Minggu, 19 Februari 2012

Bahan Seminar Rancangan Penelitian Mikel Inden


A. PENTINGNYA KEPEMIMPINAN VISIONER DALAM MENUNJANG PENYELENGARAAN AKUNTABILITAS PELAYANAN  PUBLIK
   (Studi kasus pada Kec. Lowokwaru Kota Malang)


Rancangan Penelitian (Bahan Seminar)
MIKEL INDEN


Pembimbing:
Sugeng Rusmiwari
Willy Tri Hardianto


B. Latar Belakang Masalah

Chaos theory memberikan satu pelajaran penting, berubah dan antisipasi perubahan. Praktek terbaik untuk dapat mengantisipasi perubahan yang cepat dalam dunia yang chaos salah satunya adalah melalui kepemimpinan visioner. Kepemimpinan yang memiliki visi kuat adalah tonggak penentu organisasi. Kepemimpinan visioner memiliki beberapa faktor integral, seperti kemampuan antisipasi, kecepatan, kecerdikan dan persepsi. Seluruh faktor tersebut dirangkum dalam sebuah ikatan gaya kepemimpinan yang komunikatif, coaching, terbuka, menjadi fasilitator, dan penumbuh motivasi. Faktor terakhir merupakan prasyarat bagi kepemimpinan visioner dalam mengajak seluruh anggota organisasi meraih visi organisasi. Tanpa kemampuan tinggi dalam menumbuhkan semangat dan motivasi melalui kesadaran kolektif, pencapaian visi dan keberlangsungan organisasi dipertaruhkan.
Kepemimpinan Visioner adalah suatu konsep yang dapat diuraikan terperinci dan dipahami melalui literatur dan teori. Namun arti yang lebih besar dari kepemimpinan adalah tindakan nyata, cara bekerja, dan serangkaian peristiwa. Pada bagian ini, kepemimpinan visioner dapat dilihat kerangka pergerakan, perubahan, dan waktu. Jelasnya, tindakan kepemimpinan visioner berbeda dari talking atau analyzing hal tersebut, media yang dipergunakan di sini akan menjadi sesuatu yang penting untuk ditulis. Hal ini menjadi penting bagi para pembaca bahwa memadukan apa yang terjadi dalam kenyataan dengan teori haruslah menjadi keharusan, karena kepemimpinan visioner tidak dinilai dari sudut pendekatan teoretis atau ideologi semata.
Harper (2001) menyatakan bahwa kepemimpinan menghadapi suatu era perubahan pesat atau "accelerating" perubahan. Karenanya, waktu merupakan faktor penting untuk menjadikan seorang pemimpin visioner. Guna menghadapi perubahan pesat ini dengan baik, pemimpin harus memiliki serangkaian kompetensi yang pokok seperti kemampuan antisipasi, kecepatan, agility dan persepsi.
Antisipasi berarti bahwa kepemimpinan visioner harus secara pro aktif mengamati lingkungan guna menemukan perubahan yang secara negatif maupun positif mempengaruhi organisasi. Pemimimpin harus secara aktif mendukung pekerja untuk bersiap setiap saat menghadapi perubahan pesat lingkungan dan, untuk mempertahankan pemimpin dan para manajer selalu menaruh perhatian atas hal tersebut. Menjadi “perceptive, nimble dan innovative” dalam lingkungan yang berubah pesat akan memberikan manfaat bagi organisasi. Sebagai tambahan, praktek menggunakan skenario “what if” menguntungkan bagi para pemimpin. Secara rutin, mempertimbangkan dan mendiskusikan kemungkinan seluruh skenario yang mungkin dapat terjadi pada masa depan,  menjaga pemimpin visioner untuk memfokuskan dan menyiapkan beragam kemungkinan. Penciptaan rencana-rencana darurat dapat berguna untuk beberapa skenario.
Harper (2001), dan para pengarang buku lain tentang kepemimpinan dan manajemen percaya bahwa speed merupakan faktor penting untuk mempertahankan posisi kompetitif, merespon secara kompetitif terhadap kebutuhan pelangan dan menghemat uang. (Grant and Gnyawali, 1995; McKenna, 1997; LeBoeuf, 1993; Reinhardt, 1997; Carnevale, 1990). Para ahli setuju bahwa perdagangan dan bisnis pada hari ini mencakup sektor jasa juga. Bergerak cepat dalam merespon kebutuhan konsumen di bidang jasa. Pemimpin visioner melihat kecepatan sebagai sebuah kemampuan yang harus dikuasai guna memuaskan konsumen yang menginginkan pelayanan atau pemenuhan kebutuhan seketika. Pelayanan yang cepat, bersahabat dan efisien merupakan contoh dari apa yang diinginkan oleh pelanggan terhadap pelayanan pemerintah. Teknologi informasi, pelayanan on-line melalui internet merupakan prasyarat bagi pemerintah dalam membentuk highest quality service. Hal ini menandakan, kecepatan pelayanan membantu pemerintah dalam meraih simpati dan kerja sama warga.
