
kuantitatif terdiri dari tiga alur kegiatan yang secara bersamaan,yaitu
reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi ,tetapi
sebelum di lakukan tiga alur analisis ini hal pertama yang penting adalah
pengupulan data.Jadi analisis data kuantitatif menggunakan alur kegiatan
sebagai berikut:
1.
Pengumpulan data yaitu proses perolehan data dari
hasil observasi,dokumen dan kuesioner
2.
Reduksi data yaitu dengan menajamkan ,
menggolongkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data dengan cara
sedemikian rupa sehingga kesimpulan vinalnya dapat ditarik dan di verifikasi.
3.
Penyajian data yaitu berupa kesimpulan informasi
tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan penyambilan
tindakan. Dengan melihat penyajian data dapat di pahami apa yang sedang terjadi
dan apa yang harus dilakukan
4.
Menerik kesimpulan / verifikasi yaitu data yang
telah di peroleh di lapangan sedemikian rupa kemudian dilakukan analisis dan
interprestasi terhadap data tersebut untuk memperoleh hasil yang diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA (Perlu Revisi)
Stephen C. Harper. The
Forward-Focused Organization: Visionary Thinking and Breakthrough Leadership to
Create Your Company’s Future. New York, NY: AMACOM, American Management
Association, 2001).
KEP/M.PAN/7.2003,Reformasi pelayanan public.Jakarta Bumi Aksara.
Moenir 1998 dalam Rabuli, 2008:12,
Upaya pemerintah desa dalam meningkatkan pelayanan publik, Universitas
tribhuwana tunggadewi, Malang.
Oekarson,
Ronald J.1989.”Governnance structure for Enhancing Accountability and
Responiveness”
Kartanegara,Diana.(2003).StrategiMembangunEksekutif.[Online].Tersedia:
http://www.pln.co.id/fokus/ArtikelTunggal.asp?ArtikelId=
268
Nisjar, 1997:72 dalam
Drs, Sugeng Rusmiwari, M.si, 2009:12, Resposibilitas dan akuntabilitas perilaku arogansi legislatif dan sikap
apatisme masyarakat dalam kepemimpinan visioner dan integratif menuju pelayanan
publik (prima) kerakyatan, Universitas Tribhuwana Tunggadewi,
Malang
Kartanegara,
Diana. (2003). Strategi Membangun Eksekutif. [Online]. Tersedia: http://www.pln.co.id/fokus/ArtikelTunggal.asp?ArtikelId=
268
Dubnick,Melvin.
J.2002. Seeking Salvation for Acclountability,Paperwork. Boston : American
Political Science Assotation
Moenir 1998 dalam Rabuli, 2008:12, Upaya pemerintah
desa dalam meningkatkan pelayanan publik, Universitas tribhuwana
tunggadewi, Malang.
Tentang Visi Indonesia Masa
Depan. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat RI No.VII/MPR/2001
tanggal 9 November 2001,.
Sugiono,2000. Prosedur penelitian,Jakarta,PT . Rineke cipta
Stoker,G. 1998. Governance as theory
: Five proposition.International Social Science Journal, 50 (1) ; 17-28
Islamy 1994 dalam Rabuli, 2008:10, Upaya
pemerintah desa dalam meningkatkan pelayanan publik, Universitas tribhuwana
tunggadewi, Malang
Kotle, 2006, Reformasi Pelayanan Publik, Jakarta,, PT. Bumi Aksara,
Moh Nazir, Ph.D.(2003), Metode
Penelitian,Jakarta,Ghalia Indonesia
Millah, Saeful.
(2003) Perubahan Birokrasi Secara Menyeluruh. Harian
Umum Pikiran Rakyat.
Edisi Kamis, 13 Februari 2003
Sampara,2006,Reformasi Pelayanan public,
Jakarta, PT. Bumi Kartika,
Prof.Dr. Suharsimi Arikunto,(2006:160)
Prosedur Penelitian suatu pandekatan, Jakarta, PT. Rineke Cipta
Fleishmen, Holpin, Winor,Hempil dan
Coous,2006,Reformasi pelayanan publik,Jakarta,PT. Bumi Aksara.
Anwar Ahoren(2011) Upaya Pemerintah Desa dalam mendorong
partisipasi Masyarakat dalam pembangunan Desa
Aristoteles, 2006, Metode penelitian Jakarta, Ghalia
Indonesia,
Prof.Dr. Suharsimi Arikunto,2002, prosedur nelitian,
Jakarta ,PT Rineke Cipta.
0 komentar:
Posting Komentar