Minggu, 22 April 2012

Materi 30, Model Kepemimpinan Kontigensi

MODEL KEPEMIMPINAN KONTIGENSI

Teori ini diciptakan oleh Fred E. Fiedler
Sumber:
Richard N. Osborn, James G. Hunt, & Lawrence R. Jauch, Organization Theory An Integrated Approach, John Wiley & Sons, New York, 1980, p 457.

Tidak ada seseorang yang dapat menjadi pemimpin yang berhasil dengan hanya menerapkan satu macam gaya untuk segala situasi.
Pemimpin itu akan berhasil menjalankan kepemimpinannya apabila menerapkan gaya kepemimpinan yang berbeda untuk menghadapi situasi yang berbeda.
Adalah tidak mungkin untuk mengenali seseorang sebagai pemimpin yang baik dalam segala masa dan dalam segala situasi.
Lebih lanjut Fiedler  mengatakan, kami tidkdapat secara riil mengatakan tentang seorang pemimpin yang baik atau seorang pemimpin yang buruk melainkan hanya seseorang yang memerankan dengan baik dalam suatuu situasi tertentu situasi tertentu dan kurang baik dalam situasi yang lain.
Sumber:
James H. Donnelly, Jr. James L. Gibson, John M. Ivancevich, Fundamental of Management Selected Readings, Edisi ke 4, Bussiness Publications, Inc, 1981, p. 178.

EFEKTIVITAS KEPEMIMPINAN
Menurut Fiedler, ada 3 sifat situasi yang dapat mempengaruhi efektivitas kepemimpinan, yaitu hubungan pemimpin-anggota, derajat susunan tugas, dan kedudukan kekuasaan pimpinan.

TANDA SITUASI YANG MENGUNTUNGKAN BAGI PEMIMPIN
Adanya hubungan baik antara pemimpin dengan bawahan, pemimpin dapat menerima bawahan, begitu pula sebaliknya, terjalin hubungan serasi antara keduabelah pihak, terbina suasana persahabatan, tiada pertikaian, setiap perbedaan pendapat dapat diselesaikan dengan memuaskan kedua belah pihak, tugas-tugas yang harus  dilaksanakan oleh para bawahan tersusun dengan jelas, tiap-tiap orang memiliki perincian tugas yang jelas, wewenang dan tanggung jawab masing-masing tegas, tidak terjadi saling lempar tanggung jawab, kedudukan kekuasaan formal  pemimpin tegas dan kuat sehingga memudahkan usaha mempengaruhi bawahan.

TANDA SITUASI YANG TIDAK MENGUNTUNGKAN BAGI PEMIMPIN
Adanya hubungan yang renggang antara pemimpin dan bawahan, pemimpin ditolak oleh bawahan, demikian pula sebaiknya, selalu timbul pertentangan antara kedua belah pihak, perbedaan berlarut-larut tanpa penyelesaian, tugas-tugas yang akan dilaksanakan oleh para bawahan tidak jelas, tidak ada kepastian  tugas,  wewenang dan tanggung jawab kabur, mudah saling lempar tanggung jawab, kadang-kadang saling berebutan wewenang, kedudukan kekuasaan  formal pemimpin tidak tegas dan lemah sehingga menyulitkan pemimpin dalam usaha mempengaruhi bawahan.

Sumber:
Sutarto, Dasar-dasar, Kepemimpinan Administrasi, Gajah Mada University Press, 1986, h. 111-112.
                                                   

0 komentar:

Posting Komentar