Jangan Putus Harapan dari Meraih Ampunan
بسم الله الرحمن الرحيم
Oleh: Ustadz Abu Abdillah Kediri hafizhahullah
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا
تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ
جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
“Katakanlah: “Wahai hamba-hamba-Ku
yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kalian
berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa
semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (Az-Zumar: 53)
Tidaklah ada seorang manusia kecuali
pasti pernah terjatuh dalam dosa dan kesalahan. Namun demikian, tidak
sepatutnya bagi anak cucu Adam putus harapan dan enggan memohon ampun
kepada Sang Khalik. Karena Dia pasti akan memberikan ampunan, walaupun
dosa-dosa manusia itu sebanyak buih di lautan. Siang dan malam
ampunan-Nya senantiasa terbentang, untuk hamba-Nya yang memohon ampun
dengan ketulusan. Itulah kemurahan Ar-Rahman, kepada hamba-Nya yang
beriman.
Ayat (dalam
surat Az-Zumar: 53) yang menjadi topik pembahasan kita kali ini
merupakan salah satu ayat yang menunjukkan betapa luasnya kasih sayang
Allah. Sebesar apapun dosa manusia, jika dia mau jujur untuk mengakui
kesalahannya, kemudian bertaubat kepada Allah dengan sebenar-benarnya
taubat, maka ampunan dan rahmat-Nya pasti akan diberikan kepada sang
hamba.
Sebab Turunnya Ayat
Shahabat ‘Abdullah bin ‘Abbas pernah
mengabarkan bahwa ada sekelompok orang dari kalangan musyrikin yang
telah melakukan banyak pembunuhan dan perzinaan. Kemudian mereka
mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengatakan kepada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sesungguhnya apa yang engkau katakan dan engkau dakwahkan sangat baik, kiranya engkau memberitahu kami apa yang bisa menjadikaffarah (penghapus dosa) atas perbuatan-perbuatan kami tersebut?”
Seketika itulah, Allah menurunkan ayat-Nya (yang artinya),
“Dan orang-orang yang tidak
beribadah kepada sesembahan yang lain (selain Allah) bersamaan dengan
beribadah kepada Allah, dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah
kecuali dengan alasan yang benar, dan tidak berzina. Barangsiapa yang
melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosanya.” (Al-Furqan: 68)
Dan ayat-Nya (artinya),
“Katakanlah: “Wahai hamba-hamba-Ku
yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kalian
berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa
semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (Az-Zumar: 53) (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Sebab turunnya ayat di atas menunjukkan
bahwa dosa-dosa besar yang telah mereka lakukan (kesyirikan, pembunuhan,
dan perzinaan) akan terhapus dengan meninggalkan perbuatan-perbuatan
tersebut, bertaubat, beriman setelah sebelumnya berada di atas kekufuran
dan kesyirikan, kemudian mengiringinya dengan amal shalih. Hal ini
sebagaimana ditegaskan dalam ayat setelahnya (artinya):
“Kecuali orang-orang yang bertaubat,
beriman dan mengerjakan amal shalih, maka kejahatan mereka diganti oleh
Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (Al-Furqan: 70)
Dengan demikian, terjawablah pertanyaan
mereka tersebut. Jadi, sebesar apapun dosa yang dilakukan, jangan
berputus asa untuk meraih ampunan-Nya. Tentang ayat 53 dalam surat
Az-Zumar ini, al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan,
“Ayat ini merupakan seruan kepada semua pelaku maksiat, baik dari
kalangan orang-orang kafir maupun selain mereka, untuk bertaubat dan
kembali kepada Allah. Ayat ini juga mengabarkan bahwa Allah akan
mengampuni semua dosa bagi orang yang bertaubat dan meninggalkan dosa
tersebut.” (Lihat Tafsir Ibnu Katsir)
Penjelasan Ayat
قُلْ
“Katakanlah.”
Ini perintah kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
umatnya yang mengemban dakwah dan menyeru umat manusia kepada
kebenaran. Mereka diperintah oleh Allah untuk mengatakan dan
menyampaikan kepada para hamba sebuah kalam-Nya yang suci:
يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ
“Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri.”
Yaitu hamba-hamba Allah subhanahu wa ta’ala yang
telah berbuat dosa dan maksiat. Dikatakan sebagai orang yang melampaui
batas terhadap diri mereka sendiri karena orang yang melakukan
kemaksiatan pada hakekatnya telah menjerumuskan diri mereka sendiri
kepada jurang kebinasaan. Mereka telah berbuat zalim dan aniaya terhadap
dirinya sendiri.
Firman-Nya,
لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ
“Janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah.”
Sehingga kalian tidak mengharap rahmat
dan ampunan-Nya. Jangan sampai kalian mengatakan, “Kesalahan-kesalahan
kami sudah terlampau banyak, dosa-dosa kami sudah sangat besar sehingga
tidak mungkin Allah akan mengampuni kami.” Atau ucapan semisal itu yang
menunjukkan keputusasaan dan rasa pesimis dari mendapatkan kasih
sayang-Nya. Sungguh sikap seperti ini justru akan semakin menumpuk dosa
dan melahirkan berbagai kejelekan, di antaranya:
Pertama, sikap seperti
ini akan menyebabkan seseorang terus-menerus berada dalam jurang
kemaksiatan. Ia tidak mau mengentaskan diri dan keluar dari jurang yang
membinasakan tersebut karena di hatinya sudah tertanam bahwa Allah tidak
akan mengampuni dosanya.