Kecerdikan (agility) merupakan istilah lain yang secara perlahan berhubungan dengan kepemimpinan visioner. The National Baldrige Program mendefinisikan hal kecerdikan “a capacity for rapid change and flexibility.” Harper (2001) mengatakan bahwa “agility is the ability to turn on a dime.” Kecerdikan merupakan kemampuan seorang pemimpin untuk melihat ke depan dalam kaitan dengan faktor apa yang terletak di depan bagi sebuah organisasi (perceptiveness). Hal ini juga termasuk kapasitas untuk mempersiapkan dan juga menjadi fleksibel, guna membuat perubahan atau penyesuian untuk menghilangkan ancaman dan mengambil keuntungan dari oportunitas.
Berbagai masalah penyelenggaraan pemerintah yang muncul,salah satunya dalam hal pelayanan publik , menjadi salah satu perhatian dan perlu untuk dianalisis ,serta dicari jalan keluarnya agar pengelenggaraan pelayanan publik di era otonomi daerah bisa berjalan baik ,efisen, dan efektik untuk memberikan pelayanan yang di harapakan masyarakat.Dalam menjalankan pengelolaan pemerintah daerah harus di sertai dengan tanggung jawab kepada publik sehingga memenuhi tingkat kepuasan masyarakat di daerah.
Selanjutnya mengingat tentingnya bahwa pada  setiap manusia membutuhkan pelayanan,bahkan secara ekstrem dapat di katakana bahwa pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia. Dan masyarakat setiap waktu menuntut pelayanan publik yang berkualitas, meskipun tuntutan itu seringkali tidak sesuai dengan apa yang di harapkan,karena secara empiris pelayanan publik yang terjadi  selama ini masih menampilkan ciri–ciri yang berbelit-belit,lambat,mahal, melelahkan,dan tidak transparan. Kecenderungan seperti itu terjadi karena masyarakat masih diposisikan sebagaipihak yang “melayani” bukan yang “dilayani”.Oleh karena itu pada dasarnya di butuhka suatu perubahan dalam bidang pelayanan pulik dengan mengembalikan dan mendudukan masyarakat sebagai pihak yang di layani pada pengertian yang sesungguhnya. Pelayanan yang seharusnya di tujukan pada masyarakat umum kadang menjadi pelayan masyarakat terhadap Negara.
            Maka  di era otonomi daerah saat ini, untuk membawa perubahan di bidang pelayanan publik yang selama ini masih memberikan kesan yang negatif dan mengecewakan masyarakat dengan modus yang tidak transparansi,akuntabilitas,kondisional,partisipasif,kesamaan hak,dan tidak keseimbangan.Maka untuk mengembalikan rasa kepercayaan masyarakat kembali pada pelayanan publik yang telah mematahkan tingkat kepuasan masyarakat tersebaut, maka tidak menutup kemungkinan di perlukan juga kepemimpin  visioner untuk memainkan perannya dalam  mereformasikan kembali pelayanan dengan mewujudkan komitmen akuntabilitas pelayanan pelayanan publik di era otonomi daerah saat ini agar dapat mengembalikan kembali rasa kepercayaan masyarakat dalam memperoleh pelayanan publik dan juga mampu mengutamakan tingkat kepuasan publik terhadap pelayanan yang di berikan demi mewujudkan visi yang akan di bangun yaitu menopang akuntabilitas pelayanan publik di era otonomi daerah yang telah memberikan peluang untuk masing-masing daerah mengurus kepentingan daerahnya sendiri sesuai dengan aspirasi- aspirasi dan kebutuhan masyarakt setempat dalam bidang pelayanan untuk meningkatkan kesejahtraan dan keharmonisan masyarakat. Guna menuju pada sistim pemerintahan yang good governance di era otonomi daerah sekarang ini.


