Siapa Syaithan itu ?
Para ‘ulama menjelaskan, syaithan berasal dari kata syathana, berarti jauh.
Jumhur ‘ulama mengambil akar kata syathana-yasthunu, jauh dari kebenaran atau menjauh dari rahmat Alloh Swt.
Pakar bahasa arab, Imam al-Jauhari, menjelaskan bahwa semua yang membangkang baik golongan jin, manusia maupun binatang – secara bahasa bias dianakan syaithan.
Syaikh Manshur Ali Nashif, menerangkan bahwa iblis, syaithan dan ifrit maknanya sama, yaitu jin yang sombong, yang senantiasa menggoda.
Keterangan berdasarkan ayat-ayat al-Qur’an:
Syaithan ialah kata generic yang menggambarkan sifat membangkang dan sifat suka mengajak pada kesesatan, menjauh dari kebenaran.
Dinamakan syaithan karena ia menjauhkan manusia dari kebenaran.
Hal ini dipertegas oleh pernyataannya sendiri yang terekam dalam al-Qur’an bahwa dirinya bersumpah akan menyesatkan manusia dari jalan Alloh yang lurus.
Karakter ini dapat melekat pada jin dan manusia (syaithan golongan jin dan manusia),
Dalil 1:
sebagaimana difirmankan Alloh Swt:
“Dari kejahatan (bisikan) syaithan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ked lam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia” (QS. Al – Nas [114]: 4-6)
Qatadah berkata, “Sesungguhnya dari golongan manusia terdapat syaithan dan dari golongan jin pun ada syaithan. Karena itu, kita berlindung dari mereka (al-Bahr al-Muhith, vol 8, 535, dalam Majalah al-Wa’ie no. 112, thn X, 1-31 Desember 2009).
Dalil 2:
“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaithan-syaithan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia)” (QS. Al-An’am [6]:112).
Dalil 3:
“Wahai Abu Dzar, berlindunglah pada Alloh dari gangguan syaithan manusia dan jin”. Aku bertanya “Wahai Rasululloh, apakah ada syaithan dari manusia ?” Beliau menjawab: “Ya”. (HR. Ahmad dari Abu Dzar no 20566, 20572, & Abu Umamah no 21257).
Sumber bacaan:
Ust. Irfan Ramadhan al-Raaqiy, Menyingkap Jin Dukun “Hitam Putih” di Indonesia, Percetakan Halim Jaya, Surabaya, 2011, hlm. 14-15.
0 komentar:
Posting Komentar