MODEL
KEPEMIMPINAN KONTIGENSI
Teori ini diciptakan oleh Fred E. Fiedler
Sumber:
Richard N. Osborn, James G. Hunt, & Lawrence R. Jauch,
Organization Theory An Integrated Approach, John Wiley & Sons, New York,
1980, p 457.
Tidak ada seseorang yang dapat menjadi pemimpin yang
berhasil dengan hanya menerapkan satu macam gaya untuk segala situasi.
Pemimpin itu akan berhasil menjalankan kepemimpinannya
apabila menerapkan gaya kepemimpinan yang berbeda untuk menghadapi situasi yang
berbeda.
Adalah tidak mungkin untuk mengenali seseorang sebagai
pemimpin yang baik dalam segala masa dan dalam segala situasi.
Lebih lanjut Fiedler
mengatakan, kami tidkdapat secara riil mengatakan tentang seorang
pemimpin yang baik atau seorang pemimpin yang buruk melainkan hanya seseorang
yang memerankan dengan baik dalam suatuu situasi tertentu situasi tertentu dan
kurang baik dalam situasi yang lain.
Sumber:
James H. Donnelly, Jr. James L. Gibson, John M. Ivancevich,
Fundamental of Management Selected Readings, Edisi ke 4, Bussiness
Publications, Inc, 1981, p. 178.
EFEKTIVITAS
KEPEMIMPINAN
Menurut Fiedler, ada 3 sifat situasi yang dapat mempengaruhi
efektivitas kepemimpinan, yaitu hubungan pemimpin-anggota, derajat susunan
tugas, dan kedudukan kekuasaan pimpinan.
TANDA
SITUASI YANG MENGUNTUNGKAN BAGI PEMIMPIN
Adanya hubungan baik antara pemimpin dengan bawahan,
pemimpin dapat menerima bawahan, begitu pula sebaliknya, terjalin hubungan
serasi antara keduabelah pihak, terbina suasana persahabatan, tiada pertikaian,
setiap perbedaan pendapat dapat diselesaikan dengan memuaskan kedua belah
pihak, tugas-tugas yang harus
dilaksanakan oleh para bawahan tersusun dengan jelas, tiap-tiap orang
memiliki perincian tugas yang jelas, wewenang dan tanggung jawab masing-masing
tegas, tidak terjadi saling lempar tanggung jawab, kedudukan kekuasaan formal pemimpin tegas dan kuat sehingga memudahkan
usaha mempengaruhi bawahan.
TANDA
SITUASI YANG TIDAK MENGUNTUNGKAN BAGI PEMIMPIN
Adanya hubungan yang renggang
antara pemimpin dan bawahan, pemimpin ditolak oleh bawahan, demikian pula
sebaiknya, selalu timbul pertentangan antara kedua belah pihak, perbedaan
berlarut-larut tanpa penyelesaian, tugas-tugas yang akan dilaksanakan oleh para
bawahan tidak jelas, tidak ada kepastian
tugas, wewenang dan tanggung
jawab kabur, mudah saling lempar tanggung jawab, kadang-kadang saling berebutan
wewenang, kedudukan kekuasaan formal
pemimpin tidak tegas dan lemah sehingga menyulitkan pemimpin dalam usaha
mempengaruhi bawahan.
Sumber:
Sutarto, Dasar-dasar, Kepemimpinan Administrasi, Gajah Mada
University Press, 1986, h. 111-112.
0 komentar:
Posting Komentar