C.        Perumusan Masalah
Bedasarkan latar belakang di atas maka peneliti merumuskan masalah yang akan diteliti adalah
1.      Bagaimana peranan kepemimpinan visioner di Kecamatan Lowokwaru Kota Malang?
2.      Bagaimana penyelenggaraan akuntabilitas pelayanan publik di Kecamatan Lowokwaru Kota Malang?
3.      Bagaimana peranan kepemimpinan visioner pada penyelenggaraan akuntabilitas pelayanan publik di Kecamatan Lowokwaru?

D.        Tujuan penelitian
Mengacu pada latar belakang di atas maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah
Ø  Untuk mengetahui dan mendeskripsikan kepemimpinan visoner di Kecamatan Lowokwaru
Ø  Untuk mengetahui dan mendiskripsikan akuntabilitas pelayanan publik di Kecamatan Lowokwaru
Ø  Untuk mengetahui dan mendiskripsikan pentingnya kepemimpinan visioner dalam menunjang akuntabilitas pelayanan publik di Kecamatan Lowokwaru.


E.        Manfaat Penilitian
            1.     Manfaat Toeritis
a.  Dapat menambah ilmu pengetahuan sebagai hasil dari pengamatan langsung serta dapat memahami penerapan disiplin ilmu yang di peroleh selain studi di perguruan tinggi.
b.   Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi bagi pembaca dan pihak-pihak yang berkepentingan dalam mengetahui penting kepemimpinan visioner dalam menunjang akuntabilitas pelayanan publik di Kecamatan Lowokwaru.


 2.       Manfaat Praktis
                       a.   Memberikan sumbangan pemikiran dan perbaikan pentingnya kepemimpinan visioner dalam menunjang akuntabilitas pelayanan publik di Kecamatan Lowokwaru
                      b.    Hasil penelitian ini dapat di gunakan untuk memberikan kontribusi yang komprehensif dan konstruktif dalam memahami dinamika wawasan pengetahuan tentang pengetahuan tentang pentingnya kepemimpinan visioner dalam menunjang akuntabilitas peyalanan publik di Kecamatan Lowokwaru.

                       
F.         KERANGKA DASAR TEORI

  1.       Kepemimipinan Visioner

            Kepemimpinan visioner, adalah pola kepemimpinan yang ditujukan untuk memberi arti pada kerja dan usaha yang perlu dilakukan bersama-sama oleh para anggota perusahaan dengan cara memberi arahan dan makna pada kerja dan usaha yang dilakukan berdasarkan visi yang jelas (Diana Kartanegara, 2003).

Kepemimpinan Visioner memerlukan kompetensi tertentu. Pemimipin visioner setidaknya harus memiliki empat kompetensi kunci sebagaimana dikemukakan oleh Burt Nanus (1992),  yaitu:
Ø    Seorang pemimpin visioner harus memiliki kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif dengan manajer dan karyawan lainnya dalam organisasi. Hal ini membutuhkan pemimpin untuk menghasilkan “guidance, encouragement, and motivation.”
Ø    Seorang pemimpin visioner harus memahami lingkungan luar dan memiliki kemampuan bereaksi secara tepat atas segala ancaman dan peluang. Ini termasuk, yang plaing penting, dapat "relate skillfully" dengan orang-orang kunci di luar organisasi, namun memainkan peran penting terhadap organisasi (investor, dan pelanggan).
Ø    Seorang pemimpin harus memegang peran penting dalam membentuk dan mempengaruhi praktek organisasi, prosedur, produk dan jasa. Seorang pemimpin dalam hal ini harus terlibat dalam organisasi untuk menghasilkan dan mempertahankan kesempurnaan pelayanan, sejalan dengan mempersiapkan dan memandu jalan organisasi ke masa depan (successfully achieved vision).
Ø    Seorang pemimpin visioner harus memiliki atau mengembangkan "ceruk" untuk mengantisipasi masa depan. Ceruk ini merupakan ssebuah bentuk imajinatif, yang berdasarkan atas kemampuan data untuk mengakses kebutuhan masa depan konsumen, teknologi, dan lain sebagainya. Ini termasuk kemampuan untuk mengatur sumber daya organisasi guna mempersiapkan diri menghadapi kemunculan kebutuhan dan perubahan ini.
Kesimpulan, Kepemimpinan visioner adalah seorang  pemimpin yang memiliki kemampuan berkomunikasi secara efektif baik bersifat vertical maupun horizontal karena pemimpin adalah pemandu dan juga motivator dan juga mampu memahami lingkungan luar dan mampuh memiliki kemampuan berinteksi secara tepat dan juga memegang peran penting dalam membentuk dan mempengaruhi praktek organisasi,prosedur,produk, jasa agar pemimpin dapat menghasilkan kesempurnaan pelayanan.
2.      Akuntabilitas
Dubnick (1998) istilah akuntabilitas berasal dari bahasa Prancis lama”Comptes render” yang berarti memberikan laporan. “ Pemerintah dikatakan akuntabel,jika warga masyarakat bisa melihat perwakilan dari pemerintah yang tidak representative dan bisa menyetujui perwakilan dengan benar” (Manin,dan Stokers,1999). Berakuntabilitas berarti harus memberikan jawaban atas ketidakgiatan dan menerima sangsi,(bergantung pada jawabannya),baik  posotif maupun negatif (Okarson 1989). Dapat di simpulkan bahwa akuntabilitas adalah suatu tindakan yang di pertanggungjawabkan atas apa yang di lakukan atau kerjakan kepada masyarakat agar kegiatan yang di lakukan itu di ketahui dan dapat di percaya oleh publik.

