Ustadz
abu Hamzah
Agus
Hasan Bashori Lc., M.Ag
(Ketua
Lembaga Bina Masyarakat Malang)
Islam artinya adalah:
الاستسلامُ للهِ بالتوحيدِ،
والانقيادِ له بالطاعةِ، والبراءة مِنَ الشِّركِ وأهلِهِ؛ وهو ثلاثُ مراتبَ:
الإسلامُ، والإيمانُ، والإحسانُ، وكلُّ مرتبةٍ لها أركانٌ.
والدين، ما شرعه الله تعالى من الاحكام على لسان نبيه عليه الصلاة والسلام، سمي دينا لانا ندين له، أي ننقاد.(إعانة الطالبين)
والدين، ما شرعه الله تعالى من الاحكام على لسان نبيه عليه الصلاة والسلام، سمي دينا لانا ندين له، أي ننقاد.(إعانة الطالبين)
Berserah diri kepada Allah
dengan bertauhid kepada-Nya, tunduk kepada-Nya dengan menjalankan ketaatan dan
berlepas diri dari syirik dan pelakunya. Islam terdiri dari tiga tingkatan,
yaitu: Islam, Iman dan Ihsan. Masing-masing tingkatan memiliki rukun-rukun.
Tingkatan Pertama: Islam
Rukun Islam ada lima, yaitu:
bersyahadat laa ilaha illallah muhammad rasulullah, menegakkan shalat, membayar
zakat, menjalankan shoum Ramadhan, dan menunaikan haji ke Baitullah.
Dalil syahadat adalah firman Allah
ta’ala:
﴿شَهِدَ اللَّهُ
أَنَّهُ لا إِلَهَ إِلاَّ هُوَ وَالْمَلائِكَةُ وَأُوْلُوا الْعِلْمِ قَائِمًا
بِالْقِسْطِ لا إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ﴾[آل عمران:18]، ومعناها
لا معبودَ بحقٍّ إلا اللهُ وحده
“Allah bersaksi bahwa tidak ada
sesembahan yang berhak untuk disembah selain Dia, Yang menegakkan keadilan .
Para malaikat dan orang-orang yang memiliki ilmu (juga mengatakan yang demikian
itu). Tidak ada sesembahan yang berhak untuk disembah melainkan Yang maha
Perkas lagi Bijaksana.”(QS. Ali Imran: 18)
Makna kalimat laa ilaha illallah
adalah tidak ada sembahan yang berhak untuk disembah selain Allah.
(قوله:
وأشهد إلخ) أي أعترف بلساني وأذعن بقلبي أن لا معبود بحق موجود إلا الله.(إعانة
الطالبين)
ويتعين لفظ أشهد، فلا يقوم غيره مقامه
لان الشارع تعبدنا به.
قول البجيرمي أي أعلم وأذعن فلا يكفي
العلم من غير اذعان وهو تسليم القلب حقيقة ما علمه اه قوله: (أي لا معبود بحق) أي
في الوجود نهاية ومغني قول المتن (إلا الله) أي الواجب الوجود (حواشي شرواني)
Kalimat laa ilaha artinya meniadakan seluruh sesembahan
selain Allah. Kalimat illallah artinya menetapkan peribadatan hanya untuk
Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya sebagaimana juga tidak ada sekutu bagi Allah
dalam kekuasaan-Nya.
Tafsir kalimat laa ilaha illallah
diperjelasa dengan firman Allah ta’ala:
﴿وَإِذْ قَالَ
إِبْرَاهِيمُ لأَبِيهِ وَقَوْمِهِ إِنَّنِي بَرَاءٌ مِمَّا تَعْبُدُونَ (26)
إِلاَّ الَّذِي فَطَرَنِي فَإِنَّهُ سَيَهْدِينِ (27) وَجَعَلَهَا كَلِمَةً
بَاقِيَةً فِي عَقِبِهِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ﴾[الزخرف:26-28]،
“Dan ingatlah, ketika Ibrahim
berkata kepada bapaknya dan kaumnya,’Sesungguhnya aku berlepas diri dari segala
yang kalian sembah.(Aku hanya menyembah) Dzat yang telah menciptakanku.
Sesungguhnya Dia akan memberikan petunjuk kepada-Ku. Ibrahim menjadikan kalimat
tauhid itu sebagai kalimat yang kekal pada keturunannya. Mudah-mudahan mereka
kembali kepada kalimat tauhid tersebut.’”(QS.Az Zukhruf: 26-28)
Allah ta’ala berfirman:
Allah ta’ala berfirman:
﴿قُلْ يَا
أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ
أَلاَّ نَعْبُدَ إِلاَّ اللَّهَ وَلا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلا يَتَّخِذَ
بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُولُوا
اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ﴾[آل عمران:26]
“Katakanlah, hai ahli
kitab, kemarilah kepada kalimat yang tidak ada perselisihan antara kami dan
kalian, yaitu: Janganlah kita menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Janganlah
sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Rabb-Rabb selain Allah.
