49 KONSEPSI UMUM DARI KEPEMIMPINAN
ETIS
Kepemimpinan etis merupakan
gagasan yang ambigu (bias) yang terlihat meliputi beragam elemen berbeda.
Amatlah berguna membuat sebuah perbedaan antara etis dari
seseorang pemimpin dengan etika dari jenis perilaku kepemimpinan tertentu (Bass
& Steindlmeier, 1999). Kedua jenis
etika itu sulit dievaluasi.
Beberapa criteria adalah relevan
untuk menilai pemimpin individual, termasuk nilai orang itu, tahapan
pengembangan moral, maksud sadar, kebebasan memilih, penggunaan perilaku etis
dan tidak etis, dan jenis pengaruhnya.
Para pemimpin yang terkenal
biasanya memiliki campuran antara kekuatan dan kelemahan dalam hubungannya
dengan criteria ini.
Satu kesulitan dalam mengevaluasi
moralitas dan masing-masing pemimpin adalah subyektivitas yang melekat dalam
menentukan criteria yang digunakan dan kepentingan relatifnya.
Penilaian mengenai etika dari
sebuah keputusan atau tindakan tertentu dengan standar moral (cara), dan
konsekwensi untuk diri sendiri dan orang lain (hasil).
Ketiga kriteria itu biasanya
dipertimbangkan saling berhubungan, dan masalah umumnya adalah batasan di mana
akhirnya membenarkan caranya.
Sebagai contoh, apakah penipuan
itu dibenarkan saat tujuannya adalah
membantu orang lain menghindari bahaya pribadi yang serius ?
Standar moral yang digunakan untuk
mengevaluasi caranya meliputi batasan di
mana perilaku pemimpin melanggar UU dasar masyarakat, menyangkal hak orang
lain, membahayakan kesehatan dan kehidupan dari orang lain, atau melibatkan
upaya untuk menipu dan mengeksploitasi orang lain demi keuntungan pribadi.
Contoh dari perilaku yang biasanya
dianggap tidak etis di bangsa-bangsa Barat adalah memalsukan infomrasi, mencuri
asset untuk penggunaan pribadi, menyalahkan orang lain untuk kesalahan yang
dibuatnya sendiri, memancing permusuhan yang tidak perlu dan rasa tidak percaya
di antara orang-orang, menjual rahasia kepada competitor, memperlihatkan sikap
favorit sebagai hasil suap, dan melakukan hal-hal yang sembrono yang mungkin
melukai orang lain.
Penilaian mengenai kepemimpinan
etis agar beragam lintas budaya, tetapi
para peneliti telah menemukan bahwa beberapa jenis perilaku pemimpin (misalnya,
mengeksploitasi pengikut) dianggap tidak tepat apapun budaya nasionalnya (Den
Hartog et al, 1999).
Sumber:
Gary Yukl, State University of New York at Albany,
Kepemimpinan Dalam Organisasi, Edisi Kelima, PT Indeks, Jakarta, 2010, h.
480-481.
0 komentar:
Posting Komentar