3.         Pelayanan Publiik
Pelayanan publik oleh Moenir 1998 dalam Rabuli, 2008:12, diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh seorang atau sekelompok orang dengan landasan factor materiil melalui sistem, prosedur dan metode tertentu dalam rangka usaha memenuhi kepentingan orang lain sesuai dengan haknya.Sedangkan Kotle (2006) mengatakan bahwa pelayanan publik adalah setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau suatu kesatuan, dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik.Selanjutnya Sampara 2006: 5 berpendapat bahwa suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antara seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik. Menurut Siagian 1992 dalam Rabuli, 2008:12, mendefinisikan pelayanan masyarakat sebagai aktifitas yang dilakukan utuk memberikan jasa-jasa dan kemudahan kepada masyarakat.
                        Kesimpulan bahwa pelayanan publik adalah  suatu kegiatan pelayanan  yang di berikan oleh seseorang atau kelompok yang ingin memenuhui setiap kebutuhan masyarakat dengan mengutamakan kepuasan Pelanggang demi mendatangkan ke untungan  kepada masyarakat terhadap pelayanan yang di berikan tersebut.

4.        Akuntabilitas Pelayanan Publik
Akuntabilitas secara tidak langsung menyatakan bahwa pegawai pemerintah harus bertanggungjawab terhadap publik. Akuntabilitas melengkapi responsibilitas dalam penekanan yang berbeda. Akuntabilitas menyatakan bahwa publik melakukan control yang kuat kepada pegawai yang dipilih melalui voting dan cara-cara yang ditentukan. Pertanggungjawaban tentang sifat, sikap, perilaku dan kebijakan dalam kerangka menjalankan tugas dan tanggungjawab kepada publik, menurut ilmu administrasi disebut akuntabilitas.
            Akunhtabilitas diterapkan untuk mengukur apakah dana publik telah digunakan secara tepat untuk  tujuan dimana dana publik tadi ditetapkan dan tidak digunakan secara ilegal (Hatry, 1980:164 dalam Drs, Sugeng Rusmiwari, M.si, 2009:12).
Akuntabilitas sebagai checks dan balaces dalam sistem administrasi, Candler dan Palno, 1982:107. Akuntabilitas disini berarti menyelenggarakan perhitungan terhadap sumber daya atau kewenangan yang digunakan. Akuntabilitas menekankan pada formalisasi dan legalisasi oleh karena itu, akuntabilitas ditekankan pada responsibilitas dan kemampuan untuk mencapai tujuan kebijakan secara efisien dan efektif (Levine et al 1990:191 dalam Drs, Sugeng Rusmiwari, M.si, 2009:12).
Menurut The Oxfor Advance Leaner’s Dictionary yang dikutip oleh Lembaga Administrasi Negara, 2000:21 dalam Drs, Sugeng Rusmiwari, M.si, 2009:12, diartikan sebagai sesuatu yang diperlukan atau diharapkan untuk memberikan penjelasan atas apa yang telah ditentukan.
Nisjar, 1997:72 dalam Drs, Sugeng Rusmiwari, M.si, 2009:12, menjelaskan akuntabilitas sebagai kewajibanbagi aparatur pemerintahan untuk bertindak selaku penanggung gugat atas segala tindakan kebijakan yang ditetapkannya. Jadi akuntabilitas disebut juga sebagai tanggungjawab yang bersifat objektif.
Istilah Pelayanan dalam kamus besar Bahasa Indonesia (1996), di artikan sebagai :
a.  Perihal atau cara melayani
b.  Usaha melayani kebutuhan orang lain dengan memperoleh imbalan (uang atau  jasa),
c.  Kemudahan yang diberikan sehubungan dengan jual beli barang atau jasa.
            Menurut Islamy 1994 dalam Rabuli, 2008:10, pengertian publik, secara tradisional tidak langsung diartikan  semata-mata bersifat kelembagaan akan tetapi lebih dari itu, yaitu dalam hubungannya dengan beberapa besar pengaruh atau kaitan lembaga tersebut dengan kepentingan publik (masyarakat). Dalam hal ini berarti bahwa dalam keadaan bagaimana pun, pemerintah atau instansi pemerintah atau organisasi baru dapat memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya melalui pemberian kemudahan kepada masyarakat selaku pihak-pihak yang harus dilayani tanpa membedakan antara satu dengan yang lain.
Pelayanan publik oleh Moenir 1998 dalam Rabuli, 2008:12, diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh seorang atau sekelompok orang dengan landasan factor materiil melalui sistem, prosedur dan metode tertentu dalam rangka usaha memenuhi kepentingan orang lain sesuai dengan haknya.Menurut Siagian 1992 dalam Rabuli, 2008:12, mendefinisikan pelayanan masyarakat sebagai aktifitas yang dilakukan utuk memberikan jasa-jasa dan kemudahan kepada masyarakat.
Kesimpulan akuntabilitas pelayanan publik yaitu merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh aratur pemerintah sebagai pihak penanggung jawab untuk memberikan penjelasan terhadap kegiatan yang dilakukan untuk memberikan jasa-jasa dengan kemudahan bagi masyarakat.

