Validitas
Research Kuantitatif (Penilaian Kesahihan Riset Kuantitatif)
Ukuran kualitas riset terletak pada kesahihan atau validitas
data yang dikumpulkan selama riset.
Secara umum, validitas riset kuantitatif terletak pada
penentuan metodologinya, sedangkan untuk riset kualitatif terletak pada proses
sewaktu periset turun ke lapangan mengumpulkan data dan sewaktu proses analisis
– interpretative data.
Riset Kuantitatif:
1.
Validitas Internal;
-
Apakah alat ukur seseuai dengan yang diukur;
-
Pemilihan teori konsep;
-
Pengukuran konsep (reliabilitas): yaitu pada
definisi opersional;
2.
Validitas Eksternal;
-
Pemilihan sampel, apa sudah representative atau
belum, karena riset kuatitatif dimaksudkan untuk melakukan generalisasi hasil
riset, artinya temuan data pada kelompokj sampel tertentu dianggap meakili
populasi yang lebih besar.
Alasan Riset Tidak Valid:
1.
Alat ukurnya (instrument / kuaesioner) tidak
sesuai dengan apa yang akan diukur. Apakah mungkin menanyakan sikap orang tua,
tetapi yang ditanya anaknya ?
2.
Sampel seharusnya mewakili sasaran variabel yang
diteliti.
Riset
Kualitatif (konstruktivis) / (Penilaian Kesahihan Riset Kualitatif)
Biasanya terjadi sewaktu proses pengumpulan data dan
analisis-interpretasi data.
Jenis-jenisnya adalah:
1.
Kompetensi Subyek Riset;
2.
Trustworthiness;
3.
Intersubyektivity Agreement;
4.
Conscietization;
Kompetensi
Subyek Riset;
Artinya:
1. Subjek riset harus kredibel;
2. Caranya dengan menguji
jawaban-jawaban pertanyaan terkait dengan pengalaman subjek;
3. Bagi yang tidak mempunyai pengalaman
dan pengetahuan mengenai masalah riset, data dari subjek tersebut tidak
kredibel;
Trustworthiness;
1. Menguji kebenaran dan kejujuran
subjek dalam mengungkap realitas menurut apa yang dialami, dirasakan atau
dibayangkan
2. Trusworthiness, menyangkut 2 hal:
a. Authenticity;
b. Analisis Triangulasi;
Authenticity;
-
Memperluas
kostruksi personal yang dia ungkapkan;
-
Periset
memberi kesempatan dan memfasilitasi pengungkapan konstruksi personal yang
lebih detail, sehingga memengaruhi mudahnya pemahaman yang lebih mendalam;
-
Misalnya
periset member peluang subjek untuk bercerita panjang lebar tentang apa yang
dialaminya dalam konteks wawancara yang informal dan santai.
Analisis
Triangulasi;
-
Menganalisis
jawaban subjek dengan meneliti kebenarannya dengan data empiris (sumber data lain
dokumen yang ada);
-
Di
sini jawaban subjek di crass – check dengan dokumen yang ada;
-
Menuru
Dwidjowinoto (2002:9), ada beberapa macam triangulasi:
1. Triangulasi Sumber;
2. Triangulasi Waktu;
3. Triangulasi Teori;
4. Triangulasi Periset;
5. Triangulasi Metode;
Triangulasi
Sumber, yaitu:
a. Membandingkan atau mengecek ulang
derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh dari sumber yang berbeda;
b. Misalnya, membandingkan hasil
pengamatan dengan wawancara;
c. Membandingkan apa yang dikatakan umum
dengan yang dikatakan pribadi.
Triangulasi
Waktu;
a. Berkaitan dengan perubahan suatu
proses dan perilaku manusia, karena perilaku manusia dapat berubah setiap
waktu;
b. Karena itu periset mengadakan
observasi tidak hanya sekali.
Triangulasi
Teori;
a. Memanfaatkan dua atau lebih teori
untuk diadu atau dipadu;
b. Untuk itu diperlukan rangcangan
riset, pengumpulan data, analisis data yang lengkap supaya hasilnya
komprehensif.
Triangulasi
Periset;
a. Menggunakan lebih dari satu periset
dalam mengadakan observasi atau wawancara;
b. Karena masing-masing periset
mempunyai gaya, sikap dan persepsi yang berbeda dalam mengamati fenomena maka
hasil pengamatannya bias berbeda meski fenomenanya sama;
c. Pengamatan dan wawancara dengan
menggunakan dua periset akan membuat data lebih abash;
d. Sebelumnya mengadakan kesepakatan dalam mementukan
criteria atau acuan pengamatan dan wawancara;
e. Sebelumnya tim perlu mengadakan
kesepakatan dalam menentukan criteria atau acuan pengamatan dan wawancara;
f.
Kemudia
hasil pengamatan masing-masing ditemukan.
Triangulasi Metode;
1. Usaha mengecek keabsahan data atau
mengecek keabsahan temuan riset;
2. Dapat dilakukan dengan menggunakan
lebih dari satu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan yang sama.
Intersubyektivity
Agreement;
1. Semua pandangan, pendapat atau data
dari suatu subjek didialogkan dengan pendapat, pandangan atau data dari sujek
lainnya;
2. Tujuannya untuk menghasilkan titik
temu antar data (intersubjectivity agreement);
Conscietization;
1.
Adalah kegiatan berteori, ukurannya:
a.
Pendapat melakukan “blocking interpretation”;
b.
Mempunyai basis teoritis yang mendalam dan
kritik harus tanjam;
2.
Kegiatan berteori ini harus bias memaparkan dua
hal, yaitu:
a.
Historical situatedness (Ideographic);
Sesuaikan analisis dengan konteks social dan budaya serta konteks waktu
dan historis yang spesifik sesuai dengan kondisi di mana riset terjadi;
b.
Unity theory & praxis;
Memadukan
teori dengan contoh praktis.
Sumber:
Rachmat Kriyantono,Teknik Praktis, Riset Komunikasi,
Kencana, Jakarta, 2010, hlm. 70-73.