Servant Leadership
Dalam kehidupan sosial, setiap individu memiliki sebuah
jendela (status) yang melaluinya mereka akan memandang orang lain dan dipandang
oleh orang lain.
Menurut Gulen, 2005, jika jendela itu dibangun lebih tinggi
dari pada kedudukan riil mereka, maka orang
juga cenderung akan kea rah
mencoba untuk membuat diri mereka lebih tinggi sampai kea rah kesombongan dan
mengawang di udara.
Jika jendela di-set lebih rendah dari kedudukan riil mereka,
mereka harus merendahkan hati untuk mencari, untuk melihat segala sesuatu, dan
untuk dilihat orang lain.
Kesederhanaan atau kerendahan hati adalah ukuran dari
kebesaran seseorang, sebagaimana halnya kesombongan adalah ukuran dari karakter
yang rendah.
Sebuah pepatah yang dikenal secara luas ……. adalah “Orang
yang paling hebat / besar adalah orang yang paling rendah hati” (Gulen, 2005),
artinya kerendahan hati adalah aspek yang terpenting dalam pelayanan seorang
pemimpin.
Pemimpin masyarakat adalah seseorang yang melayani
masyarakat.
Prinsip kepemimpinan ini juga telah ditulis ratusan tahun
lalu di tembok balai kota Den Bosh di Belanda “People can only be led by
serving them”.
Greenleaf (1904-1990) adalah ilmuwan yang memperkenalkan
ulang konsep kepemimpinan ini ditahun 1970-an.
Greenleaf menyatakan “The servant leader is serving them”.
Dimulai dengan adanya perasaan alami bahwa dia ingin
melayani.
Pemimpin yang melayani juga tercermin dari nasihat Ki Hajar
Dewantoro, yaitu ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri
handayani.
Keteladanan sangat diperlukan dalam hal ini, sehingga pihak
yang dipimpin memperoleh contoh-contoh yang baik dan merasa dimanusiakan.
Memanusiakan manusia menjadi kata kunci dalam kepemimpinan
yang melayani.
Sumber:
Fuad Nashori, 2009, Psikologi Kepemimpinan, Penerbit Pustaka
Fahma, Yogyakarta, hal. 5-7.
0 komentar:
Posting Komentar