Minggu, 27 Mei 2012

Doa Sayyidul Istighfar

Doa Sayyidul Istighfar

بسْمِ اللهِ الرّحْمَنِ الرّحيْم

 اللّهُمَّ أنْتَ رَبّى لاَ الَهَ الاّ أنت خَلَـقْـتَنىِ وَ أناَ عَبْدُكَ وَأناَ عَلَى عَـهْدِكَ ووَعْدِكَ مَا اسْتـَطَـعْتُ أعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرّ مَا صَنَعْتُ أبُوْءُ لَكَ بنِعْمَتِكَ عَلَىّ  وَأبُوْءُ بِذَنْبىِ فاَغْفِرْلىِ فَانّهُ لاَيغفِرُ الذّنوْبَ اِلاّ أنْتَ .


Allahumma Anta rabbi, la ilaha illa Anta, khalaqtani, wa ana ‘abduka, wa ana ‘ala ‘ahdika wa wa’dika mastatha’tu, a’udzu bika min syarri ma shana’tu, abu’u laka bini’matika ‘alayya, wa abu’u bidzanbi, faghfirli, fa innahu la yaghfirudz dzunuba illa Anta.

Ya Allah, Engkaulah Tuhanku. Tidak ada Tuhan selain Engkau. Telah Engkau ciptakan aku, Aku adalah hamba-Mu. Aku tetap setia kepada janjiMu segenap kemampuanku. Aku mohon perlindungan kepadamu agar terjaga dari kejahatan yang kulakukan. Aku datang kepada-Mu untuk mensyukuri nikmat-Mu yang Engkau berikan  kepadaku dan mengakui dosa-dosaku. Maka ampunilah aku, sesungguhnya tidak ada yang mengampuni dosa kecuali Engkau.

Doa tersebut di atas dinamakan Sayyidul Istighfar. Hendaknya setiap pagi, sesudah salat Subuh. Tersebut dalam hadits barang siapa yang membaca Sayyidul Istighfar pada pagi hari, jika ia mati pada hari itu maka matinya itu sebagaimana keadaan orang yang mati syahid. Artinya diampuni dosanya oleh Allah.

Kapan membacanya?
"Barangsiapa membacanya dengan yakin di waktu pagi lalu ia meninggal sebelum masuk waktu sore, maka ia termasuk ahli Surga. Dan barangsiapa membacanya dengan yakin di waktu sore lalu ia meninggal sebelum masuk waktu pagi, maka ia termasuk ahli Surga." [HR. Al-Bukhari no.6306, 6323, Ahmad IV / 122-125, an-Nasa-i VIII / 279-280].

Kandungan maknanya?
Ini adalah doa  agung yang mencakup banyak makna : taubat, merendahkan diri kepada Allah Tabaraka wa Ta’ala dan kembali menghadap kepada-Nya. Nabi Shalallahu ‘alahi wa Sallam menamainya sebagai Sayyidul Istighfar (penghulu istighfar), yang demikian itu karena  melebihi seluruh bentuk istighfar dalam hal keutamaan. Dan lebih tinggi dalam hal kedudukan.

Diantara makna sayyid adalah orang yang melebihi kaumnya dalam hal kebaikan dan yang berkedudukan tinggi dikalangan mereka.
Keutamaan doa ini dibanding bentuk istighfar yang lain adalah :




- Nabi Shallalahu ‘alahi wasallam mengawalinya dengan pujian kepada Allah dan pengakuan bahwa dirinya adalah hamba Allah sebagai makhluk ciptaan-Nya (penetapan Tauhid Ar Rububiyyah), Dan bahwa Allah adalah Al Ma’buud (sesembahan) yang haq dan tidak ada sesembahan yang haq  selainNya. Maka Dia adalah satu-satunya yang berhak diibadahi dan ini merupakan realisasi Tauhid Al Uluhiyyah.

- Pernyataannya bahwa ia senantiasa tegak diatas janji dan kokoh diatas ikatan berupa iman kepada Allah, kitab-kitab-Nya, seluruh nabi dan rasul-Nya. Menjalankan segenap ketaatan kepada Allah dan perintah-Nya. Ia akan menjalaninya sesuai kemampuan dan kesanggupannya.

- Kemudian dia berlindung kepada Allah Subhanahu Wa Ta’alaa dari seluruh kejelekan apa yang telah dia perbuat, baik sikap kurang dalam menjalani apa yang Allah wajibkan baginya yaitu mensyukuri nikmat-Nya ataupun berupa perbuatan dosa. Dalam hal ini Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menisbatkan keburukan kepada diri beliau sendiri, bukan kepada Allah Ta’alaa dan ini merupakan bentuk cara beradab kepada Allah, meskipun kita yakin bahwa segala sesuatu baik yang baik maupun yang buruk semuanya berasal dari Allah dan karena takdir-Nya.

- Kemudian ia mengakui akan nikmat Allah yang terus datang beruntun dan anugerah-Nya serta pemberian -Nya yang tiada pernah berhenti.

- Dan dia mengakui atas dosa-dosanya, sehingga iapun lantas memohon ampunan kepada Allah Suhhanahu wa Ta’ala dari itu semua dengan segenap pengakuannya bahwa tidak ada yang bisa mengampuni segala dosa kecuali Allah Suhhanahu wa Ta’ala.

Ini adalah paling sempurna apa yang ada pada sebuah doa. Kerana itu ia menjadi seagung-agungnya bentuk istighfar dan yang paling utama dan paling luas kandungan maknanya yang mesti akan mendatangkan ampunan bagi dosa-dosa.

Hanyalah yang mengucapkan doa ini dan menjaganya yang akan memperoleh janji yang mulia dan pahala serta ganjaran besar ini, karena ia telah membuka harinya dan menutupnya dengan penetapan Tauhidullah baik Rububiyyah-Nya dan Ululhiyyah-Nya. Dan pengakuan dirinya sebagai hamba yang siap menghamba dan persaksiannya terhadap anugerah dan nikmat Allah.

Pengakuannya dan kesadarannya akan kekurangan-kekurangan dirinya dan permohonan maaf dan ampunan dari Dzat yang Maha Pengampun, diiringi dengan rasa tunduk dan rendah dihadapan-Nya untuk senantiasa patuh dan taat kepada-Nya.

Ini semua merupakan cakupan makna yang utama dan sifat yang mulia yang ia buka dan tutup lembaran siangnya. Yang pantas bagi orang yang mengucapkan dan menjaganya mendapat maaf dan ampunan, terbebas dari neraka dan masuk syurga.

Wallahu a’lam bisshowab.
Kita memohon kepada Allah Yang Maha Mulia  keutamaan dan anugerah-Nya.
(Lihat kitab Fiqhul Ad’iyyah wal adzkar II/17-20. As Syaikh Abdur Rozaq bin abdil Muhsin Al Badr. ) 




0 komentar:

Posting Komentar