6.         Hipotesis
            Menurut Prof.Drs.Sutris Hadi MA, Hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara tehadapa permasalahan penelitian,dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan.Trelease (1960 :182) Hipotesis adalah sebagai suatu keterangan yang sementara suatu fakta dapat di amati. Kesimpulan Hipotesis adalah pertanyaan yang bersifat sementara dan dengan mendapat keterangan atau jawaban sementara dari bentuk pertanyann yang di ajukan oleh peneliti.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan rumusan hipotesis (Ha)
1.      Jika Kepemimpinan Visioner baik maka penyelenggaraan akuntabilitas pelayanan publik pun baik
2.      Jika Akuntabilitas pelayanan publik baik maka pelaksanaan kepemimpinan visioner pun baik

III.       METODE PENELITIAN
Secara umum kata Metode mengandung pengertian sebagai suatu cara kerja. Koentjaraningrat dalam bukunya metode penelitian masyarakat (1990: 10), memberi baatasan secara ilmiah sebagai berikut: “metode menyangkut cara kerja yaitu cara kerja untuk memahami suatu objek yang menjadi sasaran umum yang bersangkutan”.
Menurut Marzuki (1987: 5), mendefinisikan bahwa: penelitian adalah suatu usaha untuk memperoleh fakta-fakta atau prinsip-prinsip (menemukan, mengembangkan, menguji kebenaran, dengan cara atau kegiatan menyimpulkan, mencatat dan menganalisa data, informasi, keterangan hakekaatnya metode penelitian adalah suatu cara yang digunnakan untuk mengumpulkan, mencatat dan menganalisa data secara kritis, terencana dan sistematis yang tujuannya untuk memecahkan masalah. ( “Moh.Nazir,Ph.D,2003:35).Menurut Cooper dan Emory (1996, p.12), metode penelitian adalah langkah-langkah atau cara-cara penyelidikan sistematis yang ditujukan pada penyediaan informasi untuk menyelesaikan persoalan-persoala.Metode adalah pengejaran terhadap sesuatu untuk memperoleh sesuatu interelasi (B.Ostle 1975, “Moh.Nazir,Ph.D,2003:36).Metode adalah cara-cara untuk berpikir dan berbuat sesuatu yang disiapkan dengan baik-baik untuk mengadakan penelitian dan untuk mencapai suatu tujuan penelitian.
Dapat di simpulkan bahwa metode penelitian adalah cara yang di lakukan untuk mencari tahu pokok-pokok permsalahan yang akan di amati dengan mempersiapkan solusi dalam penyelesaian permasalahan tersebut.

3.1       Jenis Penelitian
                        Penelitian merupakan suatu proses yang panjang, berawal dari minat untuk mengetahui fenomena tertentu dan selanjutnya berkembang menjadi gagasan teori atau pemilihan metode penelitian yang sesuai dan seterusnya. Menurut Nasution (1988:5). Metode pendekatan kuanlitatif pada hakekatnya ialah, untuk mengamati orang dalam lingkungan hidupnya,berinteraksi dengan mereka berusaha memahami bahasa dan tafsiranya tentang dunia sekitarnya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian yang bersifat deskriptif kuantitatif. Maka Nawawi (2005 : 3) (mengemukakan bahwa penelitian kuantitatif adalah suatu proses menghasilkan data berupa jawaban tertulis dari orang-orang atau responden dan perilaku yang di amati berdasarkan pernyataan tertulis.yang di peroleh melalui checklist, yang kemudian di isi oleh responden berdasarkan jawaban yang tersedia kemudian peneliti menghubungkan dengan keadaan atau fenomena yang sebenarnya dilapangan, yang berkaitan denga penelitian yang sedang di lakukan.
                        Kesimpulan penelitian kuantitatif adalah suatu pengumpulan data dari hasil sementara yang di peroleh dari pertnyaan –pertanyaan yang di ajukan oleh peneliti dalam bentuk checklist dari responden.
                        Metode deskriptif adalah suatu pendekatan yang mengarah pada keadaan atau individu-individu secara utuh (Robert Bogdan 2002:21).Metode deskriptif adalah suatu metode penelitian status kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi,suatu sistim pemikiran ,ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.
3.2       Lokasi penelitian
                        Yang dimaksudkan dengan lokasi penelitian adalah tempat dimana peneliti melakukan penelitian dan merupakan tempat peneliti dapat menangkap atau mengetahui sebenarnya  dari objek yang akan menjadi fokus penilitian. Maka lokasi yang akan menjadi tempat peneliti melekukan penelitian adalah di Kantor Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang.
3.3       Populasi dan  Sampel
                 Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto 1998:115). Suharsimi (1997) Populasi adalah keseluruhan dari objek penelitian.
Populasi adalah setiap subjek yang memenuhi yang telah di tetapkan.
Dapat di simpulkan bahwa populasi adalah subjek yang menjadi focus penelitian dari si peneliti dengan mendapatkan imformasi yang sebanyak-banyaknya.
Sedangkan Sample adalah bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan melalui sampling (Nursalam,2003:95). Sampel secara sederhana diartikan sebagai bagian dari populasi yang menjadi sumber data sebenarnya dalam suatu penelitian. Arti sampel adalah bagian dari populasi untuk mewakili seluruh populasi (Nawawi, 1983).
Sugiono,2006:90. Adapun teknik pengambilan sampel adalah ”Purposive Sampling” yang mana peneliti dengan sengaja menentukan anggota sampelya berdasarakan karakteristik dan pengetahuannya tentang populasi. Dapat di simpulkan bahwa sampel adalah sebagian dari populasi yang di teliti tersebut sebagai perwakilan.

