Minggu, 08 April 2012

Materi 22 E F K, Teori Sifat





MATERI  22


TEORI SIFAT (TRAIT THEORY)
Analisis ilmiah tentang kepemimpinan dimulai dengan memusatkan perhatiannya pada pemimpin ini sendiri.
Pertanyaan penting yang dicoba dijawab oleh pendekatan teoritis, ialah apakah sifat-sifat yang membuat seseorang itu disebut sebagai pemimpin ?

Teori awal tentang sifat ini dapat ditelusuri kembali pada zaman Yunani kuno dan zaman Roma.
Pada waktu itu orang percaya bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukannya dibuat.

Teori The Great Man menyatakan bahwa seseorang yang dilahirkan sebagai pemimpin akan  menjadi  pemimpin tanpa memperhatikan apakah ia mempunyai sifat atau tidak mempunyai sifat sebagai pemimpin.

Contoh  dalam sejarah ialah Napoleon.
Ia dikatakan mempunyai kemampuan alamiah sebagai pemimpin, yang dapat menjadikannya sebagai pemimpin besar pada setiap situasi.

Teori “Great Man” barang kali dapat memberikan arti lebih realistis terhadap pendekatan sifat dari pemimpin, setelah mendapat pengaruh dari aliran perilaku pemikir psikologi.

Adalah suatu kenyataan yang dapat diterima bahwa sifat-sifat kepemimpinan itu tidak seluruhnya dilahirkan, tetapi dapat juga dicapai lewat suatu pendidikan dan pengalaman.

Dengan demikian, perhatian terhadap kepemimpinan dialihkan menjadi sifat-sifat umum yang dipunyai oleh pemimpin, tidak lagi menekankan apakah pemimpin itu dilahirkan atau dibuat.

Oleh karena itu, sejumlah sifat-sifat seperti fisik, mental, kepribadian menjadi pusat perhatian untuk diteliti.
Hasil dari usaha penelitian yang begitu besar  pada umumnya dinilai tidak memuaskan.

Dari beberapa hal sifat kecerdasan kelihatannya selalu tampak pada setiap penelitian dengan suatu derajad konsistensi yang tinggi.
Sumber:
Miftah Thoha, Kepemimpinan dalam Manajemen, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2010, hlm. 32-33.


Suatu kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian kepemimpinan tersebut diketahui, bahwa:
-          Kecerdasan muncul pada 10 penelitian;
-          Inisiatif muncul pada 6 penelitian;
-          Keterbukaan dan perasaan humor  muncul pada 5 penelitian;
-          Antusiasme, kejujuran, simpati dan kepercayaan pada diri sendiri, muncul pada 4 penelitian;

Sumber:
Joe Kelley, Organizational Behavior, Reviced ed, Home-wood, Illionis, Richard D. Irwin, 1974, hlm. 363.

Ketika dikombinasikan dengan penelitian tentang sifat-sifat fisik, kesimpulannya ialah bahwa pemimpin-pemimpin hendaknya harus lebih besar dan cerdas dibandingkan dengan yang dipimpin.
Manakala pendekatan sifat ini diterapkan pada kepemimpinan organisasi, ternyata hasilnya menjadi gelap, karena banyak para manajer yang menolak.

Mereka beranggapan jika manajer mempunyai sifat-sifat kepemimpinan sebagaimana yang disebutkan dalam hasil penelitian itu maka manajer tersebut dikatakan sebagai manajer yang berhasil.
Padahal keberhasilan manajer tidak selalu ditentukan oleh sifat-sifat tersebut.

Tidak ada korelasi sebab-akibat dari sifat-sifat yang diamati dalam penelitian dengan keberhasilan seorang manajer.

Menyadari hal seperti  ini, bahwa tidak ada korelasi sebab akibat antara sifat dan keberhasilan manajer, maka Keith Davis merumuskan empat sifat umum yang tampaknya mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan organisasi.
Sumber :
Keith Davis, Human Behavior at Work, 4th.ed, New York, McGraw-Hill Bokk Company, 1972, hlm. 103-104.

1.       Kecerdasan:
Hasil penelitian pada umumnya membuktikan bahwa  pemimpin mempunyai tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang dipimpin.
Namun demikian, yang sangat menarik dari penelitian tersebut ialah pemimpin tidak bias melampaui terlalu banyak dari kecerdasan pengikutnya.
2.       Kedewasaan dan keluasaan hubungan social:
Pemimpin cenderung menjadi matang dan mempunyai emosi yang stabil, karena mempunyai perhatian yang luas terhadap aktivitas, aktivitas social.
Dia mempunyai keinginan menghargai dan dihargai.
3.       Motivasi diri dan dorongan berprestasi.
Para pemimpin secara relative mempunyai dorongan motivasi yang kuat untuk berprestasi.
Mereka bekerja berusaha untuk mendapatkan penghargaan yang intrinsic dibandingkan dari yang ekstrinsik.
4.       Sikap-sikap hubungan kemanusiaan.
Pemimpin-pemimpin yang berhasil mau mengakui harga diri dan kehormatan para pengikutnya dan mampu berpihak kepadanya.
Dalam istilah penelitian Universitas Ohio pemimpin mempunyai perhatian berorientasi pada karyawan bukan berorientasi pada produksi.

Sumber:
Miftah Thoha, Kepemimpinan dalam Manajemen, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2010, hlm. 33-34.

0 komentar:

Posting Komentar