Rabu, 17 April 2013

Servant Leadership



Servant Leadership

Dalam kehidupan sosial, setiap individu memiliki sebuah jendela (status) yang melaluinya mereka akan memandang orang lain dan dipandang oleh orang lain.
Menurut Gulen, 2005, jika jendela itu dibangun lebih tinggi dari pada kedudukan riil mereka, maka orang  juga cenderung akan  kea rah mencoba untuk membuat diri mereka lebih tinggi sampai kea rah kesombongan dan mengawang di udara.
Jika jendela di-set lebih rendah dari kedudukan riil mereka, mereka harus merendahkan hati untuk mencari, untuk melihat segala sesuatu, dan untuk dilihat orang lain.
Kesederhanaan atau kerendahan hati adalah ukuran dari kebesaran seseorang, sebagaimana halnya kesombongan adalah ukuran dari karakter yang rendah.
Sebuah pepatah yang dikenal secara luas ……. adalah “Orang yang paling hebat / besar adalah orang yang paling rendah hati” (Gulen, 2005), artinya kerendahan hati adalah aspek yang terpenting dalam pelayanan seorang pemimpin.
Pemimpin masyarakat adalah seseorang yang melayani masyarakat.
Prinsip kepemimpinan ini juga telah ditulis ratusan tahun lalu di tembok balai kota Den Bosh di Belanda “People can only be led by serving them”.
Greenleaf (1904-1990) adalah ilmuwan yang memperkenalkan ulang konsep kepemimpinan ini ditahun 1970-an.
Greenleaf menyatakan “The servant leader is serving them”.
Dimulai dengan adanya perasaan alami bahwa dia ingin melayani.
Pemimpin yang melayani juga tercermin dari nasihat Ki Hajar Dewantoro, yaitu ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.
Keteladanan sangat diperlukan dalam hal ini, sehingga pihak yang dipimpin memperoleh contoh-contoh yang baik dan merasa dimanusiakan.
Memanusiakan manusia menjadi kata kunci dalam kepemimpinan yang melayani.
Sumber:
Fuad Nashori, 2009, Psikologi Kepemimpinan, Penerbit Pustaka Fahma, Yogyakarta, hal. 5-7.
  

0 komentar:

Posting Komentar