Penelitian ini hanya dengan mempelajari dan mengamati sebagian dari kumpulan itu, populasi yang di maksud dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat dan aparat birokrasi di kecamatan Lowokwaru kota Malang.


3.4       Variabel dan Indikator
Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi pusat perhatian suatu penelitian (Arikunto1998: 99).(prof.suharmini,1998:99),variabel adalah sebagai sebuah konsep seperti halnya laki-laki dalam konsep jenis kelamin ,insap dalam konsep kesadaran.
v  Menurut Fred N.Kerlinger Variabel adalah simbol atau lambang yang padanyakita letakanbilangan atau nilai. (Fred N. Kerlinger.2004.Asas-AsasPenelitianBehavioral.GadjahMadaUniversity Press.Hal 49)
v  Menurut Moh. Nasir Variabel adalah ialah konsep yang mempunyai macam-macam nilai.(Moh.Nasir.2003.Metode Penelitian.Ghalia Indonesia:Jakarta.hal 123.)
v  Menurut Suharsimi Arikunto Variable adalah hal-halyang menjadi objek penelitian yang di tatap dalam suatu kegiatan penelitian yang menunjukan variasi, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. (Suharsimi Arikunto. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta, Jakarta. Hal.12).
v  Dapat di simpulkan bahwa variabel adalah  merupakan suatu pokok permasalahan yang hendak juga menjadi focus penelitian dari peneliti.


Dalam penelitian terdapat dua variabel yakni:
3.4.1     Variabel bebas
Yang merupakan variabel bebas dalam penelitian ini adalah Kepemimpinan Visioner yang di kutip dari halaman 6 di atas yakni:
Ø  Kemampuan berkomunikasi
Ø  Sebagai pemandu
Ø  Sebagai motivator
Ø  Memhami lingkungan
Ø  Kemampuan berinteraksi
Ø  Mempengaruhi
Ø  Menghasilkan Pelayanan
3.4.2        Variabel Terikat
Yang merupakan variabel terikat dalam penelitian in adalah akuntabilitas Pelayanan Publik yang di kutip dari halaman 7 di atas yakni:
Ø  Tindakan Pemerintah
Ø  Penanggung jawaban
Ø  Penjelasan kegiatan
Ø  Memberikan jasa
Ø  Kemudahan
Ø  Masyarakat

Hubungan antara variabel bebas, variabel terikat,dan.Maka peneliti menggunakan paradigm ganda sbb:
 



Keterangan
Untuk lebih memahami diagram di atas dapat di lihat dalam rumusan di bawa ini:
X,Y= Kepemimpinan Visioner  menunjang penyelengaraan  akuntabilitas pelayanan publik pelayanan
Y,X= Akuntabilitas pelayanan publik mendorong kepemimpinan visioner



3.5       Sumber Data
                 Sumber data adalah orang atau sesuatu yang termasuk didalamnya yang berkaitan dengan peristiwa yang dipilih untuk  dijadikan sebagai sumber data untuk mendapatkan dalam proses penelitian.
Klasifikasi sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1.      Sumber data primer: dimana data diperoleh langsung
2.      Sumber data sekunder: data yang diperoleh berasal dari masalah, dokumen, laporan hasil kegiatan pelaksanaan.