Kalau mereka berpaling, maka katakanlah: Persaksikanlah bahwa kami adalah orang
yang berserah diri.”(QS. Al Imran: 64)
Dalil tentang syahadat muhammad
rasulullah adalah firman Allah ta’ala:
“Sungguh telah datang seorang rasul kepada kalian dari kaum kalian sendiri. Dia merasakan berat penderitaan kalian, sangat menginginkan kalian (beriman dan selamat), amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.”(QS. At Taubah: 128)
“Sungguh telah datang seorang rasul kepada kalian dari kaum kalian sendiri. Dia merasakan berat penderitaan kalian, sangat menginginkan kalian (beriman dan selamat), amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.”(QS. At Taubah: 128)
Makna syahadat muhammad rasulullah
adalah menaati perintahnya, membenarkan kabar yang dibawanya, menjauhi segala
yang dilarang dan dicegahnya dan tidak beribadah kepada Allah melainkan dengan
tuntunan beliau.
Dalil tentang shalat, zakat dan
tafsir tauhid adalah firman Allah:
“Tidaklah mereka diperintahkan kepada Allah dengan menyerahkan ibadah hanya kepada-Nya dengan lurus, menegakkan shalat dan membayarkan zakat. Itulah agama yang lurus.” (QS. Al Bayyinah: 5)
Dalil tentang puasa adalah firman Allah ta’ala:
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian untuk mengerjakan shoum sebagaimana telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa.” (QS. Al Baqarah: 183)
Dalil tentang haji adalah firman Allah ta’ala:
“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah.” (QS. Ali Imran: 97)
“Tidaklah mereka diperintahkan kepada Allah dengan menyerahkan ibadah hanya kepada-Nya dengan lurus, menegakkan shalat dan membayarkan zakat. Itulah agama yang lurus.” (QS. Al Bayyinah: 5)
Dalil tentang puasa adalah firman Allah ta’ala:
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian untuk mengerjakan shoum sebagaimana telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa.” (QS. Al Baqarah: 183)
Dalil tentang haji adalah firman Allah ta’ala:
“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah.” (QS. Ali Imran: 97)
Tingkatan kedua: Iman
Iman memiliki tujuh puluhan cabang.
Cabang iman yang tertinggi adalah mengucapkan laa ilaha illallah. Sedangkan
cabang iman yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan. Malu
adalah salah satu cabang dalam iman.
Rukun iman ada enam: beriman kepada
Allah, para malaikat, kitab-kitab, para rasul-Nya, hari akhir dan beriman
kepada takdir baik dan buruk.
Dalil tentang keenam rukun di atas adalah firman Allah ta’ala:
Dalil tentang keenam rukun di atas adalah firman Allah ta’ala:
﴿لَيْسَ الْبِرَّ
أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَكِنَّ الْبِرَّ
مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَالْمَلائِكَةِ وَالْكِتَابِ
وَالنَّبِيِّينَ﴾[البقرة:177]، ودليلُ القَدَرِ قوله تعالى: ﴿إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ
خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ﴾[القمر:49].
“Bukanlah menghadapkan wajah
kalian kea rah timur dan barat itu suatu kebaikan, akan tetapi sesungguhnya
kebaikan itu adalah beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat,
kitab-kitab, dan nabi-nabi.” (QS. Al Baqarah: 177)
Dalil tentang beriman kepada takdir
yang baik dan buruk adalah firman Allah ta’ala:
“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu dengan takdir.” (QS. Al Qamar: 49)
“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu dengan takdir.” (QS. Al Qamar: 49)
Tingkatan ketiga: Ihsan
Ihsan merupakan rukun tersendiri.
Makna ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau
melihat-Nya; dan kalau engkau tidak bisa melihat-Nya maka sesungguhnya Allah
melihatmu. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala:
﴿إِنَّ اللَّهَ
مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُمْ مُحْسِنُونَ﴾[النحل:128]،
“Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat baik.”(QS. An Nahl:128)
Allah ta’ala berfirman:
﴿وَتَوَكَّلْ
عَلَى الْعَزِيزِ الرَّحِيمِ (217) الَّذِي يَرَاكَ حِينَ تَقُومُ (21
وَتَقَلُّبَكَ فِي السَّاجِدِينَ (219) إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ﴾[الشعراء:217-220]،
“(Allah) yang melihat kamu berdiri (untuk
shalat) dan (melihat) pula perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang
sujud.”(QS. Asy Syu’ara: 217-219)
Allah ta’ala berfirman:
Allah ta’ala berfirman:
﴿وَمَا تَكُونُ
فِي شَأْنٍ وَمَا تَتْلُوا مِنْهُ مِنْ قُرْآنٍ وَلا تَعْمَلُونَ مِنْ عَمَلٍ
إِلاَّ كُنَّا عَلَيْكُمْ شُهُودًا إِذْ تُفِيضُونَ فِيهِ﴾[يونس:61] الآية.
