MATERI
22
TEORI SIFAT
(TRAIT THEORY)
Analisis ilmiah tentang kepemimpinan dimulai dengan
memusatkan perhatiannya pada pemimpin ini sendiri.
Pertanyaan penting yang dicoba dijawab oleh pendekatan
teoritis, ialah apakah sifat-sifat yang membuat seseorang itu disebut sebagai
pemimpin ?
Teori awal tentang sifat ini dapat ditelusuri kembali pada
zaman Yunani kuno dan zaman Roma.
Pada waktu itu orang percaya bahwa pemimpin itu dilahirkan,
bukannya dibuat.
Teori The Great Man menyatakan bahwa seseorang yang
dilahirkan sebagai pemimpin akan menjadi
pemimpin tanpa memperhatikan apakah ia
mempunyai sifat atau tidak mempunyai sifat sebagai pemimpin.
Contoh dalam sejarah
ialah Napoleon.
Ia dikatakan mempunyai kemampuan alamiah sebagai pemimpin,
yang dapat menjadikannya sebagai pemimpin besar pada setiap situasi.
Teori “Great Man” barang kali dapat memberikan arti lebih
realistis terhadap pendekatan sifat dari pemimpin, setelah mendapat pengaruh
dari aliran perilaku pemikir psikologi.
Adalah suatu kenyataan yang dapat diterima bahwa sifat-sifat
kepemimpinan itu tidak seluruhnya dilahirkan, tetapi dapat juga dicapai lewat
suatu pendidikan dan pengalaman.
Dengan demikian, perhatian terhadap kepemimpinan dialihkan
menjadi sifat-sifat umum yang dipunyai oleh pemimpin, tidak lagi menekankan
apakah pemimpin itu dilahirkan atau dibuat.
Oleh karena itu, sejumlah sifat-sifat seperti fisik, mental,
kepribadian menjadi pusat perhatian untuk diteliti.
Hasil dari usaha penelitian yang begitu besar pada umumnya dinilai tidak memuaskan.
Dari beberapa hal sifat kecerdasan kelihatannya selalu
tampak pada setiap penelitian dengan suatu derajad konsistensi yang tinggi.
Sumber:
Miftah Thoha, Kepemimpinan dalam Manajemen, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2010, hlm. 32-33.
Suatu kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian
kepemimpinan tersebut diketahui, bahwa:
- Kecerdasan muncul pada 10 penelitian;
-
Inisiatif muncul pada 6 penelitian;
-
Keterbukaan dan perasaan humor muncul pada 5 penelitian;
-
Antusiasme, kejujuran, simpati dan kepercayaan
pada diri sendiri, muncul pada 4 penelitian;
Sumber:
Joe Kelley, Organizational Behavior, Reviced ed, Home-wood,
Illionis, Richard D. Irwin, 1974, hlm. 363.
Ketika dikombinasikan dengan penelitian tentang sifat-sifat
fisik, kesimpulannya ialah bahwa pemimpin-pemimpin hendaknya harus lebih besar
dan cerdas dibandingkan dengan yang dipimpin.
Manakala pendekatan sifat ini diterapkan pada kepemimpinan
organisasi, ternyata hasilnya menjadi gelap, karena banyak para manajer yang
menolak.
Mereka beranggapan jika manajer mempunyai sifat-sifat
kepemimpinan sebagaimana yang disebutkan dalam hasil penelitian itu maka
manajer tersebut dikatakan sebagai manajer yang berhasil.
Padahal keberhasilan manajer tidak selalu ditentukan oleh
sifat-sifat tersebut.
Tidak ada korelasi sebab-akibat dari sifat-sifat yang
diamati dalam penelitian dengan keberhasilan seorang manajer.
Menyadari hal seperti
ini, bahwa tidak ada korelasi sebab akibat antara sifat dan keberhasilan
manajer, maka Keith Davis merumuskan empat sifat umum yang tampaknya mempunyai
pengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan organisasi.
Sumber :
Keith Davis, Human Behavior at Work, 4th.ed, New
York, McGraw-Hill Bokk Company, 1972, hlm. 103-104.
1.
Kecerdasan:
Hasil penelitian pada umumnya membuktikan
bahwa pemimpin mempunyai tingkat
kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang dipimpin.
Namun demikian, yang sangat menarik dari
penelitian tersebut ialah pemimpin tidak bias melampaui terlalu banyak dari
kecerdasan pengikutnya.
2.
Kedewasaan dan keluasaan hubungan social:
Pemimpin cenderung menjadi matang dan
mempunyai emosi yang stabil, karena mempunyai perhatian yang luas terhadap
aktivitas, aktivitas social.
Dia mempunyai keinginan menghargai dan
dihargai.
3.
Motivasi diri dan dorongan berprestasi.
Para pemimpin secara relative mempunyai
dorongan motivasi yang kuat untuk berprestasi.
Mereka bekerja berusaha untuk mendapatkan
penghargaan yang intrinsic dibandingkan dari yang ekstrinsik.
4.
Sikap-sikap hubungan kemanusiaan.
Pemimpin-pemimpin yang berhasil mau mengakui
harga diri dan kehormatan para pengikutnya dan mampu berpihak kepadanya.
Dalam istilah penelitian Universitas Ohio
pemimpin mempunyai perhatian berorientasi pada karyawan bukan berorientasi pada
produksi.
Sumber:
Miftah Thoha, Kepemimpinan dalam Manajemen, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2010, hlm. 33-34.
0 komentar:
Posting Komentar