Sumber data dari penelitian ini adalah:

1.      Data primer

atau data yang diperoleh di lapangan yakni kata-kata dan tindakan dari orang-orang yang diamati melalui catatan tertulis atau melalui rekaman vidio, audio, tapes,pengambilan foto atau film (Moleong 2008: 157),dengan cara kuisioner/ daftar pertanyaan.
v   Menurut J. Supranto,M. A, Data primer yaitu data yang dikumpulkan sendiri oleh perorangan atau suatu organisasi langsung melalui objeknya.
(J.Supranto,M.A.Metode Riset Aplikasi dalam Pemasaran.Rineka Cipta.Jakarta.1997.Hal 6)
v   Menurut Burhan Bungin Data primer adalah yang langsung diperoleh dari sumber data pertama dilokasi penelitian atau objek penelitian.(Bungin Burhan.2006.Metodologi Penelitian Kuntitatif :Komunikasi,Ekonomi,dan Kebijakan Publik serta Ilmu Ilmu Sosial Lainnya.Jakarta :Kencana.hal 122)
v   Menurut  Bagong SubiantoData primer adalah data yang diperoleh langsung dari objek yang akan diteliti (responden) (Bagong Subianto & Sutinah.2005.Metode Penelitian Sosial : Berbagai Alternatif Pendekakatan.Jakarta :Kencana.Hal 55.)
v   Kesimpulan data primer adalah data yang di peroleh langsung dari tempat dimana peneliti melakukan penelitian tersebut, dengan cara wawancara ,domentasi,dan tatan tulis yang di peroleh langsung dari yang diteliti (responden).

2.      Data Sekunder

v   Menurut J. Supranto,M. A.Data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi berupa publikasi. (J.Supranto,M.A.Metode Riset Aplikasidalam Pemasaran.Rineka Cipta.Jakarta.1997.)
v   Menurut Burhan Bungin Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder dari data yang kita yang butuhkan.
(Bungin Burhan.2006.Metodologi Penelitian Kuntitatif :Komunikasi,Ekonomi,dan Kebijakan Publik serta Ilmu Ilmu Sosial Lainnya.Jakarta :Kencana.hal 122)
v   Menurut Bagong Subianto.Data sekunder adalah data yang diperoleh dari lembaga atau institusi tertentu.
(Bagong Subianto & Sutinah.2005.Metode Penelitian Sosial :Berbagai Alternatif Pendekakatan.Jakarta :Kencana.Hal 55.)
v   Data sekunder atau data tertulis yakni data dari sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi dan dokumen resmi (Moleong 2008: 159).Data primer.
v   Kesimpul data sekunder adalah data –data yang di peroleh dari data yang telah di olah di tempat penelitian seperti dokumen ,arsip yang di ambil oleh peneliti sebagai data yang di butuhkan dalam penelitian tersebut

3.6      Instrumen Penelitian
 Intrumen penelitian merupakan fasilitas yang di gunakan oleh peneliti dalam  mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih baik. Yang merupakan insttrumen penelitian dalam penelitian disini adalah:

3.6.1    Observasi      
Observasi adalah pengujian secara Internasional atau bertujuan sesuatu hal khususnya untuk maksud pengumpulan data.James,P.Chaplin,1981 “Dr Kartini Kartono”(1990: 157). Observasi adalah suatu alat yang bisa dijadikan bagi penelitian Ilmiah.M.Johada,M Deusch,and S.WCook,”(1990: 157). Observasi adalah sebagai pengumpulan data dalam Metodologi Researt Penelitian.CV.Good,A.S.Baar,and D.E. Scates “Dr Kartini Kartono”(1990: 158).Kesimpul bahwa observasi adalah fasilitis yang di gunakan untuk mencari dan mengumpulkan data didalam penelitian.
3.6.2    Kuesioner
                        Kuesioner adalah suatu teknik pengumpulan informasi yang memungkinkan analisis mempelajari sikap-sikap, keyakinan, perilaku,dan karakteristik utama beberapa orang didalam organisasi yang bisa terpengaruhi oleh sistem yang di ajukan atau oleh sistem yang sudah ada.(Aristoteles, 2006,29)
3.6.3    Dokumentasi
                        Domentasi adalah teknik pengumpulan data dengan mengumpulkan data-data yang sudah ada dalam bentuk dokumen..(Nazir, 2005:56)

3.7       Penyajian data
            Dalam penelitian ini, penyajian data yang di gunakan adalah deskriptif kualitatif. Penyajian data disajikan dengan 4 macam yaitu:
Ø  Tabulasi silang data primer dan data sekunder
Ø  Dalam bentuk kalimat
Ø  Dalam bentuk bagan, chart atau grafik.