“Kalian tidak
berada dalam suatu keadaan , tidak membaca suatu ayat dari Al Qur-an dan kalian
tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atas kalian di
waktu kalian melakukannya.” (QS. Yunus: 61)
Dalil dari hadits Nabi adalah
hadits Jibril yang terkenal. Hadits itu diriwayatkan dari Umar bin Khotthob
radhiyallahu ‘anhu, dia mengatakan:
Pada suatu hari, tatkala kami duduk bersama Rasulullah saw datanglah seorang lelaki yang berpakaian sangat putih dan memiliki rambut yang sangat hitam. Bekas perjalanan jauh tidak tampak pada orang tersebut, namun tidak ada seorang pun dari kami yang mengenalnya. Dia lantas duduk di depan Nabi saw dan menyandarkan lututnya kepada lutut Nabi serta meletakkan telapak tangannya di atas paha Nabi.
Pada suatu hari, tatkala kami duduk bersama Rasulullah saw datanglah seorang lelaki yang berpakaian sangat putih dan memiliki rambut yang sangat hitam. Bekas perjalanan jauh tidak tampak pada orang tersebut, namun tidak ada seorang pun dari kami yang mengenalnya. Dia lantas duduk di depan Nabi saw dan menyandarkan lututnya kepada lutut Nabi serta meletakkan telapak tangannya di atas paha Nabi.
Lelaki itu mengatakan,”Wahai
Muhammad, kabarkanlah kepadaku tentang Islam.” Rasulullah saw menjawab,”Islam
itu adalah bersaksi Laa ilaha illallah dan Muhammad adalah Rasulullah,
menegakkan shalat, membayar zakat, menjalankan shoum Ramadhan dan menunaikan
haji ke Baitullah jika mampu menempuh perjalanan ke sana.” Lelaki itu
mengatakan,”Engkau benar.”
Kami terheran-heran dengan lelaki itu; dia bertanya namun dia juga yang membenarkan jawabannya. Lelaki itu kemudian berkata,”Kabarkanlah kepadaku tentang iman.” Rasulullah menjawab,”Beriman kepda Allah, malaikat, kitb-kitab, para rasul, hari akhir dan beriman dengan takdir yang baik dan buruk.” Lelaki itu berkata,”Engkau benar.”
Kami terheran-heran dengan lelaki itu; dia bertanya namun dia juga yang membenarkan jawabannya. Lelaki itu kemudian berkata,”Kabarkanlah kepadaku tentang iman.” Rasulullah menjawab,”Beriman kepda Allah, malaikat, kitb-kitab, para rasul, hari akhir dan beriman dengan takdir yang baik dan buruk.” Lelaki itu berkata,”Engkau benar.”
Lelaki itu berkata,”Kabarkanlah
kepadaku tentang ihsan.” Nabi menjawab,”Engkau beribadah kepada Allah
seolah-olah engkau melihat-Nya; dan kalau engkau tidak bisa melihat-Nya maka
sesunguhnya Allah meilhatmu.”
Lelaki itu berkata,”Kabarkanlah
kepadaku tentang hari kiamat.” Nabi menjawab,”Orang yang ditanya tidak lebih
tahu daripada orang yang bertanya.’ Lelaki itu bertanya lagi,”Kabarkanlah
kepadaku tentang tanda-tanda hari kiamat.” Nabi menjawab,”Bila seorang budak
wanita melahirkan tuannya, dan engkau melihat orang yang tidak beralas kaki,
telanjang dan miskin yang menggembalakan kambing saling berlomba meninggikan
bangunan.”
Umar berkata,”Lelaki itu kemudian
pergi dan aku pun diam sejenak. Nabi lantas berkata kepadaku,’Wahai Umar apakah
engkau tahu siapa orang yang bertanya tadi?’Aku menjawab,’Allah dan Rasul-Nya
lebih tahu.’Nabi berkata,’Lelaki itu adalah Jibril yang datang kepada kalian
untuk mengajarkan agama kepada kalian.”(HR. Muslim)
*****
Mohon maaf Ustadz saya masukan pada Blogg kami dengan harapan untuk nambah ilmu kami, amin.
0 komentar:
Posting Komentar