Rabu, 17 April 2013

Pemimpin Yang Melayani

Pemimpin Yang Melayani

Bagi sebagian besar pemimpin di Indonesia, kepemimpinan sering diartikan sebagai jabatan formal yang memiliki konsekuensi medapatkan fasilitas dan pelayanan.
Meskipun banyak di antara pemimpin atau pejabat yang ketika dilantik mengatakan bahwa jabatan adalah sebuah amanah, namun dalam kenyataannya sedikit sekali  atau bisa dikatakan hampir tidak ada pemimpin yang sungguh-sungguh menerapkan kepemimpinan dari hati, yaitu kepemimpinan yang melayani.
Semua orang merasa sepakat bahwa yang mesti dipilih sebagai pemimpin mestinya adalah kandidat yang memenuhi criteria pemimpin sejati.
Kepemimpinan  sejati sering dikaitkan dengan kesempurnaan dalam berbagai hal, memiliki integritas, track record yang baik dalam pekerjaan, bertanggung jawab, visioner dan futurist, mampu mengakomodasi kepentingan yang berbeda, tidak rasialis, dan yang lebih penting lagi adalah memiliki keimanan yang diimplementasikan dalam kehidupan sehariannya.
Semua hal ini dipadatkan dalam fungsi pelayanan, yakni melayani masyarakat yang dipimpinnya untuk mencapai tujuan bersama yang dicita-citakan.
Pemimpin yang ideal adalah pemimpin yang bersedia  menjadi pelayanan masyarakat, bukan justru minta dilayani oleh masyarakat seperti yang selama ini banyak terjadi.
Karakter moral Islami masyarakat seorang pemimpin harus memenuhi criteria perilaku Islami seperti Shidiq (jujur), Amanah (bertanggung jawab), Tablig (menyampaikan apa yang harus disampaikan)  dan Fathonah (cerdas).
Kepemimpinan dianggap sebagai kontrak psikologis antara pemimpin dengan para pengikutnya yang menjamin bahwa dia (pemimpin) akan berusaha sebaik mungkin untuk membimbing, menjaga dan memperlakukan mereka secara adil.
Dua peran utama dalam kepemimpinan menurut perspektif Islam adalah pemimpin sebagai pelayanan (servant leader) dan pemimpin sebagai pelindung/wali (guardian leader).
Sumber:
Fuad Nashori, 2009, Psikologi Kepemimpinan, Penerbit Pustaka Fahma, Yogyakarta, hal. 1-4.

   

0 komentar:

Posting Komentar