3.8       Teknik Analisis Data
                        Analisis data merupakan kegiatan yang penting dan menentukan,pada tahap ini data di kerjakan dan di manfaatka sedemikian rupa sampai di simpulkan kebenarannya,agar dapat di pahami untuk menjawab persoalan yang akan di ajukan dalam penelitian.Teknik analisi data menurut Patton dan Maleong (2003:103) analisis data adalah ”proses mengatur urutan data mengorganisasi ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar ”
            Proses analisis data merupakan usaha untuk menemukan jawaban atas pertanyaan yang di peroleh dari hasil penelitian sebagaimana di kemukakan oleh Efendi dan maning, analisis data adalah usaha untuk jawaban atas pertanyaan yang diperoleh dari hasil penelitian. Menurut Milles dan Hubermen (1992:16-17),analisis data  kuantitatif terdiri dari tiga alur kegiatan yang secara bersamaan,yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi ,tetapi sebelum di lakukan tiga alur analisis ini hal pertama yang penting adalah pengupulan data.Jadi analisis data kuantitatif menggunakan alur kegiatan sebagai berikut:
1.      Pengumpulan data yaitu proses perolehan data dari hasil observasi,dokumen dan kuesioner
2.      Reduksi data yaitu dengan menajamkan , menggolongkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan vinalnya dapat ditarik dan di verifikasi.
3.      Penyajian data yaitu berupa kesimpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan penyambilan tindakan. Dengan melihat penyajian data dapat di pahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan
4.      Menerik kesimpulan / verifikasi yaitu data yang telah di peroleh di lapangan sedemikian rupa kemudian dilakukan analisis dan interprestasi terhadap data tersebut untuk memperoleh hasil yang diinginkan.

DAFTAR PUSTAKA (Perlu Revisi)

Stephen C. Harper. The Forward-Focused Organization: Visionary Thinking and Breakthrough Leadership to Create Your Company’s Future. New York, NY: AMACOM, American Management Association, 2001).
KEP/M.PAN/7.2003,Reformasi pelayanan public.Jakarta Bumi Aksara.
Moenir 1998 dalam Rabuli, 2008:12, Upaya pemerintah desa dalam meningkatkan pelayanan publik, Universitas tribhuwana tunggadewi, Malang.
Oekarson, Ronald J.1989.”Governnance structure for Enhancing Accountability and Responiveness”
Kartanegara,Diana.(2003).StrategiMembangunEksekutif.[Online].Tersedia: http://www.pln.co.id/fokus/ArtikelTunggal.asp?ArtikelId= 268
Nisjar, 1997:72 dalam Drs, Sugeng Rusmiwari, M.si, 2009:12, Resposibilitas dan akuntabilitas perilaku arogansi legislatif dan sikap apatisme masyarakat dalam kepemimpinan visioner dan integratif menuju pelayanan publik (prima) kerakyatan, Universitas  Tribhuwana Tunggadewi, Malang
Kartanegara, Diana. (2003). Strategi Membangun Eksekutif. [Online]. Tersedia: http://www.pln.co.id/fokus/ArtikelTunggal.asp?ArtikelId= 268
Dubnick,Melvin. J.2002. Seeking Salvation for Acclountability,Paperwork. Boston : American Political Science Assotation
Moenir 1998 dalam Rabuli, 2008:12, Upaya pemerintah desa dalam meningkatkan pelayanan publik, Universitas tribhuwana tunggadewi, Malang.

Tentang Visi Indonesia Masa Depan. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat RI No.VII/MPR/2001 tanggal 9 November 2001,.
Sugiono,2000. Prosedur penelitian,Jakarta,PT . Rineke cipta
Stoker,G. 1998. Governance as theory : Five proposition.International Social Science Journal, 50 (1) ; 17-28
Islamy 1994 dalam Rabuli, 2008:10, Upaya pemerintah desa dalam meningkatkan pelayanan publik, Universitas tribhuwana tunggadewi, Malang
Kotle, 2006, Reformasi Pelayanan Publik, Jakarta,, PT. Bumi Aksara,
Moh Nazir, Ph.D.(2003), Metode Penelitian,Jakarta,Ghalia Indonesia
Millah, Saeful. (2003)  Perubahan Birokrasi Secara Menyeluruh. Harian Umum Pikiran Rakyat. Edisi Kamis, 13 Februari 2003
Sampara,2006,Reformasi Pelayanan public, Jakarta, PT. Bumi Kartika,
Prof.Dr. Suharsimi Arikunto,(2006:160) Prosedur Penelitian suatu pandekatan, Jakarta, PT. Rineke Cipta
Fleishmen, Holpin, Winor,Hempil dan Coous,2006,Reformasi pelayanan publik,Jakarta,PT. Bumi Aksara.
Anwar Ahoren(2011) Upaya Pemerintah Desa dalam mendorong partisipasi Masyarakat dalam pembangunan Desa
Aristoteles, 2006, Metode penelitian Jakarta, Ghalia Indonesia,
Prof.Dr. Suharsimi Arikunto,2002, prosedur nelitian, Jakarta ,PT Rineke Cipta.








           

0 komentar:

Posting Komentar