Kedua, sikap seperti ini menunjukkan su’uzhan (buruk
sangka) dia terhadap Penciptanya, Dzat Yang Maha Pengasih dan
Penyayang. Ketahuilah bahwa di antara bentuk kasih sayang Allah kepada
hamba-Nya adalah pemberian ampunan kepada siapa saja yang memohonnya.
Ketiga, sikap berputus asa dari rahmat Allah subhanahu wa ta’ala itu merupakan sikap tercela, sebagaimana firman Allah ketika mengisahkan perkataan Nabi Ibrahim ‘alaihis salaam (artinya):
“Dia (Nabi Ibrahim) berkata: Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Rabb-nya kecuali orang-orang yang sesat.” (Al-Hijr: 56)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya tentang perbuatan apa saja yang digolongkan dosa besar. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menjawab, “Syirik kepada Allah, berputus asa dari rahmat Allah, dan merasa aman dari adzab Allah.” (HR. ath-Thabarani, al-Bazzar, dan selainnya)
Firman-Nya,
إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا
“Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.”
Allah tidak akan menyia-nyiakan usaha
hamba-Nya yang ingin bertaubat. Sebesar dan sebanyak apapun dosa itu,
Allah akan mengampuninya dengan taubat.
Satu masalah penting yang harus dipahami dengan benar. Sepintas, ayat ini bertentangan dengan ayat yang lain (yang artinya), “Sesungguhnya
Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa
yang di bawah itu bagi barangsiapa yang dikehendaki-Nya.” (An-Nisa’: 48). Pada ayat ini, dengan tegas Allah menyatakan tidak akan mengampuni dosa syirik.
Tidak ada pertentangan sedikit pun di
dalam Al-Qur`an antara ayat yang satu dengan ayat yang lain. Ayat dalam
surat An-Nisa’: 48 menerangkan bahwa dosa syirik -yang merupakan dosa
paling besar- tidak akan diampuni oleh Allah jika pelakunya belum
bertaubat darinya. Adapun perbuatan yang tingkatan dosanya di bawah
syirik, maka ini di bawah kehendak Allah. Jika berkehendak, Allah akan
mengampuninya, dan jika tidak, maka dengan keadilan-Nya, pelakunya
berhak mendapatkan adzab dari Dzat Yang Maha Adil dan
Maha Bijaksana.
Namun apabila pelaku kesyirikan itu sudah bertaubat, maka sesungguhnya
Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.
Dalam sebuah hadits qudsi, Allah berfirman (artinya), “Wahai
anak Adam, kalau dosa-dosamu (sangat banyak) sampai mencapai awan di
langit, kemudian kamu meminta ampun kepada-Ku, pasti Aku akan
mengampunimu dan Aku tidak peduli. Sesungguhnya jika kamu datang
kepada-Ku dengan membawa dosa sepenuh bumi, kemudian kamu datang
menjumpai-Ku (ketika meninggal) dalam keadaan tidak menyekutukan-Ku
dengan sesuatu pun, maka Aku akan memberikan ampunan sepenuh bumi.” (HR. at-Tirmidzi)
Dipahami dari hadits qudsi ini, bahwa
Allah akan mengampuni dosa hamba-Nya kalau si hamba itu tidak berbuat
syirik. Berarti dosa syirik itu tidak terampuni kalau pelakunya
meninggal dalam keadaan belum bertaubat darinya dan masih membawa dosa
tersebut.
Jangan Menganggap Remeh Dosa
Ketika seseorang telah yakin bahwa Allah subhanahu wa ta’ala pasti
mengampuni semua dosa, dan tidak boleh bagi seorang pun berputus asa
dari rahmat-Nya, maka jangan sampai terseret oleh tipu daya setan yang
lain, yaitu menganggap remeh perbuatan dosa sehingga menjadi
bermudah-mudahan dalam melakukannya. “Kan Allah Maha Pengampun, gampang
nanti tinggal taubat, beres…” Ini adalah bisikan-bisikan setan yang
terus dihembuskan ke dalam hati-hati manusia.
Pembaca yang dirahmati oleh Allah.
Sungguh sekecil apapun perbuatan hamba, baik ataupun buruk, akan
tercatat di sisi Allah dan pelakunya akan melihat akibat dari
perbuatannya itu. Jangankan dosa besar, dosa kecil pun kalau terus
dilakukan oleh seorang hamba, maka akan terus bertumpuk pada dirinya dan
akhirnya menjadi dosa besar yang akan membinasakannya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِيَّاكُمْ وَمُحَقَّرَاتِ الذُّنُوْبِ، فَإِنَّهُنَّ يَجْتَمِعْنَ عَلَى الرَّجُلِ حَتَّى يُهْلِكْنَهُ
“Hati-hati kalian dari dosa-dosa
yang dianggap remeh, karena dosa-dosa tersebut akan terkumpul pada diri
seseorang sampai akhirnya bisa membinasakannya.” (HR. Ahmad, ath-Thabarani)
Demikianlah ajaran Islam yang penuh
rahmat. Dosa apapun akan terampuni dengan taubat. Namun jangan
sekali-kali menganggap enteng perbuatan maksiat. Bersegeralah mengingat
Allah dan beramal kebajikan sebelum terlambat. Semoga Allah memberikan
kepada kita kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Kabulkanlah
permohonan kami Yaa Kariim, Yaa Mujiibad da’awaat.
Wallaahu a’lam bish shawab.
Sumber: Buletin Al Ilmu
0 komentar:
Posting Komentar