Doa
Sayyidul Istighfar
بسْمِ اللهِ الرّحْمَنِ الرّحيْم
اللّهُمَّ
أنْتَ رَبّى لاَ الَهَ الاّ أنت خَلَـقْـتَنىِ وَ أناَ عَبْدُكَ وَأناَ عَلَى
عَـهْدِكَ ووَعْدِكَ مَا اسْتـَطَـعْتُ أعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرّ مَا صَنَعْتُ
أبُوْءُ لَكَ بنِعْمَتِكَ عَلَىّ وَأبُوْءُ
بِذَنْبىِ فاَغْفِرْلىِ فَانّهُ لاَيغفِرُ الذّنوْبَ اِلاّ أنْتَ .
Allahumma
Anta rabbi, la ilaha illa Anta, khalaqtani, wa ana ‘abduka, wa ana ‘ala ‘ahdika
wa wa’dika mastatha’tu, a’udzu bika min syarri ma shana’tu, abu’u laka
bini’matika ‘alayya, wa abu’u bidzanbi, faghfirli, fa innahu la yaghfirudz
dzunuba illa Anta.
Ya Allah,
Engkaulah Tuhanku. Tidak
ada Tuhan selain Engkau. Telah Engkau ciptakan aku, Aku
adalah hamba-Mu. Aku tetap setia kepada janjiMu segenap kemampuanku. Aku mohon perlindungan
kepadamu agar terjaga dari kejahatan yang kulakukan. Aku datang kepada-Mu untuk
mensyukuri nikmat-Mu yang Engkau berikan
kepadaku dan mengakui dosa-dosaku. Maka ampunilah aku, sesungguhnya
tidak ada yang mengampuni dosa kecuali Engkau.
Doa tersebut di
atas dinamakan Sayyidul Istighfar. Hendaknya setiap pagi, sesudah salat
Subuh. Tersebut dalam hadits barang siapa yang membaca Sayyidul Istighfar
pada pagi hari, jika ia mati pada hari itu maka matinya itu sebagaimana keadaan
orang yang mati syahid. Artinya diampuni dosanya oleh Allah.
Kapan membacanya?
"Barangsiapa membacanya dengan yakin di waktu pagi lalu
ia meninggal sebelum masuk waktu sore, maka ia termasuk ahli Surga. Dan
barangsiapa membacanya dengan yakin di waktu sore lalu ia meninggal sebelum
masuk waktu pagi, maka ia termasuk ahli Surga." [HR. Al-Bukhari no.6306,
6323, Ahmad IV / 122-125, an-Nasa-i VIII / 279-280].
Kandungan maknanya?
Ini
adalah doa agung yang mencakup banyak makna : taubat, merendahkan diri
kepada Allah Tabaraka wa Ta’ala dan kembali menghadap kepada-Nya. Nabi
Shalallahu ‘alahi wa Sallam menamainya sebagai Sayyidul Istighfar (penghulu
istighfar), yang demikian itu karena melebihi seluruh bentuk istighfar
dalam hal keutamaan. Dan lebih tinggi dalam hal kedudukan.
Diantara
makna sayyid adalah orang yang melebihi kaumnya dalam hal kebaikan dan yang
berkedudukan tinggi dikalangan mereka.
Keutamaan
doa ini dibanding bentuk istighfar yang lain adalah :
- Nabi Shallalahu ‘alahi wasallam
mengawalinya dengan pujian kepada Allah dan pengakuan bahwa dirinya adalah
hamba Allah sebagai makhluk ciptaan-Nya (penetapan Tauhid Ar Rububiyyah), Dan
bahwa Allah adalah Al Ma’buud (sesembahan) yang haq dan tidak ada sesembahan
yang haq selainNya. Maka Dia adalah satu-satunya yang berhak diibadahi
dan ini merupakan realisasi Tauhid Al Uluhiyyah.
- Pernyataannya bahwa ia senantiasa
tegak diatas janji dan kokoh diatas ikatan berupa iman kepada Allah,
kitab-kitab-Nya, seluruh nabi dan rasul-Nya. Menjalankan segenap ketaatan
kepada Allah dan perintah-Nya. Ia akan menjalaninya sesuai kemampuan dan
kesanggupannya.
- Kemudian dia berlindung kepada
Allah Subhanahu Wa Ta’alaa dari seluruh kejelekan apa yang telah dia perbuat,
baik sikap kurang dalam menjalani apa yang Allah wajibkan baginya yaitu
mensyukuri nikmat-Nya ataupun berupa perbuatan dosa. Dalam hal ini Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam menisbatkan keburukan kepada diri beliau sendiri,
bukan kepada Allah Ta’alaa dan ini merupakan bentuk cara beradab kepada Allah,
meskipun kita yakin bahwa segala sesuatu baik yang baik maupun yang buruk
semuanya berasal dari Allah dan karena takdir-Nya.
- Kemudian ia mengakui akan nikmat
Allah yang terus datang beruntun dan anugerah-Nya serta pemberian -Nya yang
tiada pernah berhenti.
- Dan dia mengakui atas
dosa-dosanya, sehingga iapun lantas memohon ampunan kepada Allah Suhhanahu wa
Ta’ala dari itu semua dengan segenap pengakuannya bahwa tidak ada yang bisa
mengampuni segala dosa kecuali Allah Suhhanahu wa Ta’ala.
Ini
adalah paling sempurna apa yang ada pada sebuah doa. Kerana itu ia menjadi
seagung-agungnya bentuk istighfar dan yang paling utama dan paling luas
kandungan maknanya yang mesti akan mendatangkan ampunan bagi dosa-dosa.
Hanyalah
yang mengucapkan doa ini dan menjaganya yang akan memperoleh janji yang mulia
dan pahala serta ganjaran besar ini, karena ia telah membuka harinya dan
menutupnya dengan penetapan Tauhidullah baik Rububiyyah-Nya dan Ululhiyyah-Nya.
Dan pengakuan dirinya sebagai hamba yang siap menghamba dan persaksiannya terhadap
anugerah dan nikmat Allah.
Pengakuannya
dan kesadarannya akan kekurangan-kekurangan dirinya dan permohonan maaf dan
ampunan dari Dzat yang Maha Pengampun, diiringi dengan rasa tunduk dan rendah
dihadapan-Nya untuk senantiasa patuh dan taat kepada-Nya.
Ini
semua merupakan cakupan makna yang utama dan sifat yang mulia yang ia buka dan
tutup lembaran siangnya. Yang pantas bagi orang yang mengucapkan dan menjaganya
mendapat maaf dan ampunan, terbebas dari neraka dan masuk syurga.
Wallahu a’lam bisshowab.
Kita memohon kepada Allah Yang Maha
Mulia keutamaan dan anugerah-Nya.
(Lihat kitab
Fiqhul Ad’iyyah wal adzkar II/17-20. As Syaikh Abdur Rozaq bin abdil Muhsin Al
Badr. )
0 komentar:
Posting Komentar