50
PERSPEKTIF BERBEDA MENGENAI KEPEMIMPINAN ETIS
Banyak pemikiran saat ini mengenai
kepemimpinan etis yang telah dipengaruhi oleh sarjana baru yang memandang
kepemimpinan dari perspektif yang lebih luas.
James Mc Gregor Burns, 1978, memformulasikan
sebuah teori mengenai kepemimpinan yang
mengubahkan dari penelitian deskriptif
mengenai para pemimpin politik.
Bagi Burn, peran atau fungsi
kepemimpinan utama adalah meningkatkan kesadaran mengenai masalah etis dan
membantu orang menyelesaikan nilai-nilai yang berkonflik.
Selanjutnya ia menjelaskan
kepemimpinan sebagai sebuah proses dimana “para pemimpin dan para pengikut
saling meninggikan yang lainnya ke tingkat moralitas dan motivasi yang lebih
tinggi.
Para pemimpin berusaha untuk
meninggikan kesadaran dari para pengikut dengan menarik idealisme dan nilai
moral seperti kebebasan, keadilan, kesetaraan, kedamaian, humanitarisme, bukan
emosi dasar seperti ketakutan, kerakusan, kecemburuan atau kebencian.
Para pengikut ditinggikan dari
“diri mereka sehari-hari” menjadi “diri mereka yang lebih baik”.
Kepemiminan seperti ini dapat
mempengaruhi rekan sejawat dan atasan dan juga bawahan.
Hal ini dapat terjadi dalam
tindakan keseharian orang biasa, tetapi bersifat tidak biasa atau umum.
Burns, menjelaskan kepemimpinan
sebagai sebuah proses, bukan sekumpulan tindakan berlainan.
Sebuah proses di mana para
pemimpin dan pengikut saling mempengaruhi saat berhubungan berevolusi seiring
waktu.
Kepemimpinan yang mengubahkan
adalah sebuah proses pengaruh antar-individual, tetapi juga sebuah proses
memobilisasi kekuasaan untuk mengubah system social dan institusi reformasi.
Pemimpin berusaha untuk membentuk,
memperlihatkan dan memeditasi konflik antara kelompok orang.
Konflik ini dapat berguna untuk
memobilisasi dan menyalurkan energy untuk mencapai sasaran ideologis bersama.
Jadi kepemimpinan yang mengubahkan
tidak hanya melibatkan peningkatan moral dari masing-masing pengikut, tetapi
juga upaya kolektif untuk mencapai reformasi social.
Dalam dalam prosesnya, baik
pemimpin maupun pengikut akan berubah.
Mereka akan mulai mempertimbangkan
bukan hanya apa yang baik untuk diri mereka sendiri, tetapi juga apa yang akan
menguntungkan lagi organisasi, komunitas dan bangsa mereka.
Sumber:
Gary Yukl, State University of New York at Albany,
Kepemimpinan Dalam Organisasi, Edisi Kelima, PT Indeks, Jakarta, 2010, h.
481-482.
0 komentar:
Posting Komentar